Oleh Matheus Antonius Krivo
Biarkan KITA tahu kisah Perjamuan Malam Terakhir Yesus Bersama Murid-MuridNya. Ada kisah dan alur yang belum semuanya terungkap. Tulisan ini bersumber dari:“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi II-IX. “Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/ yesaya” dan Alkitab Gereja Katolik. Kiranya dapat menambah khazanah pengetahuan bagi yang membacanya.
Tentang Bangunan
Bangunan tempat berlangsungnya Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama Murid-MuridNya merupakan bangunan kuno. Pada masa lalu bangunan ini pernah tersimpan Tabut Perjanjian. Nabi Malaekhi juga pernah bersembunyi diri di tempat ini dan menulis nubuat-nubuatnya mengenai Sakramen Mahakudus dan Kurban Perjanjian Baru. Pada masa penghancuran Kota Yerusalem oleh Bangsa Babilonia, bangunan ini tidak ikut hancur. Sekian waktu lamanya, bangunan tersebut dalam keadaan berantakan dan terbengkalai. Penataan kembali dilakukan oleh Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea. Keduanya menata bangunan utama dengan sangat serasi, dan menjadikannya suatu ruang perjamuan bagi orang-orang asing yang datang ke Yerusalem dengan tujuan untuk merayakan Paskah.
Di samping gedung utama, di sekelilingnya ada sejumlah gudang untuk monumen dan batu-batu lainnya, dan bengkel bagi para pekerja. Yusuf dari Arimatea memiliki tambang-tambang berharga di negeri asalnya, dari sana ia mendatangkan batu-batu besar agar para pekerjanya dapat membentuknya. Yusuf sendiri melakukan pengawasan langsung. Produksi pengolahan menghasilkan batu-batu makam, hiasan rumah, juga pilar-pilar untuk dijual. Nikodemus bekerjasama dengan Yusuf dari Arimatea dalam usaha ini. Nikodemus sendiri menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan memahat. Ia bekerja dalam suatu ruangan bawah tanah. Pekerjaan inilah yang membuatnya mengenal Yusuf dari Arimatea; mereka kemudian bersahabat dan seringkali bekerjasama dalam berbagai transaksi dagang.
Posisi ruang perjamuan berada di tengah bangunan. Di bagian ruang depan memiliki tiga pintu masuk. Sesudahnya ruang dalam yang besar yang merupakan ruang perjamuan. Pada ruang perjamuan ini digantungkan dari platform sejumlah lentera. Pada bagian temboknya dihias ornamen. Ada tikar yang tersimpan di dinding tembok.
Pada bagian belakang ruangan perjamuan terdapat tiga bagian ruangan yang dipisahkan dengan sebuah tirai dari kain kasa biru transparan. Di bagian akhir pembagian ini pada kedua sisinya, ditempatkan pakaian dan segala keperluan lain yang diperlukan untuk perayaan. Di tengah-tengahnya terdapat semacam altar. Suatu meja batu dengan tiga anak tangga, berbentuk empat persegi panjang, muncul dari tembok. Ruangan tempat Yesus melakukan Perjamuan Malam Terakhir dikenal dengan sebutan Senakel. Kata Senakel berasal dari kata Latin cenaculum, yang berarti "ruang makan atas" atau "ruang atas".
Persiapan Perjamuan Terakhir
Sebelum fajar pada hari itu (hari Kamis), Yesus memanggil Petrus, Yakobus dan Yohanes, berbicara dengan mereka mengenai segala sesuatu yang harus mereka persiapkan di Yerusalem. Kemudian Yesus mengutus Petrus dan Yohanes berangkat ke Yerusalem guna mempersiapkan segala sesuatu untuk perjamuan malam terakhir.
Keduanya melakukan perjalanan ke Yerusalem dan saat sampai di puncak Bukit Sion, mereka melangkah menuju ke arah Selatan, tepat pada permulaan suatu tanjakan kecil, Petrus dan Yohanes bertemu dengan seorang lelaki yang dimaksudkan oleh Yesus (Mrk 14:13-16). Mereka pun mengikutinya dan mengatakan kepadanya seperti yang diperintahkan Yesus. Laki-laki itu pun menjawab bahwa dia diminta Nikodemus dan telah mempersiapkan ruangan untuk suatu perjamuan. Akan tetapi dia tidak tahu untuk siapa. Setelah tiba di rumah yang dipersiapkan, laki-laki itu menunjuk kepada Petrus dan Yohanes sebuah ruangan atas yang sudah tersedia. Si lelaki itu bernama Heli yang merupakan saudara ipar dari Zakaria; ayah Yohanes Pembaptis. Dia bekerja sebagai pelayan di rumah Nikodemus.
Usai mengetahui tempat untuk perjamuan malam, Petrus dan Yohanes melangkah melalui sisi Utara Bukit Sion, melintasi jembatan dan tiba di depan Bait Allah. Lalu menuju ke sisi Timur Bait Suci menuju Ophel dan tiba di pasar hewan yang terletak di sebelah Utara Bait Allah. Rasul-rasul itu membeli anak domba milik salah satu putera Simeon Tua; yang pernah bernubuat tentang Yesus di Bait Allah saat dipersembahkan oleh Maria dan Yusuf pada usia 40 hari. Selanjutnya para murid menyediakan segala sesuatu untuk perjamuan. Beberapa barang kebutuhan seperti piala diambil dari rumah Serafiah (yang kemudian dikenal dengan Veronika). Kata Veronika berasal dari vera=asli dan icon=gambar. Jadi veronica berarti gambar asli. Serafiah adalah isteri dari Sirakh; salah seorang anggota sidang Bait Allah-Sanhendrin.
Piala dari Serafiah merupakan barang antik koleksi keluarga mereka. Serafiah membelinya dari kolektor barang-barang antik purba kala. Bersama piala ada 6 gelas kecil. Piala berdiri pada sebuah piring besar. Lalu di atas mulut piala ada piring kecil dan sebuah tutupan bulat. Ada sebuah senduk kecil diletakan di bawah kaki piala. Piala dibungkus dengan kain lenan dan bersama barang-barang lainnya disimpan dalam sebuah wadah dari kulit.
Piala besar terdiri dari cawan dan kakinya. Cawan berbentuk seperti buah per, ukurannya besar, berwarna gelap, digosok mengkilap, dengan hiasan-hiasan emas dan dua pegangan kecil dengan mana piala dapat diangkat. Kaki piala terbuat dari emas murni, dengan ukir-ukiran, berhiaskan seekor ular dan segerombol kecil anggur, pula bertahtakan batu-batu berharga.
Yesus dari Betania menuju Yerusalem
Yesus bersama Murid-MuridNya berada di Betania mengikuti Perjamuan di rumah Simon (si kusta) pada hari Rabu Malam. Usai perjamuan Yesus menginap di rumah Lazarus. Datang pula Nikodemus ke rumah Lazarus dan berbincang-bincang dengan Yesus. Menjelang fajar Nikodemus kembali ke Yerusalem dihantar separuh perjalanan oleh Lazarus. Murid-murid Yesus menginap di penginapan yang terletak di luar Betania. Turut serta dalam perjamua di Betani adalah Maria Bunda Yesus beserta para perempuan lainnya. Termasuk diantaranya Maria Magdalena. Pada saat itu Maria Magdalena untuk terakhir kalinya mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang berharga.
Pada hari Kamis, Yesus sendiri pada pagi hingga siang masih berada di Betania bersama rasul-rasulNya. Yudas Iskariot meminta ijin lebih dulu meninggalkan Betania menuju Yerusalem. Alasan Yudas Iskariot adalah hendak membayar hutang-hutang yang belum terlunaskan. Sesungguhnya Yudas menghabiskan waktu sepanjang hari untuk mematangkan rencana akhir bersama kaum Farisi dan imam kepala guna menangkap Yesus. Bahkan kepada Yudas ditunjukkan pula pasukan prajurit yang dipersiapkan untuk menangkap Yesus.
Sekitar pukul duabelas siang, Yesus bersama sembilan rasul-Nya meninggalkan Betania menuju ke Yerusalem. Bersama Yesus dan rasul-rasulNya, ikut pula tujuh murid yang datang dari Yerusalem dan daerah sekitarnya. Di antara mereka adalah Yohanes, Markus, dan putera janda miskin yang pada hari Kamis sebelumnya mempersembahkan dua pesernya di Bait Allah. Ketujuh murid yang menyertai Yesus dan rasul-rasulNya ke Yerusalem tidak terus menyertai-Nya, melainkan mereka membawa jubah-jubah untuk keperluan upacara Paskah ke ruang perjamuan, lalu kembali ke rumah Maria - ibunda Markus. Sementara Yesus dan rasul-rasulNya berkeliling di Bukit Zaitun sekitar Lembah Yosafat hingga ke Bukit Kalvari. Ketika Petrus dan Yohanes telah mempersiapkan segala sesuatu di tempat perjamuan, kedua rasul itu berangkat menuju Lembah Yosafat untuk menjemput Yesus dan rasul-rasul yang menyertaiNya.
Pelaksanaan Perjamuan
Perjamuan Malam Terakhir, terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah Yesus dan para murid-Nya di ruang perjamuan. Kedua adalah Nataniel bersama duabelas murid lainnya di salah satu ruangan samping. Ketiga adalah Eliakim (putera dari Kleopas dan Maria puteri Heli), yang adalah murid Yohanes Pembaptis, dengan duabelas murid lainnya, di ruangan samping yang lain.
Ada tiga ekor anak domba dikurbankan untuk perjamuan itu di Bait Suci. Tetapi ada anak domba keempat yang dikurbankan di ruang perjamuan itu yang kemudian disantap oleh Yesus bersama para rasul-Nya.
Anak Domba Dikurbankan
Bejana-bejana dan peralatan yang diperlukan dipersiapkan, kemudian para pelayan (major domo) membawa masuk seekor anak domba kecil yang elok berhiaskan sebuah mahkota. Anak domba itu diikatkan dengan posisi perutnya di atas sebilah papan, menggunakan seutas tali sekeliling tubuhnya. Putera Simeon menahan kepala anak domba. Yesus membuat suatu sayatan kecil di leher anak domba menggunakan ujung sebilah pisau, yang kemudian diserahkan-Nya kepada putera Simeon, agar ia melanjutkan menyembelih anak domba. Darah anak domba mengalir ke dalam sebuah pasu. Para pelayan membawa seikat hisop yang dicelupkan Yesus ke dalam pasu. Lalu Yesus pergi ke pintu ruang perjamuan, menyapukan darah anak domba pada kedua tiang pintu dan kuncinya, dan menempatkan hisop yang telah dicelupkan ke dalam darah ke ambang atas pintu. Kemudian Ia berbicara kepada para murid, dan mengatakan kepada mereka, bahwa malaikat pemusnah akan lewat. Mereka akan bersembah sujud di ruangan itu tanpa takut bilamana Anak Domba Paskah sejati telah dikurbankan. Akan dimulai suatu masa baru yang akan berlangsung hingga akhir zaman.
Lalu Yesus bersama murid-muridNya pergi ke bagian ruangan yang lain, dekat perapian yang sudah menyala. Yesus menyiramkan sebagian darah ke atas perapian, menguduskannya sebagai altar. Sisa darah dan lemak dibuang ke dalam api di bawah altar. Sesudahnya, Yesus, bersama para rasul-Nya berjalan mengelilingi ruang perjamuan, sambil memadahkan mazmur, 118. Semua pintu tertutup sepanjang waktu itu. Putera Simeon telah selesai mempersiapkan anak domba. Ia menembusi tubuh anak domba dengan kayu pancang, mengikatkan kaki-kaki depannya pada sebuah kayu silang dan meregangkan kaki-kaki belakangnya sepanjang kayu pancang. Lalu, anak domba ditempatkan di atas tungku untuk dipanggang bersama tiga anak domba lainnya yang dibawa dari Bait Suci.
Sesudah mempersembahkan kurban anak domba dan memberikan pengajaran tentang Anak Domba Paskah Sejati, tibalah saatnya mereka menuju ruang perjamuan. Saat itu Yudas pun tiba. Meja-meja dipersiapkan. Para murid mengenakan pakaian bepergian yang ada di ruang depan, mengganti sepatu, memakai jubah putih serupa kemeja dan mantol yang pendek di bagian depan dan panjang di bagian belakang. Lengan-lengan baju yang panjang disingsingkan. Jubah-jubah yang dikenakan diikat pada pinggangnya. Setiap kelompok pergi ke meja perjamuan masing-masing. Dua kelompok murid di ruangan-ruangan samping dan Yesus bersama para rasul-Nya di ruang perjamuan. Dengan tongkat di tangan, mereka pergi berdua-dua ke meja perjamuan, di mana mereka tetap berdiri, masing-masing di tempatnya, dengan tongkat tergantung pada lengannya dan tangan-tangan terangkat.
Pembasuhan Kaki Para Rasul
Posisi duduk para rasul yakni Yohanes, Yakobus Tua, dan Yakobus Muda duduk di sebelah kanan Yesus; sesudah mereka Bartolomeus, dan kemudian, di bagian ujung yang membelok, Thomas dan Yudas Iskariot. Petrus, Andreas dan Tadeus duduk di sebelah kiri Yesus; sesudahnya Simon, dan kemudian (di bagian ujung yang membelok) Matius dan Filipus. Ketika sedang duduk Yesus pun melanjutkan pengajaran kepada rasul-rasul beberapa waktu lamanya. Ketika pengajaran berakhir, Yesus menyuruh Yohanes dan Yakobus Muda untuk mengambil air dari ruang depan. Yesus meminta para rasul untuk menata kursi dalam bentuk setengah lingkaran. Kemudian Yesus pergi ke ruang depan, menanggalkan jubahnya, Dia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkan pada pinggang-Nya (Yoh 13: 4).
Setelah mempersiapkan semuanya, Yesus menghampiri rasul-rasulNya seorang demi seorang, menuangkan air dari basi yang dibawa Yohanes ke kaki masing-masing rasul, lalu menjumput ujung kain lenan yang diikatkan ke pinggang-Nya dan menyeka kaki-kaki mereka. Petrus, ketika tiba gilirannya, dengan segala kerendahan hati berusaha keras mencegah Yesus membasuh kakinya, “Tuhan,” serunya, “Engkau hendak membasuh kakiku?" Yesus menjawab, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Petrus mengatakan, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Yesus menjawab, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Maka, berserulah Petrus, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" Jawab Yesus, “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." Setelah membasuh kaki semua rasulNya, Yesus mengenakan kembali jubah-Nya. Para rasul pun menurunkan jubah mereka, yang tadinya mereka naikkan dan ikatkan pada pinggang. (Yoh 13: 5-12). Selanjutnya Yesus memberikan pengajaran tentang makna pembasuhan kaki yang dilakukan kepada rasul-rasulNya.
Makan Anak Domba Paskah
Anak domba Paskah dihidangkan dalam sebuah pinggan di tengah-tengah meja. Kepalanya ditempatkan di atas kaki-kaki depannya, yang diikatkan pada sebuah kayu silang. Kaki-kaki belakangnya diregangkan ke belakang. Pinggan dihiasi dengan bawang putih. Di sampingnya terdapat sebuah pinggan dengan daging panggang Paskah. Lalu sebuah piring dengan sayur-sayuran hijau yang ditata rapi, dan sebuah piring lain dengan kantong-kantong kecil berisi sayur-sayuran pahit. Di hadapan Yesus juga terdapat sebuah pinggan dengan sayur-sayuran pahit yang berbeda, dan sebuah mangkok berisi kuah. Di hadapan para tamu terdapat roti-roti bundar pada sebuah piring. Mereka mempergunakan pisau-pisau gading untuk memotong daging anak domba.
Yesus meletakkan secawan anggur dihadapan-Nya dan mengisi enam cawan lain yang masing-masing diletakkan di antara dua rasul. Yesus memberkati anggur dan minum. Para rasul minum berdua-dua dari satu cawan. Kemudian Yesus memotong anak domba. Para rasul-Nya memberikan roti mereka secara bergantian, dan masing-masing menerima bagiannya. Mereka makan dengan tergesa, memisahkan daging dari tulangnya menggunakan pisau-pisau gading. Sesudah itu tulang-belulang dibakar. Mereka juga menyantap bawang putih dan sayur-sayuran hijau dengan tergesa sambil mencelupkannya dalam kuah. Semua ini dilakukan sementara mereka tetap berdiri, hanya bersandar sedikit pada punggung tempat duduk mereka. Yesus memecahkan salah satu ketul dari roti tak beragi, membungkus yang sebagian, dan membagikan sisanya di antara para rasul. Secawan anggur lagi dibawa masuk, tetapi Yesus tidak meneguknya: “Ambillah ini,” kata-Nya, “dan bagikanlah di antara kalian, sebab mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku” (Mat 26:29). Setelah mereka meneguk anggur, mereka memadahkan puji-pujian; lalu Yesus berdoa, dan mereka sekali lagi mencuci tangan mereka. Sesudah itu mereka duduk. Yesus memotong seekor anak domba lain yang dihantarkan pada para perempuan kudus termasuk Maria-IbuNya di salah satu ruangan lain di dalam rumah besar itu; yang mana mereka sedang duduk mengelilingi meja.
Tak lama berselang Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini” (Mat 26:21, 23). Yesus kemudian membagikan selada, yang hanya ada satu pinggan, kepada para rasul yang ada di samping-Nya, dan Ia memberikan kepada Yudas, untuk membagikannya kepada yang lain. Lalu Yesus melanjutkan perkataannya, “Anak Manusia memang akan pergi, sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia. Akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Mendengar itu para rasul spontan berseru, “Bukan aku, ya Tuhan?” Petrus mencodongkan tubuhnya ke arah Yohanes, lewat belakang Yesus, dan membuat isyarat kepada Yohanes untuk menanyakan kepada Yesus siapakah gerangan pengkhianat yang dimaksud. Yohanes bertanya kepada Yesus, “Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Lalu Yesus mencelupkan roti, yang dibungkus dengan selada, dan memberikannya dengan lembut kepada Yudas, Yudas pun menerimanya sambil bertanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Yesus memandang kepadanya dengan tatapan kasih dan berkata, “Engkau telah mengatakannya.” (Mat 26: 25). Dan sesudah Yudas menerima roti itu, Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera.” Yudas pun segera pergi dan pada saat itu hari sudah malam (Yoh 13: 27,29).
Usai makan domba Paskah masih dilangsungkan puji-pujian. Kemudian Yesus bersama kesebelas rasulNya meninggalkan Senakel menuju ke Taman Getzemani melalui Lembah Yosafat. Begitu juga Maria Ibu Yesus, Maria Magdalena, Maria Isteri Kleopas, Maria Salome, dan Salome kembali ke rumah Ibunda Markus untuk beristirahat ***
Catatan:
**Rumah yang memiliki ruang atas tempat perjamuan terakhir Yesus bersama Murid-MuridNya pada masa purba diduga milik Maria Ibunda Yohanes yang disebut Markus. Dugaan itu berdasarkan teks Kis 12:12. Rumah tempat dimana Bunda Maria bersama para rasul setelah Yesus naik ke surga sering berkumpul dan berdoa bersama.
**Namun dalam meditasi Catharine Emmerich, terlihat bahwa rumah itu milik Nikodemus. Nikodemus bersama Yusuf Arimatea yang melakukan pemugaran terhadap bangunan kuno dan menjadikannya tempat penginapan dan ruang untuk perjamuan Paskah Yahudi bagi orang asing.
**Dalam perjalanan, bangunan asli ruang perjamuan hancur dan baru dibangun kembali pada abad ke-12 oleh Tentara Salib. Kemudian direnovasi oleh kaum Muslim pada masa kekuasaan Ottoman. Arsitekturnya bangunan yang ada hingga masa kini bergaya gotik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar