Biarkan KITA tahu kisah Yesus Diperhadapkan kepada Herodes Antipas. Ada kisah dan alur yang belum semuanya terungkap. Tulisan ini bersumber dari:“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi XX “Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/ yesaya” dan Alkitab Gereja Katolik serta dari Wikipidia Bahasa Indonesia. Kiranya dapat menambah khazanah pengetahuan bagi yang membacanya.
Herodes
Herodes Antipas -Antipatros (20 SM–39 M) adalah raja wilayah Galilea dan Perea pada abad pertama Masehi.Bergelar Tetrarki. Ayahnya adalah raja Herodes Agung. Herodes Antipas ini terkenal atas perannya dalam peristiwa pembunuhan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Saudara kandung dari Herodes Antipas, adalah Arkhelaus dan saudara tirinya Filipus yang dididik di Roma. Herodes Antipas menikah dengan Phasaelis, putri Aretas IV Philopatris dari Nabatea. Herodes kemudian menceraikan istri pertamanya ini untuk menikahi Herodias, istri saudaranya, Filipus (Herodes Filipus I). Atas perilakunya itu Yohanes Pembaptis menegornya: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" Karena itulah Herodes (Antipas) memenjarakan Yohanes Pembaptis dan kemudian atas siasat Herodias dengan tarian putrinya yang bernama Salome, dia memerintahkan untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Pada tahun 36 Phasaelis melarikan diri ke ayahandanya. Aretas IV menyerang wilayah Herodes dan mengalahkan tentaranya. Pada tahun 39 M Herodes Antipas dituduh oleh keponakannya Agripa I berkomplot melawan Kaisar Romawi yang baru bernama Caligula. Caligula kemudian membuangnya ke pengasingan di Gaul. Di tempat pengasingan itu Herodias menyertainya hingga meninggal di sana.
Segera Yesus digiring keluar dari balai pengadilan. Pilatus mengirimkan seorang utusan kepada Herodes guna memberitahukan bahwa Yesus dari Nazaret adalah warganya. Dia akan dibawa ke hadapannya untuk diadili. Pilatus mempunyai dua alasan melakukan hal ini. Pertama, ia senang dapat menghindarkan diri dari menjatuhkan hukuman, sebab dia merasa bimbang dengan segala perkara ini. Kedua, dia senang beroleh kesempatan menyenangkan hati Herodes, dengan siapa dia berselisih, sebab dia tahu bagaimana inginnya Herodes melihat Yesus.
Para musuh Yesus sungguh murka diusir pergi oleh Pilatus di hadapan orang banyak. Mengalami itu mereka melampiaskan amarah kepada Yesus dengan memperlakukanNya secara keji lagi. Yesus kembali dibelenggu dan tak henti-hentinya melancarkan kutuk serta pukulan yang bertubi-tubi sembari bergerak menuju menuju istana Herodes, yang letaknya tak jauh dari istana Pilatus. Beberapa prajurit Romawi ikut serta dalam arakan-arakan itu.
Herodes menantikan kedatangan Yesus dan para musuhNya. Herodes duduk di atas timbunan bantal, pada suatu ruangan yang luas, dikelilingi para bangsawan dan prajurit. Imam-imam kepala masuk dan mengambil tempat di samping Herodes, sementara Yesus mereka tinggalkan di pintu masuk. Herodes merasa tersanjung dan senang karena dengan demikian Pilatus memaklumkan kekuasaan Herodes di hadapan umum dalam mengadili orang-orang Galilea. Herodes juga gembira akan bertemu Yesus. Rasa ingin tahu Herodes begitu besar karena kata-kata pujian Yohanes Pembaptis dalam memaklumkan kedatangan Yesus. Herode juga telah banyak mendengar tentang-Nya dari kaum Herodian, dan dari banyak mata-mata yang dia utus ke berbagai penjuru. Sebab itu ia bergirang hati mendapat kesempatan menginterogasi Yesus di hadapan para bangsawan dan para imam Yahudi. Pilatus mengirim pesan kepada Herodes, “tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.” Herodes menyimpulkan bahwa kata-kata ini dimaksudkan sebagai isyarat bahwa Pilatus menghendaki, agar dia memandang rendah, serta jangan menaruh kepercayaan pada para pendakwa. Sebab itu, Herodes menyapa mereka dengan cara yang seangkuh mungkin, dan karenanya angkara murka para imam kepala semakin meluap hingga tak terlukiskan lagi.
Para imam kepala dan kaum Yahudi serempak menyerukan tuduhan-tuduhan tentang Yesus. Meski demikian, hampir-hampir Herodes tidak mengindahkan mereka. Herodes lebih menaruh perhatian semata-mata pada Yesus untuk menyelidikiNya. Tetapi, saat Herodes melihat Yesus setengah telanjang dan hanya berbalut sisa-sisa mantolNya, nyaris tak dapat berdiri tegak, wajahNya sama sekali rusak karena pukulan dan tinju, belepotan lumpur dan kotoran yang dilemparkan orang banyak ke kepalaNya, maka Herodes memalingkan wajahnya dengan perasaan jijik, dan berkata kepada para imam, “Segera bawa Dia pergi dari sini dan jangan bawa Dia lagi ke hadapanku dalam keadaan yang begitu memuakkan.”
Mendengar perintah Herodes, para prajurit membawa Yesus ke pengadilan bagian luar, mengambil air dalam sebuah baskom, dan mereka membersihkan jubah Yesus yang penuh noda dan wajahNya yang telah rusak. Sementara itu, kehadapan para imam kepala, Herodes mengecam dengan kerasnya. “Perilaku kalian sungguh mirip jagal. Kalian membantai korban cukup dini.” Tak lama kemudian Yesus dibawa masuk kembali. Para imam kepala pun langsung mengajukan tuduhan-tuduhan mereka. Ketika Yesus dibawa masuk kembali ke hadapannya, Herodes berpura-pura menaruh belas kasihan dan menawarkan segelas anggur kepada-Nya guna memulihkan kekuatan-Nya. Tetapi, Yesus memalingkan wajah-Nya, menolak meringankan penderitaan-Nya dengan itu.
Herodes kemudian mulai berbicara dengan gencar serta panjang lebar tentang segala yang telah dia dengar mengenai Yesus. Herodes mengajukan seribu satu pertanyaan dan mendesak Yesus untuk melakukan suatu mukjizat di hadapannya. Tetapi Yesus tidak menjawab sepatah kata pun, melainkan berdiri di hadapannya dengan mata memandang ke lantai. Hal ini membangkitkan kejengkelan dan kekecewaan Herodes, walau ia berusaha untuk menekan amarah dan meneruskan interogasi. Pertama-tama, ia mengungkapkan keterkejutannya menggunakan kata-kata yang membujuk. “Benarkah ini Yesus dari Nazaret,” serunya, “bahwa Engkau sendiri ada di hadapanku sebagai seorang penjahat? Aku telah mendengar perbuatan-perbuatan-Mu yang banyak dibicarakan orang. Mungkin Engkau tidak menyadari bahwa Kau telah sungguh menghinaku dengan membebaskan para tahanan yang aku kurung di Thirza, tetapi mungkin tujuanMu baik. Gubernur Romawi sekarang mengirimkanMu kepadaku untuk diadili. Ayo jawab apakah yang dapat Kau berikan atas segala tuduhan ini? Engkau diam saja? Aku telah mendengar banyak mengenai kebijaksanaanMu dan juga mengenai agama yang Engkau ajarkan. Jadi, biarkan aku mendengar jawabanMu dan membungkam para musuhMu. Apakah Engkau raja orang Yahudi? Apakah Engkau Putera Allah? Siapakah Engkau? Kata orang, Engkau melakukan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan; lakukanlah satu perbuatan ajaib sekarang di hadapanku. Aku berkuasa untuk membebaskanMu. Sungguhkah Engkau mencelikkan mata orang buta, membangkitkan Lazarus dari mati, dan memberi makan dua atau tiga ribu orang dari hanya sedikit roti saja? Mengapa Kau tidak menjawab? Aku nasehatkan agar Kau segera melakukan suatu mukjizat sekarang di hadapanku. Mungkin Engkau akan bersukacita nanti setelah memenuhi keinginanku.”
Yesus tetap diam saja, dan Herodes terus menanyaiNya bahkan dengan lebih gencar. “Siapakah Engkau?” tanyanya. “Dari manakah kuasaMu berasal? Bagaimana mungkin Engkau tak lagi memilikinya? Adakah Engkau yang adalah Dia yang kelahiranNya dinubuatkan dengan begitu menakjubkan? Raja-raja dari Timur datang kepada ayahku untuk menjumpai raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Benarkah Engkau adalah bayi itu? Apakah Engkau melarikan diri ketika begitu banyak kanak-kanak dibunuh, dan bagaimana mungkin Engkau bisa lolos? Mengapa selama bertahun-tahun Engkau tak dikenal? Jawab pertanyaanku! Apakah Engkau seorang raja? PenampilanMu jelas bukan seorang raja. Aku dengar Engkau diarak ke Bait Allah dengan jaya beberapa waktu yang lalu, apa maksudnya? - Bicaralah! - Jawab!”
Herodes terus mencecar Yesus dengan pertanyaan yang bertubi, tetapi Kristus tidak membuka mulut sama sekali. Yesus memilih diam membisu karena Herodes hidup dalam perkawinan zinah dengan Herodias. Selain itu Herodes pula mengeluarkan perintah untuk mengeksekusi St. Yohanes Pembaptis.
Hanas dan Kayafas, yang melihat bagaimana mendongkolnya Herodes atas kebisuan Yesus, segera berusaha mengambil kesempatan dalam murkanya. Mereka menyampaikan tuduhan-tuduhan mereka, mengatakan bahwa Yesus menyebut Herodes sebagai serigala. Ambisi utamaNya selama bertahun-tahun adalah menyingkirkan keluarga Herodes. Dia berusaha menetapkan suatu agama baru, dan Dia merayakan Paskah sehari sebelum yang ditentukan.
Walau Herodes sungguh gusar atas sikap Yesus, tapi dia bertekad untuk tidak menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus, baik karena dia mengalami suatu perasaan ngeri yang misterius, maupun karena dia masih merasa menyesal telah membunuh Yohanes Pembaptis. Di samping itu Herodes benci kepada para imam besar yang tidak mengijinkannya ambil bagian dalam kurban karena hubungan perzinahannya dengan Herodias. Namun alasan yang lebih utama adalah ingin membalas penghormatan Pilatus. Herodes beranggapan bahwa cara terbaik untuk membalas Pilatus adalah dengan menunjukkan rasa hormat atas keputusan dan persetujuan atas pendapatnya. Meski Herodes berbicara dengan nada sangat menghina Yesus. Di hadapan para imam besar, prajurit dan khalayak, yang berjumlah sekitar dua ratus orang, Herodes berkata, “Bawa pergi orang tolol ini dan berilah ganjaran yang setimpal bagiNya. Lebih tepat dikatakan Dia ini seorang gila dari pada seorang penjahat.”
Atas perintah Herodes, Yesus segera dibawa ke sebuah halaman yang luas. Di halaman itu Yesus menerima segala penghinaan dan penganiayaan. Halaman ini terletak di antara dua sayap istana, dan Herodes berdiri menyaksikannya dari atas podium untuk beberapa waktu lamanya. Hanas dan Kayafas ada di sampingnya, terus berusaha membujuk Herodes agar menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Tetapi usaha mereka tidak membuahkan hasil. Herodes menjawab dengan suara yang cukup keras hingga dapat didengar oleh para prajurit Romawi kepada imam kepala, “Tidak, aku bertindak salah jika aku menghukum-Nya.”
Adapun penghinan dan penyiksaan keji kepada Yesus di hadapan Herodes:
salah seorang dari mereka mendapatkan sebuah karung putih besar yang dulunya karung kapas. Mereka membuat lubang di tengahnya dengan pedang, lalu melambung-lambungkannya ke atas kepala Yesus. Setiap tindakan disertai dengan tawa riuh-rendah yang paling memuakkan.
Seorang prajurit lain membawa sebuah jubah usang berwarna merah, melilitkannya sekeliling leher Yesus,
sementara para prajurit yang lain berlutut di hadapan Yesus - meninju, menganiaya, meludahi, menampar pipi Yesus, sebab Dia tidak mau menjawab raja, mengolok-olok Yesus dengan berpura-pura menghaturkan sembah sambil melemparkan lumpur kepada Yesus,
menjerat pinggang Yesus, berpura-pura mengajak Yesus menari;
Mencampakkan Yesus, lalu menyeretNya dalam sebuah selokan yang mengalir di samping halaman, mengakibatkan kepalaNya membentur pilar-pilar dan dinding-dinding tembok.
Gelombang kengerian penyiksaan dan penghinaan itu membuat Yesus mengalami rasa sakit yang luar biasa yang terkespresi dengan merintih dan mengerang. Setiap kali Yesus mengerang, khalayak bersukacita atas sengsaraNya dan terus memberikan ejekan terhadap eranganNya. Darah terus mengalir dari kepala Yesus akibat tiga kali pukulan yang hebat membuatNya jatuh terkapar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar