Oleh Matheus Antonius Krivo
Yesus ke Taman Getsemani
Dari rumah perjamuan terakhir, Yesus bersama murid-muridNya menuju ke Taman Getsemani yang terletak di kaki Bukit Zaitun. Ketika menuruni lembah Yosafat, kepada rasul-rasulNya Yesus mengatakan beberapa hal. “Di sini pada suatu hari kelak Aku akan kembali untuk menghakimi dunia, tetapi tidak dalam keadaan miskin dan hina, seperti pada saat ini.” “Manusia akan gemetar karena takut dan berseru: Gunung-gunung, runtuhlah menimpa kami!” “Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.” (Mat 26:31-32). Para murid tidak memahami perkataan Yesus, apalagi bukan untuk pertama kalinya Dia mengatakan hal-hal itu.
Para rasul yang mendengar perkataan Yesus memprotes dengan sungguh pada Yesus, sambil mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkanNya. Tetapi, karena Yesus terus berbicara dalam nada yang sama, Petrus berseru: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.” Mendengar itu, Yesus mengatakan pada Petrus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Tetapi, Petrus masih tetap bersiteguh, katanya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua yang lain pun berkata demikian juga. (Mat 26: 33-35).
Melewati lembah Yosafat, Yesus dan rasul-rasulNya melintasi Sungai Kidron dan melanjutkan perjalanan hingga ke Taman Getsemani. Jarak dari rumah Perjamuan ke Taman Getsemani sejauh satu setengah mil.
Taman Getsemani
Getsemani (bahasa Yunani: Γεθσημανή, Gethsēmani bahasa Ibrani: גת שמנים, Aram גת שמנא, Gat Šmānê) adalah sebuah taman di kaki bukit Zaitun di Yerusalem. Kata Gethsēmani. berasal dari Assyria ‘Gaṯ-Šmāne’, yang artinya “alat pemeras (penghasil) minyak.” Tempat yang dinamakan Getsemani merupakan suatu taman yang luas, dikelilingi oleh suatu pagar tanam-tanaman, di dalamnya hanya terdapat beberapa pohon buah-buahan dan bunga-bungaan, sementara di bagian luarnya berdiri beberapa bangunan terbuka yang tidak terurus. Taman Getsemani biasa digunakan sebagai taman rekreasi, dan terkadang sebagai tempat beristirahat dan berdoa. Beberapa pondok yang terbuat dari ranting dan dedaunan didirikan di sana. Ada gua-gua, petak-petak, dan banyak pohon zaitun ada di taman. Ada pintu masuk ke taman itu dan para rasul dan beberapa orang lain memiliki kunci masuk.
Yesus Berdoa
Yesus dan rasul-rasul tiba di Taman Getsemani pukul sembilan malam. Setelah berada di dalam taman, Yesus meminta kepada delapan rasul yang mengikuti-Nya untuk tinggal di Taman Getsemani sementara Ia pergi berdoa. Sementara Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes menyertaiNya. Mereka berjalan sedikit lebih jauh, memasuki Taman Getsemani. Suasana hening tanpa kata-kata. Tak lama berselang kepada ketiga rasul yang menyertaiNya, Yesus berkata, “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah dan berjaga-jagalah bersama Aku di sini. Berdoalah agar kalian jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Yesus maju beberapa langkah ke sebelah kiri, menuruni bukit, dan menyembunyikan diri di bawah sebuah batu karang, pada sebuah gua yang sekitar enam kaki dalamnya.
Yesus Berdoa Pertama Kali
Ketika berdoa, Yesus merasakan beratnya beban yang harus ditanggungNya. Yesus memandang dengan sedih dan penuh ketakutan hingga gemetar sekujur tubuhnya akan bayangan dosa begitu ngeri yang harus Dia bersihkan. Setan-setan menghampiri Yesus dan mengatakan kepadaNya, “apakah Engkau hendak membebankan dosa-dosa atas diriMu? Apakah Engkau bersedia menanggung hukumannya? Apakah Engkau siap menjadi silih atas dosa-dosa itu?” Setan-setan silih berganti dengan sekuat-kuatnya mendakwa Yesus dengan aneka tuduhan. Mereka menyebut dosa-dosa para rasul, pertentangan di kalangan Yahudi karena meninggalkan adat istiadat nenek moyang, pembunuhan kanak-kanak di Betlehem dan sekitarnya, penderitaan kedua orang tuanya (Yusuf dan Maria) di Mesir, tidak menyelamatkan Yohanes Pembaptis dari kematian oleh Herodes, perpecahan dalam keluarga-keluarga, menolak menyembuhkan banyak orang yang menderita sakit dan penyakit, merugikan penduduk Gadara dengan mengijinkan orang-orang yang kerasukan setan menjungkir-balikkan tong-tong mereka, dan gerombolan setan membuat kawanan babi-babi menceburkan diri ke dalam danau, dan banyak orang menghabiskan hartanya demi Yesus seperti Maria Magdalena. Terhadap semua tuduhan ini membuat Yesus sungguh-sungguh tak berdaya, takut dan gemetar. Sampai Dia berseru: “Ya Bapa, sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu daripada-Ku! Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu!” Tetapi sejenak kemudian Ia segera menambahkan: “Tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Mat 26:39)
Yesus roboh dari satu sisi ke sisi lainnya, menjalin erat jari-jari kedua tanganNya, sekujur tubuh-Nya basah oleh keringat dingin. Tubuhnya gemetar dan berguncang. Ketika hendak bangkit kembali, kedua lututNya gemetar dan tampaknya tak mampu menahan tubuhNya. Rona wajahNya pucat pasi, penampilanNya kusut, bibirNya biru, dan rambutNya acak-acakan. Sekitar pukul setengah sebelas malam ketika Dia bangkit berdiri dengan bermandikan keringat dingin, mengayunkan langkahNya yang gemetar dan lemah menuju ketiga rasulNya. Dengan susah payah Yesus memanjat sisi kiri gua dan tiba di tempat yang permukaannya datar, di mana ketiga rasulNya tertidurdan Dia pun menghampiri mereka.
Ketika Yesus mendapati bahwa mereka tertidur, Ia menjalin erat jari-jari kedua tanganNya dan jatuh berlutut di samping mereka. Lalu Yesus berkata: “Simon, sedang tidurkah engkau?” Mendengar itu ketiga rasul terbangun dan membantuNya berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” Ketiga rasul melihat Yesus dalam kondisi pucat-pasi dan nyaris kehabisan tenaga, hampir-hampir tak mampu menopang tubuhNya sendiri. Dia bermandikan keringat, gemetar dan berguncang, apalagi mendengar suaraNya telah berubah dan lirih hampir-hampir tak kedengaran. Mereka tidak tahu harus bagaimana. Yohanes berkata kepada Yesus: “Guru, apakah yang telah terjadi padaMu? Perlukah aku panggil para murid yang lain? Apakah sebaiknya kita melarikan diri?” Yesus menjawabnya: “Andai Aku hidup, mengajar, dan melakukan mukjizat-mukjizat selama tigapuluh tiga tahun lagi, itu pun masih belum sebanding dengan apa yang harus Aku genapi saat ini sampai besok. Janganlah panggil mereka yang delapan itu. Aku tidak membawa mereka ke sini, supaya mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan, melupakan sebagian besar masa lalu, dan kehilangan kepercayaan padaKu. Tetapi kalian, yang telah melihat Anak Manusia dipermuliakan (bdk. Mat 17:1-19), akan sanggup pula melihatNya dalam keadaan terpuruk dan merasa jiwaNya ditinggalkan. Namun demikian, berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Yesus berada bersama ketiga rasul itu sekitar seperempat jam lamanya.
Yesus Berdoa Kedua Kali
Kemudian Dia kembali lagi ke tempat sebelumnya untuk berdoa. Dia merebahkan diri ke tanah (= prostratio), dengan wajahNya mencium tanah dan kedua tanganNya terentang. Ia berdoa kepada BapaNya yang kekal, namun jiwa-Nya masih harus mengalami pergulatan batin yang kedua, yang berlangsung hingga tiga perempat jam lamanya. Para malaikat datang dan menunjukkan kepadaNya dalam suatu rangkaian penglihatan akan segala sengsara yang harus dideritaNya guna menyilih dosa. Selama itu Yesus menyaksikan betapa agung keluhuran manusia, citra Allah, sebelum jatuh ke dalam dosa. Lalu bagaimana keluhuran itu rusak dan binasa ketika dosa masuk ke dalam dunia. Yesus melihat segala dosa yang berasal dari dosa Adam, makna dan inti dari concupiscentia (kecenderungan dosa). Dampaknya yang mengerikan atas daya jiwa. Demikian pula makna dan inti dari segala penderitaan akibat concupiscentia. Malaekat juga menunjukkan kepada Yesus pelunasan yang harus dipersembahkanNya kepada Keadilan Ilahi. Sekaligus bagaimana pelunasan tersebut mencakup tingkat sengsara baik jiwa maupun raga yang memahami segala penderitaan, sebagai akibat concupiscentia segenap manusia. Sebab hutang dosa segenap umat manusia harus dibayar dengan kemanusiaan yang tak berdosa yaitu kemanusiaan Putera Allah. Para malaikat menunjukkan segala hal itu dalam berbagai bentuk yang berbeda.Dalam seluruh penglihatan, betapa Yesus merasakan jiwanya berguncang akan silih dosa yang begitu dahsyat. Yesus sungguh mengalami dukacita akibat kedurhakaan dan kebinasaan umat Kristiani yang pertama dan dari segala abad dan abad selanjutnya, bahkan hingga akhir zaman. Sepanjang waktu itu, suara si penggoda tak henti-hentinya mengulang: “Adakah Engkau sanggup menanggung sengsara demi manusia yang durhaka dan durjana?”
Penglihatan demi penglihatan muncul silih berganti dengan sangat cepat. Dengan keji pula merobohkan dan meremukkan jiwa Yesus, hingga tubuh kudusNya dikuasai oleh dukacita yang tak terkatakan. Yesus - Dia yang Diurapi Tuhan - Anak Manusia - bergumul dahsyat. Ia jatuh berlutut, dengan jari-jari kedua tanganNya terjalin erat, diluluh-lantakkan di bawah beban berat sengsaraNya.
Begitu dahsyat pergumulan batin yang terjadi antara kehendak manusiawi-Nya dan keenggananNya untuk menanggung sengsara yang sedemikian hebat demi umat manusia yang begitu durhaka. Dalam pergumulan hebat itu, dari pori-pori tubuhNya yang kudus memancarlah butiran-butiran darah, jatuh menetes ke atas tanah. Dalam kepahitan itu, Yesus memandang sekeliling seakan memohon pertolongan dan meminta surga, bumi dan bintang-bintang di langit menjadi saksi atas sengsaraNya. Dalam dukacita hebat itu, Yesus berteriak dan beberapa kali mengeluarkan erangan sengsara. Ketiga rasul terbangun, mendengarkan dengan seksama dan berhasrat menghampiriNya. Tetapi Petrus menahan Yakobus dan Yohanes, katanya, “Tinggallah kalian di sini, aku akan melihatNya.” Lalu, Petrus bergegas lari menuju ke tempat Yesus berdoa. Serunya, “Guru, apakah gerangan yang telah menimpa Engkau?” Petrus pun melihat Yesus, bermandikan keringat darahNya sendiri dan terpuruk di tanah. Petrus terhenyak, terpana dan merasakan kengerian dahsyat. Yesus tidak menjawab dan tampaknya tak menyadari kehadirannya. Petrus kembali kepada kedua rasul lainnya dan mengatakan kepada mereka bahwa Yesus tidak menjawabnya, hanya mengerang dan mendesah. Sesudah itu, ketiga rasul menjadi lebih bersedih hati. Mereka menyelubungi kepala, duduk menangis dan berdoa.
Kegerian Yesus terus membara karena kepadanya ditampakkan musuh-musuhNya di masa mendatang. Musuh-musuh itu datang bersenjata saling sobek satu sama lain. Mereka menghujani Yesus dengan aniaya yang paling mengerikan, menghujat, menyiksa, melukai dan mengoyakan tubuhNya hingga berkeping-keping. Senjata-senjata para musuh berupa pedang dan tombak beterbangan dan berseliwerang di udara dari segala penjuru. Yesus melihat pula sikap manusia yang acuh tak acuh, manusia yang tidak hormat dan lalai terhadapNya. Dengan terang-terangan manusia menghina, melecehkan, melakukan sakrilegi yang paling ngeri, menyembah berhala, mengalami kegelapan rohani, pengetahuan sesat, ketidak percayaan, fanatisme, kebencian, dan penganiayaan.
Yesus juga menyaksikan perilaku tidak layak saat menyambut komuni kudus, para prajurit jahat yang mencemarkan bejana-bejana kudus, serta kaum yang mempergunakan Ekaristi Kudus dalam misteri-misteri mengerikan dari pemujaan setan. Yesus juga melihat sejumlah besar teolog telah terjerat ke dalam ajaran sesat, karena dosa-dosa mereka. Mereka menyerang Yesus dalam Sakramen Mahakudus GerejaNya, dan dengan bujuk rayu dan janji-janji, mereka merenggut dari HatiNya jiwa-jiwa yang untuknya Dia telah menumpahkan darahNya.
Yesus juga melihat pelayan-pelayan altar yang tidak hormat dan berkelakuan buruk, ketika mengambil bagian dalam upacara-upacara kudus. Para pelayan yang percaya dan mengajarkan doktrin Kehadiran Nyata (transubtansia), tetapi tidak cukup menghayatinya dalam hati. Mereka melupakan dan melalaikan istana, tahta dan singgasana Allah yang hidup, yaitu gereja, altar, tabernakel, piala, monstrans, bejana-bejana dan segala perlengkapan liturgi. Yesus juga menyaksikan mereka yang terpisah dari Gereja, terjerumus ke kedalaman kekafiran, takhayul, bidaah, dan filsafat dunia yang menyesatkan. Mereka melampiaskan angkara murka dengan menggalang kekuatan besar menyerang Gereja. Terhadap itu semua tubuh Yesus mengalami kengerian hebat dan meneteskan darah.
Ketika sadar Yesus pun dalam sempoyongan kembali mendatangi ketiga rasulNya. Yesus mendapati Petrus, Yakobus dan Yohanes sedang tertidur lelap. Yesus mengerang dan mereka pun terbangun. Para rasul melihat Yesus, wajahNya pucat pasi berlumuran darah, serta rambutNya acak-acakan. Yesus menjalin jari-jari kedua tanganNya. Ketiga rasul dengan penuh kasih menopangNya dalam pelukan mereka. Lalu Yesus mengatakan kepada mereka bahwa esok hari Dia akan dijatuhi hukuman mati. Satu jam lagi Ia akan ditangkap, digiring ke hadapan pengadilan, disiksa, dianiaya, didera, dan akhirnya dijatuhi hukuman mati yang paling keji. Ia mohon pada mereka agar menghibur BundaNya dan Maria Magdalena. Para rasul tidak menjawab, sebab mereka tidak tahu apa yang harus dikatakan. Setelah beberapa saat bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yesus kembali ke tempat semula untuk berdoa ketiga kalinya. Saat itu sudah menjelang tengah malam.

Yesus Berdoa Ketiga Kalinya
Saat berdoa ketiga kalinya itu, Yesus bergumul melawan keengganan menderita sengsara dan menyerahkan Diri sepenuhnya kepada kehendak Bapa yang Kekal. Yesus juga mendapat penglihatan akan bagian pertama dari Limbo (= tempat penantian). Selain itu Yesus juga melihat Adam dan Hawa, para bapa bangsa, para nabi, dan orang-orang benar, kedua orang tua Bunda Maria, dan Yohanes Pembaptis. Mereka menanti kedatangan-Nya dengan kerinduan yang besar. Begitu pula Yesus menyaksikan para rasul, para murid, para perawan, para perempuan kudus, para martir, para pengaku iman, para pertapa, para paus dan uskup, dan kelompok-kelompok besar kaum religius, baik laki-laki maupun perempuan. Segenap barisan kaum yang berbahagia,nampak di hadapan-Nya. Semuanya mengenakan mahkota kemenangan di atas kepala mereka. Mahkota berhiaskan bunga-bunga yang berbeda-beda bentuk, warna, harum, dan keindahannya, sesuai dengan penderitaan, karya dan kemenangan yang menghantar mereka ke dalam kemuliaan kekal. Penglihatan-penglihatan itu menguatkan dan memberikan semangat kepada Yesus.
Yesus juga mendapatkan penglihatan tentang penderitaan fisik yang akan segera Dia alami. Dimulai dari ciuman Yudas Iskariot, para murid yang melarikan diri, penghinaan yang dilakukan terhadapNya, Dia dihadapan kepada Hanas dan Kayafas, penyangkalan Petrus, pengadilan Pilatus, olok-olok Herodes, penderaan dan mahkota duri, hukuman mati, memanggul salib, kain lenan yang disodorkan oleh Veronika, penyaliban, caci-maki kaum Farisi, dukacita Bunda Maria, Magdalena dan Yohanes, kata-kata terakhirNya di salib, hingga luka akibat tikaman tombak di lambungNya sesudah Dia wafat.
Ketika penglihatan telah berakhir, Yesus jatuh tersungkur di tanah dengan keringat darah. Dalam situasi itu, malaikat turun menghampiri Yesus. Malaikat berpakaian jubah panjang yang melambai, menggenggam sebuah piala. Di atas piala terdapat sebuah benda lonjong kecil dengan memancarkan sinar kemerah-merahan. Malaikat mengulurkan tangan kanannya kepada Yesus yang bangkit, seraya memasukkan sesuatu ke dalam mulutNya dan memberiNya minum dari piala yang bercahaya. Lalu malaikat itu pun lenyap. Setelah menikmati piala kesengsaraan dari Malaikat, Yesus perlahan sadar dan dengan sempoyongan mendatangi ketiga rasulNya.
Yesus mendapati ketiga rasul sedang terbaring lelap dengan kepala terselubung, bersandarkan pada dinding petak. Yesus membangunkan mereka dan mengatakan bahwa saatnya tidak tepat untuk tidur, melainkan haruslah berdoa. “Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.” KataNya lagi: “Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat. Para rasul sangat ketakutan dan memandang sekeliling dengan cemas. Ketika mereka telah sepenuhnya sadar, Petrus berkata dengan hangat: “Tuhan, aku akan memanggil yang lain, sehingga kami dapat melindungi-Mu.” Tetapi, Yesus menunjuk ke suatu tempat di kejauhan, pada lembah di seberang Sungai Kidron, tampak sepasukan prajurit bersenjata sedang maju mendekat dengan suluh di tangan. Yesus mengatakan bahwa salah seorang dari antara para rasul telah mengkhianatiNya. Yesus juga mendesak rasul-rasul untuk menghibur BundaNya dan Maria Magdalena. Lalu kataNya: “Marilah kita pergi menyongsong mereka. Aku akan menyerahkan DiriKu sepenuhnya tanpa perlawanan ke dalam tangan para musuh-Ku.” Ia kemudian meninggalkan Taman Getsemani bersama ketiga rasul dan pergi menyongsong mereka yang hendak menangkapNya.
Maria Bunda Yesus pada Saat Yesus di Taman Getsemani
Santa Perawan juga diliputi dukacita dan sengsara jiwa. Bunda Maria berada di rumah Maria-ibunda Markus. Ia bersama Maria Magdalena dan Maria Salome. Bunda Maria berdoa dengan berlutut dan membungkuk dalam-dalam. Beberapa kali Bunda Maria tak sadarkan diri, sebab dia melihat dalam roh berbagai bagian dari sakrat maut Yesus. Bunda Maria telah mengirim beberapa utusan untuk menanyakan perihal Puteranya, tetapi kegelisahannya yang hebat tidak membiarkannya menanti kedatangan mereka. Bunda Maria pun pergi ditemani Maria Magdalena dan Maria Salome ke Lembah Yosafat. Ia menyusuri lembah dengan kepalanya berselubung kerudung dan kedua tangannya kerap kali terulur ke arah Bukit Zaitun. Ketika prajurit telah mendekat untuk menangkap Yesus, beberapa murid yang melihatnya, langsung membawa pulang Bunda Maria kembali ke rumah Maria - ibunda Markus.
Sumber:
Alkitab Deuterokanonika Bahasa Indonesia, cetakan 2014
“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi II-IX. “Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/ yesaya”
https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar