Biarkan KITA tahu kisah Yesus Memanggul Salib. Ada kisah dan alur yang belum semuanya terungkap. Tulisan ini bersumber dari:“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi XXXV & XXXVI“Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/ yesaya” dan Alkitab Gereja Katolik serta dari Wikipidia Bahasa Indonesia. Kiranya dapat menambah khazanah pengetahuan bagi yang membacanya.
Yesus Jatuh Keempat Kali Tercebur Lumpur
Ketika arak-arakan Yesus bersama Simon yang memikul salib, tiba di gerbang arah Selatan di belakang Bukit Sion, para algojo pembantu tiba-tiba mendorong Yesus ke sebuah kubangan yang ada di dekatnya. Simon dari Kirene, dalam usahanya menghindari kubangan, memutar palang salibnya, mengenai Yesus sehingga jatuh tercebur ke dalam lumpur yang kotor (keempat). Simon bersusah-payah mengangkat salib kembali. Yesus lalu berseru dalam nada suara yang, walaupun jelas, terdengar sedih dan menyayat hati, “Yerusalem, Yerusalem. Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” Ketika kaum Farisi mendengar perkataan ini, amarah mereka meledak. Mereka pun melancarkan kembali caci-maki serta hajaran yang bertubi guna memaksa Yesus segera keluar dari lumpur. Kekejian kaum Farisi terhadap Yesus menggusarkan hati Simon dari Kirene hingga akhirnya dia berseru, “Jika kalian terus bersikap brutal seperti ini, aku akan melemparkan salib ini dan tidak mau memikulnya lagi. Kalian dapat memaksaku hanya setelah kalian melangkahi mayatku terlebih dulu.”
Yesus Jatuh Kelima Kali Ditopang Simon dari Kirene
Ketika arak-arakan Yesus tiba di jalanan dengan tiga cabang yakni ke arah Barat Daya menuju Betlehem melalui lembah Gihon. Lalu arah Selatan menuju Emaus dan Joppa dan ke Kalvari yang berakhir di pintu gerbang menuju ke Bethsur. Pada jalanan itu, banyak orang ada dekat sana sambil menyaksikan peristiwa yang sedang terjadi. Tampak petugas telah mengikatkan suatu papan pengumuman pada sebuah tonggak yang berdiri di awal jalan menuju Kalvari, memaklumkan kepada siapa saja yang lewat bahwa Yesus dan kedua penyamun akan segera dihukum mati. Sekelompok perempuan bergerombol menangis dan meratap. Banyak di antara mereka menggendong anak-anak kecil dalam pelukan. Sebagian besar adalah para gadis dan para perempuan dari Yerusalem yang mendahului arak-arakan. Sebagian kecil lainnya berasal dari Betlehem, Hebron dan daerah-daerah sekitarnya, yang datang untuk merayakan Paskah.
Sesampai di jalanan bercabang tiga itu, Yesus nyaris jatuh lagi. Akan tetapi Simon dari Kirene bergegas menopang yang membuat Yesus tersandar pada tubuhnya (kelima). Ketika para perempuan dan anak-anak melihat keadaan Yesus demikian, mereka menangis histeris sambil meratap. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Oleh karena situasi demikian arak-arakan akhirnya berhenti sejenak.
Yesus Jatuh Keenam dan Ketujuh kali
Ketika iring-iringan tiba di suatu jalanan menikung tajam ke Selatan, Yesus tersandung dan jatuh (keenam). Jatuhnya sungguh parah. Kendati sudah terjatuh dan tak berdaya, tetapi algojo pembantu tetap memukul Yesus guna memaksaNya bangkit berdiri.
Menyaksikan Yesus jatuh dan sikap kasar dari para algojo, Simon dari Kirene dengan rasa dongkol tanpa menghiraukan tubuhnya sendiri yang lelah, memohon kepada algojo agar dia dapat membantu Yesus memikul salib lagi. Akan tetapi para algojo pembantu memakinya lalu mengusir Simon pergi. Simon memilih bergabung dengan kelompok para murid.
Yesus pun bangkit dan melanjutkan perjalanan ke Kalvari. Segera sesudah tiba di puncak Kalvari, kira-kira pukul dua belas kurang seperempat Yesus yang sudah kehabisan tenaga dengan beban salib di pundakNya jatuh terkapar lagi (ketujuh).
Para algojo yang tak berperikemanusiaan menyeret Yesus ke atas menggunakan tali-temali yang mereka ikatkan sekeliling pinggangNya, lalu mereka melepaskan ikatan lengan salib dan melemparkan palang itu ke atas tanah. Para algojo pun berseru dengan nada mengejek,“Raja yang Mahakuasa, kami hendak mempersiapkan tahta bagi baginda.”
Ketika tiba di Kalvari, para algojo memerintahkan agar para pekerja dan anak-anak lelaki yang membawa peralatan eksekusi segera mendahului. Kaum Farisi yang datang dengan menunggang kuda, langsung mengambil jalan menuju sisi Timur Kalvari.
Dalam kondisi sempoyongan, Yesus dipaksa algojo untuk segera membaringkan diri di atas salib. Tujuannya adalah para algojo dapat mengukur serta menandai titik-titik untuk kedua tangan dan kakiNya. Di tengah situasi itu, kaum Farisi tiada henti-hentinya mencemooh Yesus. Ketika segala pengukuran telah selesai, mereka menggiring Yesus ke sebuah gua yang terdapat dalam bukit karang. Gua itu dulunya biasa dipergunakan sebagai tempat penyimpanan. algojo membuka pintunya, mendorong Yesus masuk dengan hebatnya. Atas dorongan itu membuat Yesus mengerang kesakitan, segera pula mereka menutup pintu gua dan menempatkan penjaga-penjaga di depannya.
Para algojo pembantu melanjutkan persiapan segala sesuatu untuk penyaliban.
Dari puncak Kalvari terlihat pemandangan yang indah atas seluruh kota Yerusalem. Puncak Kalvari bentuknya melingkar. Sekelilingnya dibentengi tembok yang rendah dengan lima pintu masuk yang terpisah. Pada bagian tengah puncak bukit merupakan area yang agak tinggi. Tingginya sekitar dua kaki. Guna mencapai puncaknya orang harus mendaki dua sampai tiga langkah
Para algojo menggali lubang-lubang untuk ketiga salib di puncak bukit Kalvari. Lubang yang diperuntukkan bagi kedua penyamun dibuat satu di sebelah kanan, dan satu di sebelah kiri lubang yang diperuntukkan bagi salib Yesus. Kedua lubang itu lebih rendah dan lebih kasar buatannya daripada lubang salib Yesus.
Lalu algojo menggotong salib Yesus ke tempat di mana hendak disalibkan dan menempatkannya dengan posisi sedemikian rupa hingga salib dapat dengan mudah jatuh masuk ke dalam lubang yang telah dipersiapkan. algojo mengikatkan lengan salib erat-erat ke badan salib, memakukan papan di bagian bawah sebagai tumpuan kaki, membuat lubang-lubang untuk paku, serta membuat lekukan-lekukan di badan salib pada bagian-bagian yang akan menyangga kepala dan punggung Yesus. Tujuannya agar tubuh Yesus dapat menempel pada salib. Dengan posisi demikian memungkinkan penderitaan lebih panjang. Apabila berat seluruh tubuh Yesus dibiarkan bertumpu pada kedua tangan, maka akan cepat terkoyak dan kematian akan datang lebih cepat. Para algojo memancangkan pula potongan-potongan kayu ke tanah, agar salib dapat berdiri tegak. Begitu pula persiapan lainnya untuk untuk penyaliban kedua penyamun.
Diedit oleh Matheus Antonius Krivo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar