Sabtu, 21 Juni 2025

Menyingkap Keyakinan Akan Keperawanan Maria

Oleh Matheus Antonius Krivo

Sabtu, 21 Juni 2025 di Weetebula-Sumba Barat Daya.


Dialektika tentang Maria Bunda Yesus sebagai seorang Perawan Selamanya tidak pernah lekang di setiap zaman. Meskipun Gereja Katolik dan Ortodoks setia mewartakan ajaran tentang Keperawanan Maria, tapi masih selalu ada keraguan dan ketidakpercayaan atas keyakinan itu. Bahkan yang diterima Gereja Katolik dan Ortodoks adalah hujatan dan olokan. Terhadap aneka keraguan dan serangan ini, tentunya Gereja Katolik dan Ortodoks tidak saja meyakini ajaran, tetapi memberikan bukti seperti apa Maria sebagai Bunda Juru Selamat dalam realitas kehidupannya selama di dunia. Ada tiga fase kehidupan Maria yang menunjukkan bahwa dia adalah makluk Perawan yakni kelahiran Maria sendiri, rencana kelahiran Yesus dan Kelahiran Yesus.

Kelahiran Maria Hingga Masa Remajanya

Maria adalah puteri tunggal dari pasangan Yoakim dan Anna. Menurut catatan meditasi Anne Catharine Emmerich (1774-1824), Yoakim dan Anna sangat merasa aib karena sudah lama menikah namun mereka tidak memiliki anak. Kesedihan yang mereka alami membuat keduanya selalu berkeluh kesah dan meratap. Yoakim dan Anna tak jemu-jemunya memanjatkan doa kepada Sang Khalik agar diberikan keturunan. Ketika seorang imam di Bait Allah bernama Reuben mengabaikan persembahan  Yoakim karena tidak punya keturunan, rasa sakit hati dan frustrasi menyelimutinya. Yoakim akhirnya memutuskan meninggalkan Anna isterinya di Nazaret sendirian. Dia memilih pergi jauh ke daerah pengembalaan ternaknya di kawasan Gunung Hermon. Di tempat yang sunyi itu, Yoakim berpuasa dan berdoa selama empat puluh hari empat puluh malam. Kata Yoakim pada dirinya, “Aku tidak akan keluar untuk makan atau minum sampai Allah Tuhanku mengunjungiku. Doakulah makanan dan minuman.” 

Pergumulan Yoakim dan Anna dalam kepiluan mereka, akhirnya  Tuhan mendengar. Malaekat menampakan diri kepada keduanya. Di Nazaret Malaekat menampakan diri kepada Anna dan berkata, “Anna, Anna, Tuhan telah mendengarkan doamu, dan engkau akan mengandung…” Mendengar warta Malaikat, Anna pun berjanji pada dirinya: “Demi Allah Tuhanku yang hidup, jika aku melahirkan anak laki-laki ataupun perempuan, aku akan mempersembahkannya kepada Allah Tuhanku. Dia akan melayani-Nya seumur hidupnya.” Dalam penampakan kepada Anna, Malaekat pun memintanya agar besok, Anna berangkat ke Bait Allah Yerusalem dengan membawa kurban syukur. Anna pun mengikutinya dengan membawa dua ekor burung merpati. Pada waktu yang bersamaan, Malaekat pun menampakan diri kepada Yoakim di tempat pengasingannya. Kata Malaikat kepadanya: “Yoakim, Yoakim, Tuhan Allah telah mendengar doamu. Pergilah engkau dari sini karena sesungguhnya istrimu, Anna, akan mengandung”. Malaekat pun meminta Yoakim untuk membawa persembahan ke Bait Allah sebagai ucapan syukur. Mendengar warta Malaekat, Yoakim bergegas menuju ke Bait Allah Yerusalem untuk membawa persembahan syukur berupa dua ekor anak domba dan tiga ekor anak kambing. Yoakim dan Anna datang dari tempat yang berbeda bertemu di Bait Allah untuk maksud dan tujuan yang sama. Kedua pasangan yang telah berpisah sekian waktu lamanya, akhirnya bertemu lagi di Gerbang Emas Bait Allah bertepatan dengan Pesta Tabernakel. Setelah mempersembahkan kurban syukur, Anna mengandung hingga melahirkan Maria di Nazaret. 

Maria lahir pada tanggal 8 Maret tahun 18 SM. Menjelang kelahiran Maria, Anna bersama ketiga saudaranya yakni Maraha, Enue dan Maria Salome memanjatkan doa dari Mazmur, “Terpujilah Tuhan Allah. Dia telah menaruh belas kasihan kepada umat-Nya dan telah membebaskan Israel. Sungguh, Allah telah menggenapi janji yang dibuat-Nya kepada Adam di Firdaus: keturunan si perempuan akan meremukkan kepala ular.” Setelah melahirkan, ketika Anna mengetahui bahwa anak yang lahir perempuan, dia pun berkata,“Jiwaku dimegahkan pada hari ini”. Maria kecil hanya berada pada mihrab dijaga oleh perempuan perawan; kakinya tidak pernah menyentuh tanah. 

Sesuai janji Anna, Maria pada umur tiga tahun tiga bulan dibawa ke Bait Allah Yerusalem. Tiba di bait Allah, Imam menerima Maria, mencium dan memberkatinya dengan berkata, “Tuhan telah memegahkan namamu di antara segala generasi. Dengan perantaraanmu kelak, Tuhan  akan mewujudkan penebusannya atas seluruh Bani Israel.”Imam mendudukan Maria pada anak tangga ketiga menuju mezbah. Maria hidup di Bait Allah bersama ketujuh teman sebayanya hingga pada umur 12 tahun.

Ketika memasuki umur 12 tahun, sesuai aturan di Bait Allah Maria bersama teman-temannya harus kembali ke rumah orang tua masing-masing untuk melanjutkan ziarah kehidupan. Remaja usia ini diyakni telah memasuki masa haid, sehingga tidak boleh lagi berada di Bait Allah karena dianggap mencemar. Sebelum kembali,  imam Bait Allah melakukan upaya mencarikan jodoh untuk Maria. Melalui penyingkapan dari gulungan kitab, dibacalah teks Yesaya 11:1 yang berbunyi  “suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbunga.” Imam Bait Allah pun memerintahkan kepada petugas untuk memanggil para pemuda keturunan Daud, supaya datang ke Bait Allah guna melamar Maria sang perawan. Sekian banyak pemuda keturunan Daud yang datang melamar, namun belum ada tanda berupa kembang muncul dari ranting yang diberikan kepada pelamar. Melihat belum ada yang diberi tanda sebagai pasangan Maria, imam Bait Allah meneliti kembali gulungan tulisan dengan seksama. Para imam berupaya mencari keturunan raja Daud lainnya yang belum datang melamar. Dari sana mereka mendapati bahwa diantara keenam bersaudara Putera Yakub di Betlehem, seorang dari antaranya tidak diketahui dimana rimbanya. Utusan imam Bait Allah pun mencarinya dan akhirnya menemukan Yusuf berdiam pada tempat pengasingan seorang diri.  Yusuf tinggal di suatu tempat dekat sebuah sungai kecil yang berjarak enam mil dari Yerusalem dan lokasi itu dekat Samaria. Yusuf bekerja sebagai seorang tukang kayu bagi seorang tuan di tempat itu. Ketika ditemui, utusan langsung memerintahkan Yusuf untuk pergi ke Bait Allah Yerusalem. Yusuf pun mengikutinya saja, berdandan selayaknya, lalu berangkat. Ketika tiba di Bait Allah, seorang imam tua langsung memberikan kepada Yusuf sebuah ranting. Sementara Yusuf hendak meletakkannya di atas altar, dari puncak ranting muncul sekuntum bunga putih bersih serupa bunga bakung. Munculnya kuntum bunga putih pada ranting itu menjadi pratanda, bahwa Yusuf berhak memiliki Maria sang perawan dari Bait Allah. Semula Yusuf menolaknya karena jauh lebih berumur dari Maria. Yusuf pun berterus terang kepada imam Bait Allah bahwa hidupnya sangat sederhana serta dia tidak berniat untuk menikah. Dia hanyalah seorang pekerja upahan kecil dari seorang tuan. Memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari saja tidak mencukupi, apalagi harus menafkahi keluarga. Tempat tinggalnya saja hanyalah sebuah gubuk reot yang tidak layak bagi sebuah keluarga. Menghadapi kenyataan hidup yang sederhana dan miskin, Yusuf hanya beriktiar hidup perawan sampai kekal. Yusuf juga merasa takut menjadi bahan olokan Bani Israel karena dia menikah dengan gadis perawan yang berbeda jauh usia. 

Akan tetapi imam Bait Allah meyakinkan Yusuf, bahwa hal itu merupakan kehendak Allah. “Takutlah akan Allah Tuhanmu, dan ingatlah apa yang telah Allah perbuat terhadap Datan, Abiram, dan Korah; bagaimana bumi terbelah dan mereka tertelan karena kedurhakaannya. Gentarlah engkau, wahai Yusuf! Jika tidak, hal yang sama akan terjadi di rumahmu.” Mendengar nasehat para imam, Yusuf pun menjadi takut. Akhirnya Yusuf yang saleh dan taat itu bersedia menerima Maria menjadi calon isterinya. Yusuf kemudian dihantar kepada Maria yang sedang berada di kamarnya, dan Maria pun menerimanya sebagai calon mempelainya. Yusuf dan Maria melangsungkan upacara pertunanganan mereka di Yerusalem sesuai adat istiadat Yahudi. Yusuf waktu pertunanganan itu berusia empat puluh lima tahun. Usai upacara mereka kembali bersama Anna ke Nazaret. Di sana mereka tinggal di rumah Anna namun tidak tidur bersama. Yoakim telah lama meninggal ketika Maria masih berada di Bait Allah.

Rencana Kelahiran Yesus

Meskipun Yusuf telah menjadi pasangan resmi Maria dan tinggal di Nazaret, namun dia  tidak menetap  di sana. Yusuf pergi keluar dari Nazaret untuk melanjutkan pekerjaannya. Ketika sedang berada di Betlehem, saat itu Maria menerima Kabar dari Malaekat Tuhan. Ketika salam dari Malaekat Tuhan, “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28), sesungguhnya saat itu Roh Allah telah masuk ke dalam tubuh Maria. Ketika Maria memberi jawaban, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk. 1:38) saat itu pula Maria mulai mengandung. 

Maria yang masih remaja berusia dua belas tahun, tentunya tidak serta merta mengingat akan kisah perjumpahannya dengan Malaekat. Dia pun mengajak Yusuf tunangannya untuk bersama ke Yuta-Pegunungan Yudea untuk mengunjungi Elisabet dan Zakariah. Yusuf menghantar Maria lalu meninggalkannya di sana, karena harus bekerja di Hebron. Tiga bulan lamanya Maria tinggal bersama Elisabet dan Zakaria sampai Yohanes lahir. Beberapa hari setelah Yohanes lahir, Maria keburu pulang karena merasa takut diketahui orang lain mengingat perutnya mulai membesar. Dalam perjalanan pulang di tengah jalan Maria dijemput oleh Yusuf untuk sama-sama kembali ke Nazareth. Yusuf mulai mencurigai Maria karena telah mengandung. Namun Yusuf memilih diam sepanjang perjalanan. Sesampai di Nazaret, Maria pun langsung berangkat lagi berkunjung ke orang tua diakon Permenas. Melihat kondisi ini Yusuf menjadi bimbang dan galau. 

Ketika Maria kembali dari rumah orang tua diakon Permenas, Yusuf memberanikan diri untuk menanyakannya.“Engkau yang dipelihara Allah, mengapa engkau melakukan ini dan melupakan Allah Tuhanmu? Mengapa kaurendahkan jiwamu padahal engkau dibesarkan di Tempat Mahakudus dan menerima makanan dari tangan seorang malaikat?” Akan tetapi, Maria menangis tersedu-sedu, katanya: “Aku tidak bersalah dan tidak mengenal seorang lelaki pun.” Yusuf berkata kepadanya: “Kalau begitu dari manakah kandunganmu itu?” Kata Maria: “Demi Allah Tuhanku yang hidup, aku tidak tahu dari mana Ia datang.” 

Yusuf merasa amat khawatir dan ia pun menjauh dari Maria, sambil memikirkan langkah apa yang akan dilakukannya. Katanya: “Jika aku menyembunyikan dosanya, berarti aku melawan hukum Tuhan. Namun, jika aku menunjukkannya kepada Bani Israel, aku khawatir apabila kandungannya berasal dari Malaikat, aku akan menumpahkan darah yang tak berdosa kepada kematian. Apakah yang harus kulakukan? Sebaiknya aku pergi dengan diam- diam.” 

Ketika Yusuf mempertimbangkan hal itu, dalam tidurnya Yusuf bermimpi Malaikat Tuhan nampak kepadanya dan berkata, “Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Dia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan Malaikat Tuhan itu kepadanya (Mat 1:20-24). Yusuf mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia (Maria) dan bahkan setelah Maria melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus” (Mat 1:25).

Kelahiran Yesus

Menjelang  waktunya untuk melahirkan, Maria bersama Yusuf meninggalkan Nazaret pergi Betlehem. Yusuf dan Maria bersama Sang Imanuel dalam kandungan, berangkat dari Nazaret tanggal 16 Desember dan tiba di Betlehem tanggal  24 Desember tahun 5 SM. Mereka menempuh perjalanan  delapan malam dan sembilan hari. Oleh karena tidak ada satu pun penginapan untuk mereka, Yusuf membawa Maria dan Yesus dalam kandungan ke Gua Palungan yang terletak di pinggiran Betlehem. Pada tanggal 25 Desember sebelum tengah malam Yesus pun lahir di sana. Ketika semakin mendekat untuk melahirkan Yesus, Maria meminta Yusuf untuk berdoa menyertainya. Yusuf pun pergi ke kamar yang terletak di depan pintu gua dan tenggelam dalam doa. Ketika hendak memasuki kamarnya, Yusuf masih melihat Maria dalam posisi membelakangi sedang berdoa dengan muka menghadap ke arah Timur di atas tempat pembaringan. Di saat Maria larut dalam kontemplasi doa, saat itulah bayi Yesus lahir; ada di hadapannya. Maria dalam kondisi setengah sadar menghampari sang Bayi Imanuel dengan selimut namun belum mengendongNya. Tatkala kesadarannya normal kembali usaimengakhiri doa, Maria mulai mengendong Sang Bayi dalam dekapannya. Setelah beberapa waktu mendekap Sang Bayi, Maria pun memanggil Yusuf dari tempat pembaringannya. Yusuf tergesa-gesa datang dan mendapatkan Maria sedang menggendong Bayinya. Melihat itu Yusuf jatuh berlutut dengan wajahnya mencium tanah dalam luapan sukacita, sembah sujud dengan kerendahan hati. Lalu atas desakan Maria, Yusuf menggendong Bayi Imanuel dalam pelukan, agar Maria dapat membungkusnya dengan lampin untuk dibaringkan di palungan. Ketika Bayi Imanuel dibaringkan di palungan batu yang ada di gua itu, Yusuf dan Maria berdiri di sisi-Nya dengan berlinangan airmata sambil memadahkan puji-pujian kepada Allah.

Pintu Gerbang Emas Bait Allah Untuk Tuhan

Pintu Gerbang Emas Bait Allah terletak disebelah Timur mengarah ke Kota Yerusalem. Pintu ini tertutup dan tidak pernah terbuka lagi. Yehezkiel 42: 1-2 menguraikan tentang Pintu Gerbang Timur harus tetap tertutup dan tidak dibuka dan tidak seorang pun masuk dari situ, sebab Tuhan Allah Israel sudah melaluinya. Hanya raja itu (Tuhan) boleh duduk di sana, makan santapan. Raja itu akan masuk melalui gerbang dan akan keluar dari situ.

Para Bapa Gereja sejak abad pertama meyakini, bahwa yang dimaksudkan oleh Yehezkiel menunjuk pada Bunda Maria Sang Perawan. Bunda Marialah pintu yang telah dilalui oleh Tuhan dan tidak lagi terbuka untuk manusia. Allah telah memilih Maria sejak awal semenjak di kandungan ibunya; Allah memeliharanya di Bait Allah, Allah mempertemukannya dengan Yusuf yang taat pada kehendakNya, Allah  mendiami rahim Bunda Maria dan dari tubuhnya Allah keluar menjadi manusia. Jika Allah sudah melaluinya, maka tidaklah mungkin akan dilalui oleh manusia lagi. Pintu telah tertutup; Maria tetap perawan untuk selamanya. Dia perawan sejak awal mula, saat kelahiran dan sampai kembali ke rumah Bapa dalam kemuliaan Surga. Sekalipun Maria bersuami, tapi Yusuf suaminya tahu, bahwa Maria adalah Pintu Gerbang Timur yang tertutup. Malaekat telah memberitahu Yusuf akan hal itu dan Yusuf taat sampai ajalnya. 

Kisah tentang perjumpahan kembali antara Yoakim dan Anna di Gerbang Emas Bait Allah pada pesta tabernakel, saat keduanya mempersembahan kurban syukur sesuai perintah Malaekat; di pintu itulah Allah telah memilih Maria dan menguduskannya. Maria  datang dari Roh Allah sendiri melalui rahim Anna ibunya. Kelahiran Maria sebagai Ibu yang melahirkan Allah (Theotokos) telah disucikan oleh Allah sendiri. 

Begitu pula saat Yesus lahir;  dengan cara yang ajaib, Bayi Imanuel telah hadir di hadapan Maria. Itulah misteri kelahiran Yesus dari seorang Maria Sang Perawan. Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Maria berasal dari Allah dan menjadi milik Allah selamanya. Segala bangsa akan menyebut Maria berbahagia, sebab perbuatan besar telah dikerjakan Allah Mahakuasa yang kudus itu baginya. Olehnya Maria mendapat gelar sebagai Bunda Allah, Ratu Surga, Rumah Kencana dan Tabut Perjanjian. 

Keyakinan akan keperawanan Maria adalah panggilan sekaligus pilihan. Hanya orang-orang yang dipanggil dan dipilih untuk boleh meyakini Maria sebagai seorang perawan. Inilah rahasia iman akan kemisterian Ilahi dalam diri Maria. Maria sebagai Perawan Termulia hanya akan dihormati dengan agung (hiperdulia) pada Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri yang lahir dari Perawan Maria. 


Sumber:

Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta,cetakan tahun 2014

Menyingkap Kehidupan Ziarah Kehidupan Bunda Maria di Dunia, dalam http://sandtuh.blogspot.com

The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net

Menyimak Kehidupan Santo Yusuf; Dipanggil kepada Ketaatan, dalam http://sandtuh.blogspot.com

Menyimak lebih jauh silahkan mengunjungi http://sandtuh.blogspot.com





Minggu, 15 Juni 2025

Memahami konsep Trinitas yang Tersuci (Sanctissima Trinitas)



Oleh Matheus Antonius Krivo pada Minggu, 15 Juni 2025
Hari Raya Tritunggal Maha Kudus-Weetebula-SBD


Allah dalam satu substansi/hakekat/hipostasis memiliki  tiga tugas/fungsi/peran. Allah Bapa adalah Pencipta. Allah Putera adalah Penebus. Allah Roh Kudus adalah Penghibur.

Allah Bapa yang adalah Pencipta tidak bernama dan tidak berwujud. ‘AKU ADALAH AKU” (Kel. 3: 14).  Dalam Bahasa Ibrani disebut ‘YHWH’ (יהוה). Orang Yahudi  tidak mengucapkan secara langsung  ‘YHWH’ (יהוה)  karena dipandang sangat suci, sehingga  menyebutnya dengan kata ‘Adonai’  (Tuhan) dan  kata  ‘Elohim’ (אלוהים)  untuk  "Tuhan" atau "Allah" sebagaimana digunakan secara luas dalam Alkitab berbahasa Ibrani.

Allah adalah Pencipta, Dialah yang menciptakan langit dan bumi serta isinya (Kej. 1-31, 2:1-4);

Allah adalah Pencipta, Dialah yang menciptakan Manusia ‘Adam’ (Kej 2: 7)  dan Hawa’ (Kej 2: 22);

Allah adalah Pencipta, Dialah yang memberi kutukan kepada ular karena telah memperdaya perempuan di taman Eden Kej 3;14-16);

Allah adalah Pencipta, Dialah yang mengusir manusia dari taman Eden (Kej 3:23) karena berbuat dosa.

Allah Bapa menjelma menjadi manusia melalui inkarnasi disebut  Allah Putera. Allah Putera ini dikenal dengan nama Yesus. Nama Yesus dalam Bahasa Ibrani adalah ‘Yeshua’ (ישוע)  yang merupakan bentuk pendek dari nama ‘Yehoshua’ (יהושע), yang berarti "Tuhan adalah Keselamatan". Tuhan yang menyelamatkan  itu merujuk pada diri Yesus dari Nazareth; Putera Maria yang dikandung dari Roh Kudus (Luk 1: 30-35). Allah Putera adalah Yesus sang Mesias yang datang ke dunia untuk menebus manusia dari dosa dan perhambaan. Yesus adalah pernyataan diri Allah sebagaimana dinyatakanNya dalam Kitab Suci, Yoh 14:9: “Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, tetapi kamu tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. Begitu pula dalam Yoh 1:18 disebutkan “Tidak seorang pun pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”. Dalam doaNya yang terakhir untuk murid-muridNya sebelum sengsara, Yesus berdoa kepada Bapa agar semua muridNya menjadi satu sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (Yoh 17:21). Lalu  Yesus kembali ke Rumah Bapa (Mrk 16: 19; Luk 24: 50-51; Kis 1: 9).  Selain itu Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (Yoh 17:5). Yesus Kristus adalah Sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.

Akibat dosa asal sejak Adam dan Hawa di Taman Eden hingga dosa-dosa pribadi manusia yang tidak setia pada Allah, memungkinkan hubungan antara manusia sebagai makluk ciptaan dengan Bapa Sang Pencipta menjadi rusak.  Namun Allah Sang Pencipta yang berbelaskasih tetap menaruh kasih sayang kepada manusia makluk ciptaanNYa. Dalam sejarah melalui para nabi, Allah menaruh belaskasih kepada manusia yang diawali dengan melakukan perjanjian kepada Abraham hingga pada Musa. Melalui perjanjian itu Allah setia menyertai umat ciptaanNya seperti terhadap bangsa pilihanNya. Puncak belaskasihan Allah kepada manusia adalah berinkarnasi; menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nazaret yang lahir dari seorang perawan bernama Maria. Yesus menebus dosa manusia melalui wafat di kayu salib dan pada hari ketiga bangkit mulia dari kubur. Setelah bangkit, Yesus menampakan diri kepada murid-muridNya dan memberikan perutusan (Mrk 16:15-18; Mat 28: 16-20). Lalu  Yesus kembali ke Rumah Bapa (Mrk 16: 19; Luk 24: 50-51; Kis 1: 9).  

Allah Roh Kudus. Roh Kudus dalam Bahasa Ibrani disebut ‘Ruach HaKodesh’ (רוּחַ הַקּדֵשׁ), yang berarti "Ruh yang Kudus"  Kata ‘Ruach’ (רוּחַ) berarti ‘angin’, ‘nafas’, atau ‘ruh’. - Kata ‘HaKodesh’ (הַקּדֵשׁ) berarti "yang Kudus" atau "suci."  Roh Kudus adalah Roh Allah sebagaimana dijanjikan oleh Yesus:

a.Yoh 16: 7: “…adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu…”

b.Sebelum terangkat ke Surga (Kis 1:8), Yesus berjanji menyertai Murid-MuridNya yang diutus, untuk pergi ke seluruh dunia guna membaptis  dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan memberitakan injil kepada segala makluk (Mat 28: 19-20; Mrk 16:15-18).

c.Janji turunnya Roh Kudus juga diulangi oleh Rasul Petrus dalam Kis 2: 17-18: “Akan terjadi pada masa-masa itu, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, dan anak-anakmu akan bernubuat, orang-orang tuamu akan mendapat mimpi, dan orang muda akan melihat penglihatan. Bahkan ke atas hamba-hamba-Ku dan hamba-hamba-Nya akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu, dan mereka akan bernubuat”. 

Roh Kudus yang dijanjikan itu  terpenuhi pada hari Pentakosta (Kis 2: 1-4). Setelah menerima Roh Kudus para Murid dimampukan untuk berbicara dalam pelbagai bahasa (Kis 2: 6-11) dan mewartakan Injil ke seluruh dunia sejak itu hingga sekarang dan sampai selama-lamanya melalui GerejaNya yang Kudus, Katolik dan Apostolik. Roh Kudus terwujud dalam rupa: Tiupan Angin Keras, Lidah-Lidah Api (Kis 2: 2-3), Burung Merpati (Mat 3: 16; Mrk 1: 9-11), Penolong dan Roh Kebenaran (Yoh 14:16-17). Adapun pekerjaan Roh Kudus sebagai berikut:

1.Penghibur dan Penolong  (Yoh 14:16-17);  

2.Pengajar dan Pengingat (Yoh 14:26);

3.Menginsafkan Dunia tentang Dosa, Kebenaran, dan Penghakiman (Yoh 16:8);

4.Mengubahkan dan Mengisi Orang Percaya (Galatia 5:22-23);

5.Memberi Kuasa untuk Melayani dan Berkarya (Kis 1:8); 

6.Menjadi Tempat Tinggal Allah dalam Hati Orang Percaya (1 Kor 6:19). 

Allah Bapa tak berwujud namun nampak seperti tiang awan (Kel 13:21-22), api yang menyala (Kel 3:1-6), mujizat dan perbuatan besar (Ul 34:10-12). Allah Putera ketika berinkarnasi mengambil wujud manusia. Allah Roh Kudus berwujud Roh yang tampak dalam rupa-rupa. Ketiganya berada dalam satu substansi/hakekat/esensi yang disebut Allah Esa.  Allah yang Esa ini menguasai hidup dan kehidupan seluruh makluk dari awal, hingga sekarang dan sampai selama--lamanya.  Allah dalam kekudusanNYa telah menyatakan diri melalui  Yesus  dan Roh Kudus merupakan RohNya sendiri yang menjiwai keduanya.

Menghormati Tritunggal Maha Kudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah kewajiban absolut bagi manusia makluk ciptaanNya. Dari padaNya sumber kekuatan dan kuasa. Tritunggal Maha Kudus senantiasa menyertai, memberkati dan menyelamatkan semua yang berharap padaNya. Barang siapa bersikap mengabaikan atau menghina Tri Tunggal Maha Kudus.  Yesus sendiri sudah mengatakan dalam:

a.Mrk 3:28-29: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkaan bersalah karena berbuat dosa kekal". 

b.Mat 12:31-32: "Sebab itu aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni,  tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni,  di dunia ini tidak, dan di dunia  yang akan datang pun tidak".

c.Lukas 12:10: "Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barang siapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni".

Keseluruhan isi Alkitab Kristen dari Kejadian sampai Wahyu (73 kitab) merupakan kisah tentang Trinitas. Perjanjian Lama berkisah tentang perbuatan besar Allah Bapa sejak awal penciptaan hingga menanti kedatangan Mesias. Perjanjian Baru berkisah tentang penebusan dan pewartaan akan keselamatan yang terpenuhi dalam diri Yesus  dan karya  Roh Kudus  yang menjiwai hati dan budi manusia untuk mengimani Allah dan mengasihi sesama.

Menyadari akan penyelenggaraan Allah (Divine Provindence)  dalam sejarah umat Manusia, Gereja sejak abad pertama telah memperkenalkan konsep Trinitas. Ada sejumlah Bapa Gereja yang memperkenalkan Konsep Trinitas yakni:

1.St. Paus Clement dari Roma (menjadi Paus tahun 88-99):

“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” (St. Clement of Rome, Letter to the Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The Teachings of the Church Fathers, (San Francisco, Ignatius Press, 2002, reprint 1966), p. 145)

2.St. Ignatius dari Antiokhia (50-117) membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus. ((St. Ignatius of Antiokh, Letter to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p. 146). “Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” (ibid., 18:2). “Kepada Gereja yang terkasih dan diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang telah menghendaki segalanya yang ada.” (St. Ignatius, Letter to the Romans, 110)

3.St. Polycarpus (69-155), dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau (Allah Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.” (St. Polycarp, Ibid., 146)

4.St. Athenagoras (133-190):

“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.” (St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148)

5.Aristides sang filsuf [90-150 AD] dalam The Apology

“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus. (Aristides, Apology 16 [A.D. 140])

6.St. Irenaeus (115-202):

“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (St. Irenaeus, Against) 

7.St. Clement dari Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1)

“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita” (St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190]).

8.St. Hippolytus [170-236 AD] dalam Refutation of All Heresies (Book IX)

“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. (St. Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]). “Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat manusia …. (ibid., 10:34).

9.Tertulian (155–240 M): Salah satu penulis Kristen awal yang pertama kali menggunakan istilah "Trinitas" dan mengembangkan pemahaman tentang Allah sebagai satu hakikat dalam tiga pribadi.

10.Origen [185-254 AD] dalam De Principiis (Book IV)

“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” (Origen, The Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225]).

11.Novatian [220-270 AD] dalam Treatise Concerning the Trinity. ”Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus…” (Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235]).

12.St. Cyprian of Carthage [200-270 AD] dalam Treatise 3

“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …” (St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253]).

13.Lactantius [290-350 AD] dalam The Epitome of the Divine Institutes. “Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia. (Lactantius, Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]). Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan dari Bapa.” (Lactantius, (ibid., 4:28–29)

14.Athanasius (296–373 M): Tokoh penting yang menegaskan keilahian Kristus dan memperkuat doktrin Tritunggal dalam menghadapi ajaran Arianisme. “Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera….Mereka itu satu, satu hakekat.(St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF, 4:395.)

15.Augustinus dari Hippo (354–430 M): Salah satu teolog terbesar dalam sejarah Kristen yang mengembangkan konsep tentang hubungan pribadi dalam Tritunggal dan menulis secara ekstensif tentang doktrin ini. “… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan. (St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis SJ, Ibid., 152.)

Selanjutnya pada konsili ekumenis  di Nicea (325 M)  dan  Konstantinopel (381 M), doktrin Tritunggal secara formal dirumuskan dan diakui sebagai bagian dari ajaran resmi gereja.

Sumber:

Alkitab Deuterokanonika LAI, Cetakan tahun2 014

https://katolisitas.org/author/stefanus-ingrid/



Rabu, 11 Juni 2025

Menjumpai Sosok Yusuf dalam Alkitab

 



oleh Matheus Antonius Krivo
Weelonda Kota Tambolaka-Sumba Barat Daya
11  Juni 2025

Nama "Yusuf" dalam bahasa Ibrani dan Arab memiliki arti "Tuhan akan menambahkan" atau "Tuhan akan meningkatkan". Dari arti nama menjadi jelas bahwa  seseorang yang bernama Yusuf dalam Alkitab adalah sosok yang memiliki peran dalam hal kebaikan. Apa yang membuat  sosok Yusuf diabadikan dalam kisah Ilahi sebagaimana tertulis dalam Alkitab? Ada empat  sosok Yusuf yang istimewa dalam Alkitab yakni: Yusuf Putera Yakub dari Kanaan dalam Perjanjian Lama; Yusuf Putera Yakub dari Betlehem  bersama Yusuf dari Arimatea dan Yusuf dari Siprus yang disebut Bernabas dalam Perjanjian Baru.


1.Kelimpahan (abundance)
Yusuf dalam Perjanjian Lama adalah putera Yakub dari Kanaan. Dia terkenal karena memiliki lumbung-lumbung pangan yang memberikan kehidupan di masa paceklik  bagi banyak orang, baik warga Mesir maupun masyarakat dari luar Mesir serta keluarganya dari Kanaan. (Kej 41:37-49). Sementara dalam Perjanjian Baru: Yusuf adalah Putera Yakub dari Betlehem. Dia terkenal karena  memberikan segalanya dari apa yang ada padanya bagi Yesus dan Maria. Yusuf dengan peluhnya menafkahi keluarga kudus Nazaret, dengan bekerja sebagai tukang bangunan baik di Nazaret maupun di Mesir, serta memelihara ternak guna memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Selanjutnya Yusuf dari Arimatea adalah seorang pejabat pada Majelis Besar Agama Yahudi di Yerusalem yang dikenal karena meminta kepada Pilatus menurunkan Jenasah Yesus dari Salib dan menguburnya. (Mat 27:57-60;Luk 23:50-53; Mrk 15: 45-46; Yoh 19: 38). Yusuf dari Arimatea adalah sosok yang dalam kelimpahan rela berbagi dengan yang menderita. Yusuf dari Arimetea dalam kerja sama dengan Nikodemus memiliki usaha pengolahan batu-batu makam, hiasan rumah, dan pilar-pilar untuk dijual. Yusuf dari Arimetea memiliki usaha penambangan batu dari daerah asalnya.  Sedangkan Yusuf yang kemudian dikenal dengan nama Bernabas dari Siprus adalah murid Yesus yang sangat berjasa  memasukan Paulus ke dalam barisan murid Yesus (Kis 9:27). Di kalangan rasul-rasul Yesus, Yusuf yang disebut Bernabas itu dikenal sebagai rasul yang baik hati, bijaksana, murah hati, penuh iman dan dipenuhi Roh Kudus. Yusuf bersedia  menjual hartanya dan menyerahkan uang hasil penjualan kepada para rasul di Yerusalem, dan kemudian diberi nama baru "Barnabas" (Kis 4:36-37).

2.Pengorbanan (sacrifice)
Yusuf dari Kanaan memiliki sikap pengorbanan yakni rela dijual menjadi budak oleh saudara-saudaranya dan pergi bersama pedagang dari Midian dan Ismail ke Mesir (Kej 37:12-36). Di Mesir dia pun rela dipenjara hanya demi menghindar untuk menodai diri dari urusan kepuasan sex isteri Potifar (Kej 39:7-20).  Yusuf dari Betlehem mengukir totalitas pengorbanannya dengan sejumlah hal yakni:
   a) bersedia menerima Maria menjadi isterinya  saat dirinya sebetulnya menolak karena usia lebih tua, kehidupannya susah dan amat sederhana serta niatnya untuk tidak menikah;
  b) menerima  Maria menjadi isterinya (Mat 1: 20) dan tidak menyentuh Bunda Maria sampai ajalnya tiba (Mat 1: 25) dalam suatu ketaatan pada perintah Malaekat;
   c) mengasuh Yesus yang bukan merupakan anak dari darah daginnya sendiri;
 d) membawa persembahan ke Bait Allah Yerusalem dari Nazareth guna memenuhi kewajiban sebagai seorang Yahudi yang telah berkeluarga;
  e) membawa Maria melahirkan di Betlehem. Berjalan kaki selama 8 malam dan 9 hari dari Nazareth hingga ke Betlehem (Luk 2:1-7);
  f) menyertai Maria dan Yesus untuk pentahiran dan persembahan di Bait Allah Yerusalem hingga kembali ke Nazaret (Luk 2: 21-39);
 g) membawa Yesus dan Maria mengungsi ke Mesir sekian tahun lamanya. Berjalan kaki sepanjang perjalanan dari Nazareth hingga ke tanah Mesir (Mat 2: 13-15);
 h) membawa pulang Yesus dan Maria ke tanah Israel dan berdiam di Nazaret; kampung kelahiran Maria yang sesungguhnya dia sendiri tidak cukup suka tinggal di sana (Mat 2: 19-23);
 i) Yusuf bersama Maria mencari Yesus yang menghilang dalam perjalanan pulang dari Yerusalem ke Nazareth pada umur 12 tahun selam tiga hari (Luk 2: 41-51).

Selanjutnya Yusuf dari Arimatea mewujudkan cintanya kepada Yesus, dia rela meminta kepada Pilatus untuk menguburkan Yesus yang dituduh penjahat; orang yang dihinakan oleh Imam Kepala, Kaum Farisi dan Orang Saduki. Yusuf dari Arimatea mengeluarkan pundi-pundi yang dimilikinya untuk menyediakan segala hal berkaitan dengan menurunkan jenasah Yesus dan menguburnya. Oleh karena masih harus bersama murid-murid Yesus di Senakel, Yusuf yang saat kembali sudah tengah malam mengalami insiden ditangkap dan ditawan oleh segerombolan kaum bersenjata. Kisah pengorbanan juga datang dari Yusuf (Bernabas) dari Siprus. Dia memiliki kemampuan untuk menilai kemampuan seseorang, sehingga bersedia meyakinkan rasul-rasul yang takut dan ragu-ragu pada Saulus yang baru bertobat (Kis 9:27). Yusuf (Bernabas) sangat membantu Saulus yang kemudian berubah nama sebagai Paulus di masa awal ketika hendak menjadi rasul yang penuh dengan tantangan. Begitu juga ketika bersama Paulus di Antiokhia, Yusuf Bernabas ini rela berpisah dari Paulus hanya mau mengajak Yohanes yang disebut Markus. Paulus sama sekali tidak lagi mempercayai Markus karena telah meninggalkan mereka di Pamfilia (Kis 15: 37-39). Yusuf Bernabas berkorban meninggalkan Paulus saudaranya yang telah bersama-sama dalam memberitakan Injil ke berbagai tempat, demi tetap merangkul murid-murid lain yang telah diutus juga oleh rasul-rasul Yesus.

3.Rendah Hati (humble)

Sikap rendah hati Yusuf dari Kanaan ditunjukkan ketika kembali menerima saudara-saudaranya yang datang dari Kanaan ke Mesir  untuk membeli gandum. Saudara-saudaranya yang telah membenci dan tega menjualnya, rela diterima kembali sebagai saudara dan memberi kepada mereka apa yang dibutuhkan. (Kej 42: 1-38; 43: 1-34; 45:1-15). Begitu pula  Yusuf dari  Betlehem memperlihatkan sikap rendah hatinya dengan:

  a)menerima Maria menjadi isterinya setelah melewati proses di Bait Allah. Semula  menolak karena merasa tidak layak menikahi seorang perawan yang masih remaja  dan berbeda umur jauh darinya

    b)menerima Maria dan Yesus sesuai perintah Malaekat dalam mimpi

   c)bersedia  tinggal di Nazareth  bersama Maria dan Yesus sampai ajal tiba meski sejak awal dia kurang suka dengan Nazareth

    d)taat pada perintah Ilahi  lewat mimpi dan otoritas  keagamaan Yahudi

Lebih lanjut Yusuf dari Arimatea menunjukkan kerendahan hatinya dengan  peduli pada Yesus orang Nazaret-Galilea. Yusuf dari Arimatea memiliki jabatan penting di Majelis Besar Keagamaan Yerusalem, namun rela menolong Yesus yang dipandang  penjahat ketika sudah meninggal dan tergantung pada salib. Dia menurunkan dan menguburkan serta membiayai seluruh biaya untuk urusan itu. Begitu halnya dengan Yusuf (Bernabas) dari Siprus yang tetap semangat untuk memberitakan Injil ke berbagi tempat sampai ajalnya tiba.

4. Sosok Istimewa yang mendapatkan Mahkota (crown)

Keempat sosok yang disebutkan dalam Alkitab ternyata adalah sosok istimewa. Keistimewaan itu tergambar pada kisah partisipasi aktif mereka dalam skenario penyelamatan Allah bagi umat manusia. 

        Yusuf dari Kanaan yang hidup di Mesir dipakai Allah untuk meneruskan peziarahan bangsa pilihanNya. Justru  karena Yusuf, kesusahan pangan yang diderita Yakub bin Ishak bersama isteri dan anak-anaknya di tanah Kanaan dapat diatasi. Ancaman kematian akibat ketiadaan pangan sungguh nyata dan pada saat yang sulit itu  Yusuf si anak yang hilang menyelamatkan mereka. Dari keturunan Yakub inilah melahirkan Israel dengan suku-sukunya; bangsa pilihan yang pada akhirnya melahirkan Yesus sebagai Mesias umat manusia. Dalam diri Yesus Sang Mesias itu digenapi rencana penyelamatan manusia dari dosa dan perhambaan.  Yusuf yang terbuang telah menjadi penguasa di Mesir dan buah kekuasaan itu dia rela berbagi dengan Yakub ayahnya bersama saudara-saudaranya. Kesusahan  mendahului kemuliaan. Yusuf akhirnya mendapatkan mahkota kemuliaan yakni tulang belulangnya dibawa kembali ke Kanaan sehingga tetap bergabung dalam barisan Israel bangsa pilihan Allah.  

      Sementara Yusuf dari Betlehem dipilih Allah untuk menyertai Maria dalam mewujudkan kehadiran penyelamat yakni Yesus Sang Mesias. Yusuf adalah sosok hina dina; menjadi korban cercaan dan hinaan saudara-saudaranya. Dia hidup susah dan terpisah dari sanak saudaranya. Yusuf hanya menjadi pekerja pada tuan-tuan yang mempekerjakannya dari waktu ke waktu. Di atas kefanaan itu, Allah memilihnya karena pada dirinya memiliki keutamaan yakni rendah hati dan taat. Sikap rendah hati dan taat itu dinyatakan Yusuf kepada Yesus Juru Selamat puteranya terkasih ketika hendak menghembuskan nafas terakhir, ”…Tuhan dan Allahku yang tertinggi, Putera Bapa yang kekal, Pencipta dan Penebus Dunia. Berikan berkatMu kepada hamba dan pekerjaan tanganku. Maafkan ya Raja yang Maha Penyayang kesalahan yang telah aku lakukan dalam pelayanan dan hubunganku dengan diriMu. Aku memuji dan mengagungkanMu seraya mengucapkan terima kasih yang abadi dan tulus kepadaMu karena telah dalam kerendahan hatiMu yang tak terlukiskan, memilihku untuk menjadi pasangan dari IbuMu yang sejati. Biarlah kebesaran dan kemuliaanMu menjadi ucapan syukurku untuk selama-lamanya.” Yusuf akhirnya mendapatkan mahkota kemuliaan yakni diberkati oleh Puteranya sendiri yang adalah Allah yang menjelma,“Ayahku beristirahatlah dalam damai dan dalam kasih karunia BapaKu yang kekal. Kepada para nabi dan orang suci yang menunggumu di Limbo, bawalah kabar gembira tentang mendekatnya penebusan mereka.” (from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich). 

        Yusuf dari Arimatea dipilih Allah untuk mengemban tugas terakhir bagi Yesus Sang Penyelamat, yang baru saja menunaikan tugas melunasi utang dosa melalui mati di kayu salib.  Yusuf orang Arimatea itu harus menguburkan jenasah Yesus, supaya  peristiwa kebangkitan  yang mengalahkan maut menjadi nyata bagi dunia untuk selama-lamanya. Melalui sikapnya yang heroik itu, Yusuf dari Arimatea mendapatkan mahkota kemuliaan yakni menerima  ucapan terima kasih sekaligus pamitan dari Bunda Maria dalam suatu kunjungannya ke Betlehem beberapa waktu sebelum meninggalkan dunia. Yusuf dari Arimatea sungguh menerima keistimewaan  hingga Ibu Tuhan mengunjunginya.

        Yusuf (Bernabas) dari Siprus dipilih Allah untuk menemani Paulus; seorang penjahat yang bertobat untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain. Jasa Paulus yang memberitakan injil ke wilayah-wilayah di luar Israel, memungkinan seluruh dunia mengenal Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub bersama Putera tunggalNya yakni Yesus  dari Nazaret yang bangkit  mengalahkan maut. 

5. Kepenuhan Nilai  (fullness of value)
Tuhan selalu menambahkan figur untuk menggenapi rencana penyelamatan umat manusia dari dosa dan perhambaan. Figur Yusuf sesungguhnya adalah bayang-bayang Allah sendiri yang menyelamatkan. Allah menyelamatkan bangsa Israel pada Perjanjian Lama, Allah pula menyelamatkan umat Manusia untuk memasuki  Perjanjian Baru dan kekal. Jika bukan Allah sendiri, maka penyelamatan bangsa Israel pada Perjanjian Lama dalam diri Yakub dan anak-anaknya tidak diwujudkan. Kesetiaan Allah pada perjanjianNya sejak Abraham terus berproses menuju kepenuhan. Ketika Allah sendiri berinkarnasi  dalam diri Yesus dari Nazareth. Allah pula setia menyertai sang Mesias itu dari kandungan, kelahiran, pengungsian, pertumbuhan dan perkembangan, masa pewartaan, penderitaan, kematian hingga pada kebangkitan mulia. Allah pula yang menyertai rasul-rasulNya untuk pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia.
        Allah yang Maha Kasih memilih manusia yang tepat untuk menyertaiNya di sepanjang ziarah penyelamatan. Bagi manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Allah tak ada mustahil. Hina dinanya  Yusuf dari Kanaan dan Yusuf dari Betlehem memperlihatkan betapa Allah berpihak pada mereka itu dengan mengangkatnya menjadi hebat, perkasa dan dikenang sepanjang masa. 
       Keempat sosok Yusuf dalam Alkitab memiliki sikap dasar yang teguh dalam menegakan prinsip akan kebenaran. Yusuf  dari Mesir teguh mempertahankan kemurnian diri meski digoda oleh isteri Potifar. Begitu juga Yusuf dari Betlehem teguh mempertahankan perintah Allah melalui malaekat dalam menemani Maria dan Yesus. Meskipun Maria adalah isterinya (secara hukum Yahudi) tapi tidak disentuh secara fisik karena Maria telah menjadi milik Allah.  Keteguhan bersikap juga dinyatakan oleh Yusuf dari Arimatea yang berani bersikap lain dengan sesama anggota Majelis Besar Keagamaan Yahudi. Dia diam-diam percaya kepada Yesus dan menolak Yesus dijatuhi hukuman mati. Sama halnya dengan Yusuf (Bernabas) yang memiliki keteguhan hati untuk tetap merangkul sesama murid Yesus, meskipun tidak disukai oleh rasul-rasul seperti pada Saulus dan Yohanes yang disebut Markus.
       Keempat figur Yusuf memiliki persamaan nasib yakni pribadi-pribadi yang terbuang, terhempas dari kebersamaan dan persaudaraan.Yusuf Kanaan dan Yusuf Betlehem dibuang oleh saudara-saudara kandung. Mereka terisolir dari keluarga. Yusuf dari Arimatea terbuang dari komunitas Majelis Besar Bait Allah karena secara diam-diam mengikuti Yesus dan bersih keras menolak penyaliban Yesus. Meskipun pada akhirnya Yesus tetap dihukum dengan penyaliban. Yusuf (Bernabas) dari Siprus akhirnya terpisah dari Paulus. Kisahnya tidak ditulis lebih lanjut dalam Kitab Suci. Sosok yang terbuang, ternyata dipilih Allah untuk membesarkan kemuliaannya. Israel bangsa pilihan tegak berdiri. Allah yang berinkarnasi tetap lestari menjadi sumber keimanan mayaoritas manusia sejagat. Spirit perutusan tetap bergema dari awal hingga sekarang dan sampai selama-lamanya.
         Dari keempat sosok Yusuf, sesungguhnya  yang tersohor adalah Yusuf dari Betlehem. Dia adalah puncak dari keikutsertaan manusia dalam kisah penyelamatan.  Mengapa demikian? Dia sudah sejak awal hingga kematiannya, setia mengikuti Mesias dengan aneka kisah heroik dan mengharukan.  Atas dasar itu, pantaslah Gereja menghormati Yusuf  suami Maria sebagai orang kudus. Dia telah terpilih secara istimewa menjadi pengasuh Yesus Sang Mesias. Dalam diri Yusuf ada anugerah kebajikan dan kasih yang melimpah.  Mohonlah darinya doa untuk perlindungan serta anugerah kebajikan hidup. 

Sumber:
Alkitab Deuterokanonika LAI, Cetakan tahun 2014

The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net, dikutip dalam Menyimak Kehidupan Santo Yusuf  pada https://sandtuh.blogspot.com