.jpg)

oleh Matheus Antonius KrivoWeelonda Kota Tambolaka-Sumba Barat Daya
11 Juni 2025
Nama "Yusuf" dalam bahasa Ibrani dan Arab memiliki arti "Tuhan akan menambahkan" atau "Tuhan akan meningkatkan". Dari arti nama menjadi jelas bahwa seseorang yang bernama Yusuf dalam Alkitab adalah sosok yang memiliki peran dalam hal kebaikan. Apa yang membuat sosok Yusuf diabadikan dalam kisah Ilahi sebagaimana tertulis dalam Alkitab? Ada empat sosok Yusuf yang istimewa dalam Alkitab yakni: Yusuf Putera Yakub dari Kanaan dalam Perjanjian Lama; Yusuf Putera Yakub dari Betlehem bersama Yusuf dari Arimatea dan Yusuf dari Siprus yang disebut Bernabas dalam Perjanjian Baru.
1.Kelimpahan (abundance)
Yusuf dalam Perjanjian Lama adalah putera Yakub dari Kanaan. Dia terkenal karena memiliki lumbung-lumbung pangan yang memberikan kehidupan di masa paceklik bagi banyak orang, baik warga Mesir maupun masyarakat dari luar Mesir serta keluarganya dari Kanaan. (Kej 41:37-49). Sementara dalam Perjanjian Baru: Yusuf adalah Putera Yakub dari Betlehem. Dia terkenal karena memberikan segalanya dari apa yang ada padanya bagi Yesus dan Maria. Yusuf dengan peluhnya menafkahi keluarga kudus Nazaret, dengan bekerja sebagai tukang bangunan baik di Nazaret maupun di Mesir, serta memelihara ternak guna memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Selanjutnya Yusuf dari Arimatea adalah seorang pejabat pada Majelis Besar Agama Yahudi di Yerusalem yang dikenal karena meminta kepada Pilatus menurunkan Jenasah Yesus dari Salib dan menguburnya. (Mat 27:57-60;Luk 23:50-53; Mrk 15: 45-46; Yoh 19: 38). Yusuf dari Arimatea adalah sosok yang dalam kelimpahan rela berbagi dengan yang menderita. Sedangkan Yusuf yang kemudian dikenal dengan nama Bernabas dari Siprus adalah murid Yesus yang sangat berjasa memasukan Paulus ke dalam barisan murid Yesus (Kis 9:27). Di kalangan rasul-rasul Yesus, Yusuf yang disebut Bernabas itu dikenal sebagai rasul yang baik hati, bijaksana, murah hati, penuh iman dan dipenuhi Roh Kudus. Yusuf bersedia menjual hartanya dan menyerahkan uang hasil penjualan kepada para rasul di Yerusalem, dan kemudian diberi nama baru "Barnabas" (Kis 4:36-37).
2.Pengorbanan (sacrifice)
Yusuf dari Kanaan memiliki sikap pengorbanan yakni rela dijual menjadi budak oleh saudara-saudaranya dan pergi bersama pedagang dari Midian dan Ismail ke Mesir (Kej 37:12-36). Di Mesir dia pun rela dipenjara hanya demi menghindar untuk menodai diri dari urusan kepuasan sex isteri Potifar (Kej 39:7-20). Yusuf dari Betlehem mengukir totalitas pengorbanannya dengan sejumlah hal yakni:
a) bersedia menerima Maria menjadi isterinya saat dirinya sebetulnya menolak karena usia lebih tua, kehidupannya susah dan amat sederhana serta niatnya untuk tidak menikah;
b) menerima Maria menjadi isterinya (Mat 1: 20) dan tidak menyentuh Bunda Maria sampai ajalnya tiba (Mat 1: 25) dalam suatu ketaatan pada perintah Malaekat;
c) mengasuh Yesus yang bukan merupakan anak dari darah daginnya sendiri;
d) membawa persembahan ke Bait Allah Yerusalem dari Nazareth guna memenuhi kewajiban sebagai seorang Yahudi yang telah berkeluarga;
e) membawa Maria melahirkan di Betlehem. Berjalan kaki selama 8 malam dan 9 hari dari Nazareth hingga ke Betlehem (Luk 2:1-7);
f) menyertai Maria dan Yesus untuk pentahiran dan persembahan di Bait Allah Yerusalem hingga kembali ke Nazaret (Luk 2: 21-39);
g) membawa Yesus dan Maria mengungsi ke Mesir sekian tahun lamanya. Berjalan kaki sepanjang perjalanan dari Nazareth hingga ke tanah Mesir (Mat 2: 13-15);
h) membawa pulang Yesus dan Maria ke tanah Israel dan berdiam di Nazaret; kampung kelahiran Maria yang sesungguhnya dia sendiri tidak cukup suka tinggal di sana (Mat 2: 19-23);
i) Yusuf bersama Maria mencari Yesus yang menghilang dalam perjalanan pulang dari Yerusalem ke Nazareth pada umur 12 tahun selam tiga hari (Luk 2: 41-51).
Selanjutnya Yusuf dari Arimatea mewujudkan cintanya kepada Yesus, dia rela meminta kepada Pilatus untuk menguburkan Yesus yang dituduh penjahat; orang yang dihinakan oleh Imam Kepala, Kaum Farisi dan Orang Saduki. Yusuf dari Arimatea mengeluarkan pundi-pundi yang dimilikinya untuk menyediakan segala hal berkaitan dengan menurunkan jenasah Yesus dan menguburnya. Oleh karena masih harus bersama murid-murid Yesus di Senakel, Yusuf yang saat kembali sudah tengah malam mengalami insiden ditangkap dan ditawan oleh segerombolan kaum bersenjata. Kisah pengorbanan juga datang dari Yusuf (Bernabas) dari Siprus. Dia memiliki kemampuan untuk menilai kemampuan seseorang, sehingga bersedia meyakinkan rasul-rasul yang takut dan ragu-ragu pada Saulus yang baru bertobat (Kis 9:27). Yusuf (Bernabas) sangat membantu Saulus yang kemudian berubah nama sebagai Paulus di masa awal ketika hendak menjadi rasul yang penuh dengan tantangan. Begitu juga ketika bersama Paulus di Antiokhia, Yusuf Bernabas ini rela berpisah dari Paulus hanya mau mengajak Yohanes yang disebut Markus. Paulus sama sekali tidak lagi mempercayai Markus karena telah meninggalkan mereka di Pamfilia (Kis 15: 37-39). Yusuf Bernabas berkorban meninggalkan Paulus saudaranya yang telah bersama-sama dalam memberitakan Injil ke berbagai tempat, demi tetap merangkul murid-murid lain yang telah diutus juga oleh rasul-rasul Yesus.
3.Rendah Hati (humble)
Sikap rendah hati Yusuf dari Kanaan ditunjukkan ketika kembali menerima saudara-saudaranya yang datang dari Kanaan ke Mesir untuk membeli gandum. Saudara-saudaranya yang telah membenci dan tega menjualnya, rela diterima kembali sebagai saudara dan memberi kepada mereka apa yang dibutuhkan. (Kej 42: 1-38; 43: 1-34; 45:1-15). Begitu pula Yusuf dari Betlehem memperlihatkan sikap rendah hatinya dengan:
a)menerima Maria menjadi isterinya setelah melewati proses di Bait Allah. Semula menolak karena merasa tidak layak menikahi seorang perawan yang masih remaja dan berbeda umur jauh darinya
b)menerima Maria dan Yesus sesuai perintah Malaekat dalam mimpi
c)bersedia tinggal di Nazareth bersama Maria dan Yesus sampai ajal tiba meski sejak awal dia kurang suka dengan Nazareth
d)taat pada perintah Ilahi lewat mimpi dan otoritas keagamaan Yahudi
Lebih lanjut Yusuf dari Arimatea menunjukkan kerendahan hatinya dengan peduli pada Yesus orang Nazaret-Galilea. Yusuf dari Arimatea memiliki jabatan penting di Majelis Besar Keagamaan Yerusalem, namun rela menolong Yesus yang dipandang penjahat ketika sudah meninggal dan tergantung pada salib. Dia menurunkan dan menguburkan serta membiayai seluruh biaya untuk urusan itu. Begitu halnya dengan Yusuf (Bernabas) dari Siprus yang tetap semangat untuk memberitakan Injil ke berbagi tempat sampai ajalnya tiba.
4. Sosok Istimewa yang mendapatkan Mahkota (crown)
Keempat sosok yang disebutkan dalam Alkitab ternyata adalah sosok istimewa. Keistimewaan itu tergambar pada kisah partisipasi aktif mereka dalam skenario penyelamatan Allah bagi umat manusia.
Yusuf dari Kanaan yang hidup di Mesir dipakai Allah untuk meneruskan peziarahan bangsa pilihanNya. Justru karena Yusuf, kesusahan pangan yang diderita Yakub bin Ishak bersama isteri dan anak-anaknya di tanah Kanaan dapat diatasi. Ancaman kematian akibat ketiadaan pangan sungguh nyata dan pada saat yang sulit itu Yusuf si anak yang hilang menyelamatkan mereka. Dari keturunan Yakub inilah melahirkan Israel dengan suku-sukunya; bangsa pilihan yang pada akhirnya melahirkan Yesus sebagai Mesias umat manusia. Dalam diri Yesus Sang Mesias itu digenapi rencana penyelamatan manusia dari dosa dan perhambaan. Yusuf yang terbuang telah menjadi penguasa di Mesir dan buah kekuasaan itu dia rela berbagi dengan Yakub ayahnya bersama saudara-saudaranya. Kesusahan mendahului kemuliaan. Yusuf akhirnya mendapatkan mahkota kemuliaan yakni tulang belulangnya dibawa kembali ke Kanaan sehingga tetap bergabung dalam barisan Israel bangsa pilihan Allah.
Sementara Yusuf dari Betlehem dipilih Allah untuk menyertai Maria dalam mewujudkan kehadiran penyelamat yakni Yesus Sang Mesias. Yusuf adalah sosok hina dina; menjadi korban cercaan dan hinaan saudara-saudaranya. Dia hidup susah dan terpisah dari sanak saudaranya. Yusuf hanya menjadi pekerja pada tuan-tuan yang mempekerjakannya dari waktu ke waktu. Di atas kefanaan itu, Allah memilihnya karena pada dirinya memiliki keutamaan yakni rendah hati dan taat. Sikap rendah hati dan taat itu dinyatakan Yusuf kepada Yesus Juru Selamat puteranya terkasih ketika hendak menghembuskan nafas terakhir, ”…Tuhan dan Allahku yang tertinggi, Putera Bapa yang kekal, Pencipta dan Penebus Dunia. Berikan berkatMu kepada hamba dan pekerjaan tanganku. Maafkan ya Raja yang Maha Penyayang kesalahan yang telah aku lakukan dalam pelayanan dan hubunganku dengan diriMu. Aku memuji dan mengagungkanMu seraya mengucapkan terima kasih yang abadi dan tulus kepadaMu karena telah dalam kerendahan hatiMu yang tak terlukiskan, memilihku untuk menjadi pasangan dari IbuMu yang sejati. Biarlah kebesaran dan kemuliaanMu menjadi ucapan syukurku untuk selama-lamanya.” Yusuf akhirnya mendapatkan mahkota kemuliaan yakni diberkati oleh Puteranya sendiri yang adalah Allah yang menjelma,“Ayahku beristirahatlah dalam damai dan dalam kasih karunia BapaKu yang kekal. Kepada para nabi dan orang suci yang menunggumu di Limbo, bawalah kabar gembira tentang mendekatnya penebusan mereka.” (from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich).
Yusuf dari Arimatea dipilih Allah untuk mengemban tugas terakhir bagi Yesus Sang Penyelamat, yang baru saja menunaikan tugas melunasi utang dosa melalui mati di kayu salib. Yusuf orang Arimatea itu harus menguburkan jenasah Yesus, supaya peristiwa kebangkitan yang mengalahkan maut menjadi nyata bagi dunia untuk selama-lamanya. Melalui sikapnya yang heroik itu, Yusuf dari Arimatea mendapatkan mahkota kemuliaan yakni menerima ucapan terima kasih sekaligus pamitan dari Bunda Maria dalam suatu kunjungannya ke Betlehem beberapa waktu sebelum meninggalkan dunia. Yusuf dari Arimatea sungguh menerima keistimewaan hingga Ibu Tuhan mengunjunginya.
Yusuf (Bernabas) dari Siprus dipilih Allah untuk menemani Paulus; seorang penjahat yang bertobat untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain. Jasa Paulus yang memberitakan injil ke wilayah-wilayah di luar Israel, memungkinan seluruh dunia mengenal Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub bersama Putera tunggalNya yakni Yesus dari Nazaret yang bangkit mengalahkan maut.
5. Kepenuhan Nilai (fullness of value)
Tuhan selalu menambahkan figur untuk menggenapi rencana penyelamatan umat manusia dari dosa dan perhambaan. Figur Yusuf sesungguhnya adalah bayang-bayang Allah sendiri yang menyelamatkan. Allah menyelamatkan bangsa Israel pada Perjanjian Lama, Allah pula menyelamatkan umat Manusia untuk memasuki Perjanjian Baru dan kekal. Jika bukan Allah sendiri, maka penyelamatan bangsa Israel pada Perjanjian Lama dalam diri Yakub dan anak-anaknya tidak diwujudkan. Kesetiaan Allah pada perjanjianNya sejak Abraham terus berproses menuju kepenuhan. Ketika Allah sendiri berinkarnasi dalam diri Yesus dari Nazareth. Allah pula setia menyertai sang Mesias itu dari kandungan, kelahiran, pengungsian, pertumbuhan dan perkembangan, masa pewartaan, penderitaan, kematian hingga pada kebangkitan mulia. Allah pula yang menyertai rasul-rasulNya untuk pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Allah yang Maha Kasih memilih manusia yang tepat untuk menyertaiNya di sepanjang ziarah penyelamatan. Bagi manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Allah tak ada mustahil. Hina dinanya Yusuf dari Kanaan dan Yusuf dari Betlehem memperlihatkan betapa Allah berpihak pada mereka itu dengan mengangkatnya menjadi hebat, perkasa dan dikenang sepanjang masa.
Keempat sosok Yusuf dalam Alkitab memiliki sikap dasar yang teguh dalam menegakan prinsip akan kebenaran. Yusuf dari Mesir teguh mempertahankan kemurnian diri meski digoda oleh isteri Potifar. Begitu juga Yusuf dari Betlehem teguh mempertahankan perintah Allah melalui malaekat dalam menemani Maria dan Yesus. Meskipun Maria adalah isterinya (secara hukum Yahudi) tapi tidak disentuh secara fisik karena Maria telah menjadi milik Allah. Keteguhan bersikap juga dinyatakan oleh Yusuf dari Arimatea yang berani bersikap lain dengan sesama anggota Majelis Besar Keagamaan Yahudi. Dia diam-diam percaya kepada Yesus dan menolak Yesus dijatuhi hukuman mati. Sama halnya dengan Yusuf (Bernabas) yang memiliki keteguhan hati untuk tetap merangkul sesama murid Yesus, meskipun tidak disukai oleh rasul-rasul seperti pada Saulus dan Yohanes yang disebut Markus.
Keempat figur Yusuf memiliki persamaan nasib yakni pribadi-pribadi yang terbuang, terhempas dari kebersamaan dan persaudaraan.Yusuf Kanaan dan Yusuf Betlehem dibuang oleh saudara-saudara kandung. Mereka terisolir dari keluarga. Yusuf dari Arimatea terbuang dari komunitas Majelis Besar Bait Allah karena secara diam-diam mengikuti Yesus dan bersih keras menolak penyaliban Yesus. Meskipun pada akhirnya Yesus tetap dihukum dengan penyaliban. Yusuf (Bernabas) dari Siprus akhirnya terpisah dari Paulus. Kisahnya tidak ditulis lebih lanjut dalam Kitab Suci. Sosok yang terbuang, ternyata dipilih Allah untuk membesarkan kemuliaannya. Israel bangsa pilihan tegak berdiri. Allah yang berinkarnasi tetap lestari menjadi sumber keimanan mayaoritas manusia sejagat. Spirit perutusan tetap bergema dari awal hingga sekarang dan sampai selama-lamanya.
Dari keempat sosok Yusuf, sesungguhnya yang tersohor adalah Yusuf dari Betlehem. Dia adalah puncak dari keikutsertaan manusia dalam kisah penyelamatan. Mengapa demikian? Dia sudah sejak awal hingga kematiannya, setia mengikuti Mesias dengan aneka kisah heroik dan mengharukan. Atas dasar itu, pantaslah Gereja menghormati Yusuf suami Maria sebagai orang kudus. Dia telah terpilih secara istimewa menjadi pengasuh Yesus Sang Mesias. Dalam diri Yusuf ada anugerah kebajikan dan kasih yang melimpah. Mohonlah darinya doa untuk perlindungan serta anugerah kebajikan hidup.
Sumber:
Alkitab Deuterokanonika LAI, Cetakan tahun 2014
The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net, dikutip dalam Menyimak Kehidupan Santo Yusuf pada https://sandtuh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar