Kamis, 31 Juli 2025

Yesus Didera dan Dimahkotai Duri (cerita detail)

 

Oleh Matheus Antonius Krivo

Biarkan KITA tahu kisah Yesus Didera dan Dimahkotai Duri. Ada kisah dan alur yang belum semuanya terungkap. Tulisan ini bersumber dari:“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi XXII & XXVI “Diterjemahkan oleh YESAYA:  www.indocell.net/ yesaya” dan Alkitab Gereja Katolik serta dari Wikipidia Bahasa Indonesia. Kiranya dapat menambah khazanah pengetahuan bagi yang membacanya.


Yesus Didera


Setelah memutuskan Barabas dibebaskan, Pilatus menyerahkan Yesus kepada prajurit untuk didera sesuai dengan cara Romawi.

Para pengawal langsung menggiring Yesus menerobos khalayak ramai  secara brutal, sembari melancarkan pukulan bertubi dengan tongkat. Yesus diikat pada pilar tempat yang biasa digunakan penyiksaan kepada para penjahat. Pilar itu terletak di sebelah Utara istana Pilatus dekat gardu jaga dan posisinya di tengah halaman. Posisi pilar tidak terlalu tinggi, seseorang yang jangkung tangannya dapat menggapai puncaknya. Ada suatu cincin besi yang besar di bagian puncak dan dua cincin serta kait-kait agak sedikit di bawahnya. 

Para prajurit membawa cambuk, tongkat, dan tali tampar. Tali tampar mereka lambung-lambungkan sembari menyeringai kepada Yesus. Prajurit berjumlah enam orang, berkulit gelap kehitaman dan agak lebih pendek dari Yesus. Perawakan mereka yakni dada bercelemek, pinggang berikat, dan tangan-tangan berbulu, kekar dan polos. Keenam prajurit ini adalah para penjahat dari perbatasan Mesir yang dijatuhi hukuman kerja paksa karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan. Mereka terutama dipekerjakan dalam pembangunan kanal-kanal, dan pembangunan gedung-gedung publik. Penjahat yang paling bengis dipilih untuk bertindak sebagai algojo-algojo di Praetorium.

Prajurit penyiksa meninju Yesus dengan kepalan tangan sambil menyeret dengan tali-temali yang membelenggu,  hingga Yesus jatuh terkapar setelah membentur pilar. Lalu para prajurit mengoyakkan mantol yang dikenakan Yesus dari Istana Herodes yang membuatNya nyaris terkapar lagi.


Yesus menggigil, gemetar ketika berdiri di depan pilar. Kedua tangan dilingkarkan pada pilar lalu diikatkan pada cincin besi yang ada di puncak pilar. Selanjutnya prajurit mengerek kedua tangan Yesus pada suatu ketinggian tertentu hingga kedua kaki yang dibelenggu erat ke dasar pilar, hampir-hampir tak menyentuh tanah. Lalu dua prajurit mendera tubuh Yesus secara bergilir dari kepala hingga kaki dengan kejinya sambil mencaci maki. Cambuk atau cemeti yang digunakan terbuat dari semacam kayu putih dan atau dari  kulit.

Akibat penderaan itu, Yesus mengeluarkan erangan yang  dalam hingga terdengar oleh khalayak. Ketika itu khalayak sungguh disuguhkan dengan suara desisan cemeti, caci maki prajurit serta erangan Yesus.  Saat adegan penderaan itu khalayak berteriak sambil menyumpai Yesus.

Sekujur tubuh Yesus penuh dengan bilur-bilur hitam, blau dan merah. Darah jatuh menetes membasahi lantai. .

Setelah semua prajurit melakukan penderaan, Yesus kembali dibelenggu dimana punggungNya menghadap ke pilar. Oleh karena Yesus sudah sama sekali tidak mampu menopang tubuhNya untuk berdiri tegak, prajurit melilitkan tali-temali sekeliling pinggang, di bawah kedua lengan, dan di atas kedua lutut. Sembari kedua tangan Yesus diikat erat-erat pada cincin-cincin yang ada di bagian atas pilar.  Kemudian mereka melanjutkan penderaan dengan lebih beringas lagi. Seorang prajurit dengan bertubi-tubi menghajar wajah Yesus dengan sebatang tongkat. Tubuh Yesus sepenuhnya hancur remuk penuh luka.  Penderaan  berlangsung selama tiga perempat jam.

Di tengah aksi penderaan bertubi, tiba-tiba muncul seorang kerabat Ctesiphon; orang buta yang dicelikkan Yesus, maju menghampiri pilar dengan sebilah pisau yang bentuknya seperti celurit dalam genggamannya. “Berhenti!” serunya penuh amarah, “Berhenti! Jangan lagi kalian mendera Orang yang tak berdosa ini hingga tewas!” Para algojo terperanjat, mereka diam terpaku. Seorang lelaki itu dengan secepat kilat memotong tali-temali yang membelenggu Yesus ke pilar, lalu dia pun mundur dan menghilang di antara orang banyak. Yesus jatuh terkapar nyaris tidak sadarkan diri di atas ubin yang kemudia basah oleh darahNya. Lalu para prajurit meninggalkan Yesus seorang diri di area penderaan, memilih bergabung dengan anggota lain yang sedang minum-minum sambil menganyam sebuah mahkota duri.

Tak lama kemudian para prajurit pembantu datang, masih sempat  mendaratkan beberapa pukulan pada tubuh Yesus dengan tongkat, lalu memaksa Yesus  berdiri supaya mengikuti mereka. Yesus dengan teramat susah-payah berusaha bangkit, kedua tungkai gemetar nyaris tak mampu menyangga berat tubuhNya. Para prajurit melemparkan jubah ke atas bahu yang telanjang dan menggiring dari pilar ke gardu jaga. Yesus sempat menyeka darah  menetes yang menuruni wajahNya dengan ujung jubah. Saat Yesus digiring lewat di depan bangku-bangku batu di mana para imam besar duduk, mereka berteriak-teriak, “Bunuh Dia! Salibkan Dia! Salibkan Dia” sambil memalingkan muka dengan jijik dari hadapan Yesus. Para algojo menggiring Yesus masuk ke dalam gardu jaga. 


Yesus Dimhkotai Duri


Pilatus berulang kali mengecam khalayak ramai sepanjang waktu penderaan Yesus. Meski demikian khalayak segera menyelanya dengan berteriak-teriak, “Ia harus dihukum mati, bahkan jika kami harus mati untuk itu.” 

Ada saat jedah.  Pilatus sibuk memberikan berbagai perintah kepada prajurit-prajurit, ketika para hamba imam-imam besar datang membawakan minuman segar bagi mereka. Saat itu Pilatus sempat gelisah dan masuk ke bagian dalam istananya, memohon petunjuk para dewa sambil membakar dupa .

Ketika tiba di dalam ruang gardu jaga, para prajurit merenggut jubah Yesus dengan kasar, yang mengakibatkan luka-luka terkoyak lagi. Lalu, prajurit  menghempaskan Yesus pada bangku yang telah mereka persiapkan, dengan terlebih dahulu menancapkan mahkota duri ke atas kepala-Nya. Mahkota duri ini terbuat dari tiga ranting duri yang dianyam. Sebagian besar durinya dibengkokkan ke dalam, agar bisa menusuk dan menembusi kulit kepala. Sesudah menancapkan anyaman duri  ke atas kepala, prajurit mengencangkannya kuat-kuat dan mengikatkannya di belakang kepala Yesus. Kemudian prajurit  menempatkan pula sebuah buluh besar ke dalam tanganNya. Lalu prajurit merenggut buluh itu dan memukul di kepala Yesus dengan begitu hebat hingga kedua mata segera dibanjiri darah. Prajurit pun berpura-pura berlutut di hadapan Yesus,  mencemooh, meludahi wajah dan memukul seraya berkata, “Salam, Raja orang Yahudi!” Selanjutnya prajurit menyepak bangku di mana Yesus duduk, menarik tubuhNya berdiri sehingga memungkinkan Dia jatuh tersungkur.  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar