Kamis, 31 Juli 2025

Ecce Homo dan Yesus Dijatuhi Hukuman Mati (cerita detail)

 

Oleh Matheus Antonius Krivo

Biarkan KITA tahu kisah Ecce Homo (Lihatlah Manusia ini) dan Yesus Dijatuhi Hukuman Mati oleh Pilatus. Ada kisah dan alur yang belum semuanya terungkap. Tulisan ini bersumber dari:“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi XXVII & XXIX “Diterjemahkan oleh YESAYA:  www.indocell.net/ yesaya” dan Alkitab Gereja Katolik serta dari Wikipidia Bahasa Indonesia. Kiranya dapat menambah khazanah pengetahuan bagi yang membacanya.


Lihatlah Manusia Ini=Ecce Homo

Para algojo kemudian menggiring kembali Yesus ke istana Pilatus. Yesus mengenakan mantol merah tergantung di pundak, mahkota duri di kepala dan buluh pada tangan yang dibelenggu. Sekujur tubuh Yesus penuh luka berdarah. Ketika melihat Yesus yang muncul di pintu masuk balai pengadilan, Pilatus terpana oleh rasa ngeri dan belas kasihan. Sementara para imam dan khalayak ramai,  terus menghujani Yesus dengan makian dan cemooh. Ketika Yesus telah mendaki tangga, Pilatus maju ke depan, terompet dibunyikan guna memaklumkan bahwa gubernur hendak berbicara. Pilatus menyapa imam-imam kepala dan orang banyak dengan kata-kata, “Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.”

Pilatus menunjukkan Yesus kepada orang banyak seraya berseru: “Ecce homo! Lihatlah manusia itu!” Para imam besar dan khalayak, meresponnya dengan berteriak-teriak, “Bunuh Dia, salibkan Dia!”. Mendengar itu  Pilatus menjawab, “Belum puaskah kalian? Hukuman yang telah Dia terima, tak diragukan lagi, cukup untuk menghalau segala hasrat dalam DiriNya untuk menjadi raja.” Tetapi para imam kepala dan khalayak semakin keras berteriak, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Pilatus membunyikan terompet agar orang banyak tenang, lalu berkata, “Ambilah Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.” Jawab para imam, “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Dia harus mati. Sebab Dia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.” Mendengar kata-kata, “Dia menganggap diriNya sebagai Anak Allah” membangkitkan rasa takut dalam diri Pilatus. Lalu Pilatus membawa Yesus ke suatu ruangan lain dan bertanya kepadaNya, “Dari manakah asalMu?” Tetapi Yesus tidak menjawab. “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku?” kata Pilatus, “Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”. Jawab Yesus, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Saya. Jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu dia yang menyerahkan Saya kepadamu, lebih besar dosanya.”

Pilatus antara ketakutan dan murka mendengar perkataan Yesus. Dia kembali ke balkon dan menyatakan lagi bahwa ia akan membebaskan Yesus. Akan tetapi orang banyak berteriak, “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” Sebagian lainnya berteriak bahwa mereka akan mendakwanya di hadapan kaisar dengan tuduhan telah mengganggu hari raya mereka. Para imam dan khalayak mendesak Pilatus untuk segera menentukan keputusan, sebab mereka wajib berada di Bait Allah sebelum pukul sepuluh. Teriakan, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” membahana di segenap penjuru. Pilatus melihat bahwa segala usahanya sia-sia belaka, bahwa ia tidak dapat mengendalikan massa yang mengamuk. Apalagi teriakan dan kutukan mereka memekakkan telinga dan membuatnya mulai takut akan timbulnya huru-hara. Sebab itu, Pilatus mengambil air, membasuh tangannya di hadapan rakyat, seraya berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini.  Itu urusan kamu sendiri!” Mendengar itu, suatu teriakan kompak yang mengerikan datang dari khalayak , “Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”.

Yesus Dijatuhi Hukuman Mati

Di tengah teriakan para imam kepala dan khalayak itu, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” yang berulang-ulang, Pilatus mulai mempersiapkan diri untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Pilatus meminta jubah yang biasa dia kenakan dalam kesempatan-kesempatan resmi. Lalu mengenakan mahkota, menyematkan batu berharga di atas kepalanya, menukar mantolnya, dan menyuruh pelayan untuk membawa tongkat ke hadapannya. Saat itu Pilatus dikelilingi para prajurit, para pejabat pengadilan, para ahli Taurat yang membawa gulungan-gulungan perkamen serta buku-buku yang digunakan untuk mencatat nama-nama dan tanggal. Seorang berjalan di depan dengan membawa terompet. Begitulah urutan iring-iringan yang berarak dari istana Pilatus menuju balai sidang pengadilan. Balai pengadilan ini disebut Gabata; semacam serambi bundar, letaknya agak tinggi dengan anak-anak tangga. Di atasnya terdapat kursi Pilatus dan bagian belakang kursi ini terdapat sebuah bangku bagi para pejabat.  Sejumlah serdadu disiagakan sekeliling serambi dan di atas anak-anak tangga. Hadir di sana Hanas, Kayafas, dan dua puluh delapan imam. Hadir pula dua penyamun yang dibawa ke balai itu bersama dengan dua salib. Kedua penyamun  telah dijatuhkan hukuman mati beberapa waktu sebelumnya, namun eksekusi terhadap keduanya masih ditunda.

Yesus ditempatkan di antara kedua penjahat. Lalu Pilatus duduk, dan kembali menyapa para imam kepala dan khalayak dengan kata-kata, “Inilah rajamu!”. Mendengar itu  teriakan `Salibkan Dia! Salibkan Dia!' membahana dari segala penjuru. “Haruskah aku menyalibkan rajamu?” tanya Pilatus. Sontak para imam besar menjawb, “Kami tidak mempunyai raja selain dari Kaisar!” 

Sekitar pukul sepuluh pagi, Pilatus memulai dengan memberikan sambutan yang panjang. Lalu berbicara mengenai tuduhan-tuduhan yang diajukan para imam besar terhadap Yesus. Pilatus mengatakan bahwa mereka menuntut hukuman mati atas Yesus karena Yesus telah mengganggu ketenangan masyarakat dan melanggar hukum Yahudi,  dengan menyebut DiriNya sebagai Putra Allah dan Raja bangsa Yahudi. Terhadap itu rakyat telah  menuntut, agar permintaan mereka dikabulkan. Atas dasar itu, “Aku menjatuhkan hukuman mati atas Yesus dari Nazaret, Raja orang Yahudi, dengan disalibkan!” Setelah memaklumkan itu Pilatus pun memerintahkan agar para algojo membawa masuk salib. 

Pilatus kemudian menuliskan hukuman, dan mereka yang berdiri di belakangnya menyalinnya sebanyak tiga kali. Kata-kata yang Pilatur tulis berbeda dari apa yang dia ucapkan.  Isi hukuman tertulis adalah: “Aku terpaksa, karena khawatir timbul pergolakan, memenuhi keinginan para imam besar, kaum Sanhedrin, dan rakyat, yang berteriak-teriak menuntut kematian Yesus dari Nazaret, yang mereka tuduh telah mengganggu ketenangan rakyat dan menghujat serta melanggar hukum mereka. Aku telah menyerahkan Dia kepada mereka untuk disalibkan, walau tuduhan-tuduhan mereka tampaknya tanpa dasar. Aku melakukannya karena khawatir mereka mendakwa aku di hadapan kaisar, bahwa aku mendukung pemberontakan, dan menyebabkan ketidakpuasan di kalangan bangsa Yahudi dengan menolak hak-hak keadilan mereka.”

Pilatus kemudian menulis prasasti yang akan dipasang pada salib Yesus. Sementara para pegawai menyalin hukuman tertulis beberapa kali, agar salinan tersebut dapat dikirimkan ke bagian-bagian negeri yang jauh.

Para imam besar sama sekali tidak puas dengan kata-kata yang dituliskan Pilatus pada prasasti itu. Menurut mereka tidak benar. Para imam kepala menjadi geram dan mengepung balai pengadilan guna berusaha membujuk Pilatus agar mengganti tulisan tersebut, “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Dia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.” Mendengar tuntutan itu, Pilatus menjadi murka dan menjawab dengan berang, “Apa yang kutulis, tetap tertulis!”

Para imam juga tidak setuju dengan ukuran salib untuk Yesus karena lebih tinggi dari salib kedua penyamun. Salib untuk Yesus memang dibuatkan lebih tinggi  supaya ada cukup tempat untuk menempelkan prasasti. Olehnya salib Yesus disambung dengan sepotong kayu baru. Melihat itu para imam protes kepada Pilatus supaya prasasti tidak perlu dipasang.  Akan tetapi Pilatus sudah memutuskan, dan kata-kata mereka tak dapat mengubah pendiriannya.  Sebab itu, bentuk salib Yesus menjadi istimewa. Potongan kayu yang merupakan lengan salib mencuat ke atas. Bentuknya amat mirip dengan huruf Y, dengan bagian bawahnya dipanjangkan hingga seolah muncul dari tengah lengan salib. Tambahan kayu yang dipasangkan pada bagian bawah lengan salib lebih tipis dari badan salib. Sepotong kayu juga dipakukan di bagian bawah badan salib sebagai tempat tumpuan kaki.

Segera sesudah Pilatus memaklumkan hukuman mati, Yesus diserahkan kepada para prajurit pembantu. Jubah yang ditanggalkan Yesus di istana Kayafas dibawa untuk dikenakan lagi. Para prajurit membuka belenggu di tangan agar Yesus dapat mengenakan jubah. Dengan kasar prajurit merenggut mantol merah dari tubuh Yesus, sehingga  luka-luka sekujur tubuh terkoyak lagi dan darah pun mengalir. Yesus mengenakan jubah dan kain linen milikNya sendiri dengan tangan-tangan gemetar. Prajurit melemparkan selendang bahu ke atas pundak Yesus. Melihat mahkota duri terlalu besar dan menghalangi jubah tak berjahit yang dibuat Maria IbuNya masuk melalui kepala, prajurit merenggut mahkota duri dengan kasar. Lalu prajurit melilitkan kain wol berwarna putih pada pundak. Yesus sendiri mengenakan ikat pinggang dan mantol. Prajurit melingkarkan ke pinggang Yesus suatu cincin dengan ujung-ujung besi yang runcing pada permukaannya. Pada cincin itulah diikatkan tali-temali supaya Yesus dapat digiring. Prajurit melakukannya dengan kasar dan cepat.

Kedua penyamun berdiri, satu di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri Yesus. Tangan-tangan kedua penyamun dibelenggu dan sebuah rantai dikenakan sekeliling leher mereka. Sekujur tubuh penyamun penuh bilur-bilur biru dan hitam, bekas penderaan sehari sebelumnya. Perilaku penyamun yang kemudian bertobat tampak tenang dan damai. Sementara penyamun yang satunya, tampak kasar dan beringas. Para prajurit pembantu mengumpulkan segala peralatan yang diperlukan untuk penyaliban serta mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan ke Kalvari.

Sementara Hanas dan Kayafas menyudahi perdebatan dengan Pilatus perihal ukuran salib dan prasasti. Kedua imam besar itu membawa  lembaran-lembaran perkamen di mana hukuman dituliskan. Mereka pergi bergegas, takut kalau-kalau terlambat tiba di Bait Allah untuk merayakan kurban Paskah. 

**Pada saat Pilatus memaklumkan hukuman mati terhadap Yesus, isterinya Claudia Procles, mengembalikan kepadanya tanda janji yang telah ia berikan. Sore hari perempuan itu meninggalkan istana dan bergabung dengan sahabat-sahabat Yesus dan bersembunyi di suatu kamar bawah tanah dalam rumah Lazarus di Yerusalem. Pada hari itu juga, seorang sahabat Yesus mengukirkan kata-kata “Judex injustus”, dan nama Claudia Procles, pada sebuah batu berwarna hijau yang terdapat di belakang serambi Gabata. Batu itu hingga sekarang masih dapat ditemukan pada pondasi sebuah gereja atau rumah di Yerusalem, yang didirikan di tempat yang dulu bernama Gabata. Claudia Procles menjadi seorang Kristen, mengikuti St Paulus, dan menjadi sahabatnya yang istimewa.

**Mendengar kata-kata Pilatus memaklumkan hukuman mati kepada Yesus, Maria Ibu Yesus langsung tak sadarkan diri untuk beberapa waktu lamanya.Yohanes dan para perempuan yang menyertainya  membopongnya pergi.  Ketika sadar kembali, Bunda Maria mohon dengan sangat agar dibawa kembali ke setiap tempat yang telah dikuduskan oleh sengsara Putranya, agar ia dapat membasahi tempat-tempat itu dengan air matanya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar