Minggu, 27 Juli 2025

Yesus Diadili oleh Pengadilan Pilatus (cerita detail)

 

Oleh Matheus Antonius Krivo

Biarkan KITA tahu kisah Yesus diadili oleh Pengadilan Pilatus. Ada kisah dan alur yang belum semuanya terungkap. Tulisan ini bersumber dari:“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich” Meditasi XV,XVI,XVII,XIX,XXI. “Diterjemahkan oleh YESAYA:  www.indocell.net/ yesaya” dan Alkitab Gereja Katolik serta dari Wikipidia Bahasa Indonesia. Kiranya dapat menambah khazanah pengetahuan bagi yang membacanya.


Pontius Pilatus adalah seorang pejabat Romawi yang pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius, menjabat sebagai prefek (gubernur) Provinsi Yudea pada  tahun 26 hingga 36 M. Masa jabatan Pontius Pilatus sebagai prefek Yudea berakhir setelah insiden pemberontakan yang melibatkan orang-orang Samaria. Pilatus dituduh menggunakan kekerasan yang berlebihan dalam menumpas pemberontakan tersebut, yang memicu pengaduan dari penduduk kepada Lucius Vitellius, Gubernur Romawi di Suriah. Vitellius, yang memiliki wewenang lebih tinggi di wilayah tersebut, segera memerintahkan Pilatus untuk kembali ke Roma guna mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Kaisar Tiberius.

Istana Pilatus

Istana Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, dibangun di sebuah bukit yang terletak di sebelah Barat Laut Bait Allah. Menjangkau istana harus melewati sejumlah anak tangga  pualam.  Dari istana, dapat terlihat jelas alun-alun luas yang dikelilingi barisan pilar. Di bawah pilar, para pedagang duduk menjajakan aneka ragam barang dagangan mereka. Istana Pilatus memiliki  tembok benteng dengan pintu masuk di bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat. Pintu masuk sebelah Timur melewati suatu lengkungan yang menghadap ke suatu jalan menuju ke gerbang  `Probatica', mengarah ke Bukit Zaitun. Pintu masuk sebelah Selatan melewati suatu lengkungan lainnya yang menuju ke Sion dekat Benteng Acre. Pada pintu masuk terdapat beberapa pilar dan bangku-bangku batu. Di bangku-bangku inilah para imam Yahudi berhenti agar jangan menajiskan diri dengan memasuki pengadilan Pilatus. Ada suatu tembok besar dekat pintu masuk sebelah Barat, yang ditopang oleh sisi-sisi Praetorium Pilatus, yang membentuk semacam serambi.  Praetorium adalah bagian dari istana Pilatus yang dipergunakannya apabila bertugas dalam kapasitasnya sebagai hakim. Di tengah pilar tembok terdapat suatu area yang terbuka yang dibawahnya terdapat penjara bawah tanah; tempat dikurunnya kedua penyamun yang akan disalibkan bersama Yesus.  Pilar di mana Yesus didera terletak di ruang sidang. Di ruang sidang terdapat suatu podium dipenuhi bangku-bangku batu. Podium itu disebut Gabata; tempat Pilatus menjatuhkan hukuman kepada penjahat-penjahat besar. Di belakang istana Pilatus terdapat serambi-serambi lain, taman-taman, juga sebuah pondok istirahat. Taman-taman itu terletak antara istana gubernur dan penginapan Pilatus bersama  isterinya, Claudia Procles. 

Arak-Arakan Yesus

Arak-arakan berjalan menuruni sebelah utara Bukit Sion, lalu melintasi daerah sebelah timur Bait Allah yang disebut Acre, lalu menuju istana dan balai pengadilan Pilatus, yang terletak di sebelah Barat Laut Bait Allah.  Kayafas, Hanas dan banyak pemimpin sidang lainnya berjalan di bagian depan dengan jubah perayaan. Dibelakang mereka sejumlah besar ahli Taurat dan orang-orang Yahudi, di antaranya adalah saksi-saksi palsu dan kaum Farisi yang senantiasa melancarkan tuduhan terhadap Yesus. Yesus  berjalan agak sedikit di belakang, dikelilingi sepasukan prajurit dan digiring oleh para prajurit pembantu. Khalayak ramai berduyun-duyun datang dari segala penjuru dan ikut serta dalam iring-iringan. Mereka riuh-rendah melontarkan segala kutuk dan umpatan ngeri kepada Yesus.  Jubah luar Yesus dilucuti, tertinggal hanya pakaian dalam saja. Pakaian yang masih tertinggal pada tubuh Yesus tampak  penuh noda dan kotor. Pada leher Yesus tergantung sebuah rantai panjang tampak memukul-mukul kedua lutut Yesus ketika berjalan. Kedua tangan Yesus dibelenggu. Para prajurit pembantu menyeret Yesus dengan tali-tali tampar yang dililitkan sekeliling pinggangNya. Wajah Yesus sungguh pucat, kusut, bengkak, memar dan berdarah. 

Arak-arakan tiba di Istana Gubernur Pontius Pilatus sekitar  pukul delapan pagi.  Ketika telah tiba di istana Pilatus,  Kayafas, Hanas dan para anggota  Sanhedrin berhenti di bagian antara ruang sidang dan pintu masuk ke Praetorium. Mereka menempati bangku-bangku batu. Para pengawal  menyeret Yesus ke kaki anak tangga yang menuju ke kursi pengadilan Pilatus. Pilatus sedang berbaring di atas sebuah kursi yang nyaman di serambi yang menghadap ke ruang sidang. Di sampingnya terdapat sebuah meja kecil dengan tiga kaki, di mana diletakkan lencana kekuasaannya dan beberapa benda lain. Pilatus dikelilingi para pejabat dan para prajurit yang mengenakan pakaian kebesaran tentara Romawi. Orang-orang Yahudi dan para imam tidak masuk ke dalam Praetorium karena takut mencemarkan diri, jadi mereka tetap berada di luar.

Ketika melihat arak-arakan penuh hiruk pikuk masuk, dan melihat betapa keji prajurit memperlakukan tawanan mereka, Pilatus bangkit, dan menyapa  arak-arakan itu, “Apa maksud kalian datang pagi-pagi seperti ini? Mengapa kalian menganiaya tawanan ini sebegitu keji? Tidak dapatkah kalian menahan diri untuk tidak menyiksa dan menganiaya tawanan kalian bahkan sebelum mereka diadili?” Mereka tidak menjawab, melainkan berteriak kepada para prajurit, “Bawa Dia kemari - bawa Dia untuk diadili!” Lalu, berpaling kepada Pilatus, mereka berkata, “Mohon dengarkanlah tuduhan kami terhadap penjahat ini, sebab kami tidak dapat masuk ke balai pengadilan tanpa mencemarkan diri kami.” 

Sesaat setelah khalayak selesai mengucapkan kata-kata itu, terdengarlah suara memecah dari antara khalayak ramai yang berkerumun. Pemilik suara adalah  Zadok, seorang tua yang berseru, “Kalian benar tidak memasuki Praetorium, sebab tempat itu telah dikuduskan oleh darah Kanak-kanak Suci. Hanya ada satu Pribadi saja yang berhak memasukinya, dan hanya Dia seorang yang dapat masuk ke dalamnya. Sebab Dia sendiri sama murninya seperti kanak-kanak suci yang dibantai di sana.” Setelah mengucapkan itu, Zadok pun lalu menghilang di antara kerumunan orang banyak.  Zadok adalah seorang kaya. Dia memiliki sejumlah anak dan dua di antara termasuk dalam bilangan kanak-kanak suci yang diperintahkan untuk dibantai oleh Herodes saat kelahiran Yesus.  Zadok dan keluarganya hidup menurut peraturan kaum Esseni. Dia berjumpa dengan Yesus di rumah Lazarus dan mendengar pengajaranNya. Zadok sudah bertekad untuk menyampaikan kesaksian di hadapan publik mengenai keyakinannya akan ketakberdosaan Yesus. 


Pilatus akhirnya memerintahkan para Imam Kepala dan Orang Yahudi untuk menyampaikan tuduhan. Mereka mengajukan tiga tuduhan dan membawa sepuluh orang saksi. Hadirnya para saksi bertujuan meyakinkan Pilatus bahwa Yesus adalah pemimpin suatu komplotan yang melawan kaisar. Dengan demikian Yesus dapat dijatuhi hukuman mati sebagai seorang pemberontak. Para Imam Kepala tidak memiliki wewenang mengadili dalam perkara demikian, terkecuali menyangkut pelanggaran-pelanggaran agama. Usaha pertama para Imam Kepala dan Orang Yahudi  adalah membuktikan bahwa Yesus menghasut rakyat mengadakan pemberontakan. Dengan demikian merupakan ancaman bagi ketenangan dan kesejahteraan rakyat. Guna membuktikan tuduhan ini, mereka mengajukan beberapa saksi palsu. Selanjutnya para Imam Kepala dan Orang Yahudi melaporkan bahwa Yesus melanggar hari Sabat, bahkan mencemarkannya dengan menyembuhkan orang sakit pada hari itu. Saat mereka menyampaikan tuduhan ini, Pilatus menyela dan mengatakan, “Tentu saja, karena tak seorang pun dari kalian sendiri sakit - seandainya kalian sendiri yang sakit, pastilah kalian tak akan mengeluh disembuhkan pada hari Sabat.” Lebih lanjut para Imam Kepala dan Orang Yahudi  memberikan tuduhan, “Dia menyesatkan rakyat dan mengajarkan ajaran-ajaran yang paling menjijikkan. Dia mengatakan bahwa tak seorang pun dapat beroleh hidup kekal jika tidak makan daging-Nya dan minum darah-Nya.” Mendengar itu, Pilatus memalingkan wajahnya dari mereka seraya berkata, “Pastilah kalian sangat ingin mengikuti ajaran-ajaran-Nya dan beroleh hidup kekal, sebab kalian semua haus akan tubuh dan darah-Nya.”

Sepuluh orang saksi Yahudi kemudian mengajukan tuduhan lain yakni bahwa Yesus melarang rakyat membayar pajak kepada kaisar. Kata-kata ini membangkitkan murka Pilatus, sebab merupakan tanggung-jawabnya agar semua pajak dibayarkan sesuai ketentuan. Pilatus berseru dengan berang, “Bohong! Aku pasti lebih tahu tentang masalah ini daripada kalian.” Hal ini membuat  orang Yahudi segera melanjutkan ke tuduhan yang berikutnya,  “Meskipun Orang ini asal-usulnya tidak jelas, Dia merupakan pemimpin dari suatu kelompok yang besar. Saat menjadi pemimpin mereka, Dia menjatuhkan kutuk atas Yerusalem, dan menceritakan perumpamaan-perumpamaan bermakna ganda mengenai seorang raja yang sedang mempersiapkan perjamuan nikah bagi puteranya. Orang banyak yang Dia kumpulkan di bukit pernah berusaha menjadikanNya raja. Hal tersebut lebih cepat dari yang Dia perkirakan, rencana-Nya belum matang, karenanya Dia melarikan diri dan bersembunyi. Sesudah itu, Dia datang kembali dengan lebih mantap. Hari itu Dia memasuki kota Yerusalem di hadapan khalayak ramai yang bersorak-sorai. Dia memerintahkan orang banyak meneriakkan seruan-seruan yang membahana, “Hosana bagi Anak Daud! Diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapa kita Daud.” Dia mewajibkan para pengikutNya menyampaikan penghormatan kerajaan kepadaNya. Dia mengatakan kepada mereka bahwa Dialah Kristus, Tuhan Yang Diurapi, Mesias, raja yang dijanjikan kepada bangsa Yahudi, dan Dia menghendaki disebut dengan gelar-gelar agung itu.” 

Tuduhan terakhir adalah bahwa Yesus membuat DiriNya disebut raja. Mendengar itu  Pilatus mengernyitkan kening, lalu meninggalkan serambi, melayangkan pandangan selidik kepada Yesus, masuk ke dalam ruangan sebelah, dan memerintahkan para pengawal untuk membawa Yesus seorang diri ke hadapannya. Pilatus bukan saja seorang yang percaya takhyul, tetapi juga amat lemah jiwanya dan mudah terpengaruh. Seringkali dia, dalam pengajaran kafir, mendengar disebut adanya anak-anak dewa yang tinggal untuk sementara waktu di bumi. Pilatus juga tahu pasti bahwa para nabi bangsa Yahudi sejak lama telah menubuatkan bahwa akan bangkit dari antara mereka, Dia yang adalah Tuhan yang Diurapi, Juruselamat mereka, Pembebas dari perbudakan; dan bahwa banyak di antara mereka yang percaya teguh akan hal ini. Pilatus juga ingat bahwa raja-raja dari Timur telah datang kepada Herodes, pendahulu penguasa yang sekarang, untuk menyampaikan sembah sujud kepada raja orang Yahudi yang baru dilahirkan, dan bahwa karena hal itu, Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak suci. Apalagi Pilatus juga telah seringkali mendengar tradisi mengenai Mesias dan raja orang Yahudi, dan bahkan mempelajarinya dengan rasa ingin tahu.  Dengan alasan-alasan demikian dalam benaknya, maksud orang-orang Yahudi menuduh seorang pribadi yang malang dan sengsara yang mereka bawa ke hadapannya dengan tuduhan menyatakan diri sebagai raja yang dijanjikan dan Mesias, tentu saja tampak tak masuk akal baginya. Tetapi, karena para musuh Yesus mengajukan tuduhan-tuduhan ini sebagai bukti pengkhianatan Yesus terhadap kaisar, Pilatus pikir baik jika dia menginterogasi Yesus secara pribadi mengenai hal tersebut.

“Engkau inikah raja orang Yahudi?” tanya Pilatus seraya menatap lekat pada Yesus. Jawab Yesus, “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Pilatus merasa tersinggung karena Yesus berpikiran mungkin dia  percaya akan hal-hal yang demikian, maka katanya, “Apakah aku seorang Yahudi? BangsaMu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku untuk dijatuhi hukuman mati; apakah yang telah Engkau perbuat?” Yesus memberi jawaban kepada Pilatus, “KerajaanKu bukan dari dunia ini. Jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.”

Mendengar jawaban Yesus, Pilatus tersentuh  dan dia berbicara kepada-Yesus dengan nada lebih serius, “Jadi Engkau adalah raja?” Yesus pun menjawabnya, “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Sambil menatap Yesus, Pilatus  bangkit dari kursinya dan berkata, “Apakah kebenaran itu?”

Kemudian Pilatus kembali ke serambi. Dalam benaknya, Pilatus mendengar dengan jelas bahwa gagasan Yesus mengenai kerajaan tidak akan menimbulkan pertentangan dengan kaisar, sebab yang dimaksudkan-Nya bukan kerajaan duniawi. Kaisar tidak peduli akan hal di luar dunia ini. Atas pemahaman itu, Pilatus berbicara lagi kepada imam-imam kepala dari serambi dan mengatakan, “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.”  Mendegar pernyataan Pilatus demikian, para imam kepala dan orang Yahudi menjadi gusar dan meneriakkan aneka tuduhan melawan Yesus. Namun, Yesus diam saja. Yesus  juga tidak mau menjawab ketika Pilatus mengatakan hal itu kepada-Nya, “Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!” Pilatus sungguh heran dan berkata, “Aku melihat dengan jelas bahwa segala tuduhan mereka adalah dusta.” Tetapi, para penuduh dengan amarahnya meluap-luap, berteriak ke hadapan Pilatus, “Engkau tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya? Apakah menghasut rakyat untuk memberontak di segenap penjuru kerajaan bukan suatu kejahatan? Bagaimana dengan menyebarkan ajaran-ajaran sesat, bukan hanya di sini tetapi juga di Galilea?”

Disebutnya Galilea membuat Pilatus terdiam sejenak, dia berpikir-pikir, lalu bertanya, “Apakah Dia ini seorang Galilea, warga Herodes?” Mereka menjawab, “Ya; orangtuaNya tinggal di Nazaret. Dia sendiri sekarang tinggal di Kapernaum.” Sambung Pilatus, “Jika demikian, bawalah Dia kepada Herodes. Dia berada di sini untuk perayaan. Herodes akan segera mengadiliNya, sebab Dia adalah warganya.” 

Selama pengadilan berlangsung, Claudia Procles- isteri Pilatus - kerapkali mengirimkan pesan kepada suaminya mengisyaratkan bahwa ia sungguh ingin berbicara dengan Yesus. Ketika Yesus digiring ke istana Herodes, Claudia berdiri di atas balkon dan menyaksikan segala perlakuan biadab para musuh-Nya dengan perasaan campur-baur antara takut, duka serta ngeri. Ketika Yesus telah dibawa ke Herodes, Claudia Procles langsung menemui Pilatus-suaminya dan menyampaikan permohonan agar tidak melukai Yesus, sang Nabi, yang Mahakudus dari yang Kudus. Claudia Procles juga menceritakan mimpi-mimpi atau penglihatan-penglihatan luar biasa yang ia alami semalam sebelumnya tentang Yesus.

Yesus kembali Digiring Kehadapan Pilatus

Ketika para imam besar dan orang Yahudi mengetahui bahwa Herodes telah berketetapan untuk menghukum mati Yesus, mereka mengirimkan utusan-utusan ke bagian kota berpenduduk mayoritas kaum Farisi, untuk segera berkumpul di sekitar istana Pilatus. Tujuannya adalah mengadakan huru-hara sambil dan menuntut Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati pada Yesus.  Para utusan memaksa  kaum Farisi di Acre dengan aneka ancaman yang menakutkan dan suap agar menjadi saksi yang palsu. Utusan-utusan itu menyampaikan kepada kaum Farisi kebanyakan bahwa Yesus akan berpihak kepada bangsa Romawi dan membantu mereka dalam membinasakan bangsa Yahudi, mengacaukan hari raya dan melakukan balas dendam yang paling biadab. 

Sementara yang lain membagi-bagikan uang di antara para prajurit agar bertindak lebih keji lagi terhadap Yesus, hingga mengakibatkan secepat mungkin kematianNya,  kalau-kalau Pilatus membebaskan-Nya.

Arak-arakan menggiring Yesus dari istana Herodes melewati jalan memutar yang lebih jauh dengan tujuan membiarkan penduduk di bagian kota itu melihat Yesus dalam keadaan direndahkan hingga begitu hina, sekaligus memberikan lebih banyak waktu bagi para utusan mereka untuk menimbulkan kekacauan di kalangan  masyarakat.

Sepanjang perjalanan itu para prajurit pembantu tak henti-hentinya memukul, meludahi, menendang dan para khalayak mengolok-olok serta menyumpahi Yesus.

Seorang hamba yang diutus oleh Herodes  tiba di hadapan Pilatus seraya menyampaikan pesan  bahwa tuannya (Herodes) sungguh menghargai rasa hormat Pilatus atas pendapatnya. Akan tetapi Herodes menganggap Orang Galilea yang tersohor ini tak lebih dari seorang tolol belaka, karenanya ia memperlakukanNya demikian, dan mengirimkanNya kembali. Pilatus cukup puas mendapati bahwa Herodes mempunyai pendapat yang sama dengan pendapatnya, sebab itu ia membalasnya dengan suatu pesan yang menyatakan rasa hormatnya. Sejak saat itu, Pilatus dan Herodes bersahabat, setelah saling bermusuhan selama bertahun-tahun sejak robohnya terowongan air. 

** Pilatus merencanakan pembangunan sebuah terowongan air di bukit sebelah Tenggara Bait Allah, di pinggir sungai yang keluar dari kolam Betsaida. Saluran air ini dimaksudkan untuk mengangkut pembuangan dari Bait Allah. Herodes, dengan perantaraan salah seorang kepercayaannya, yang adalah anggota Sanhendrin, setuju menyuplai bahan-bahan yang diperlukan. Herodes juga mengutus dua puluh delapan ahli bangunan, dari kalangan Herodian. Tujuan Herodes adalah mempersengit perlawanan bangsa Yahudi terhadap Gubernur Romawi, dengan jalan menyebabkan proyek tersebut gagal. Maka, Herodes mengadakan persepakatan rahasia dengan para ahli bangunan yang menyanggupi untuk mengkonstruksi terowongan air, sedemikian rupa hingga terowongan tersebut pasti akan roboh. Ketika pembangunan sudah hampir selesai, dan sebagian besar dari para tukang batu yang berasal dari Ophel sedang sibuk membereskan perancah, keduapuluh delapan ahli bangunan pergi ke puncak Menara Silo, guna menyaksikan robohnya terowongan air, yang mereka tahu pasti akan terjadi. Namun, bukan hanya seluruh bangunan terowongan saja yang hancur berkeping-keping serta menewaskan sembilan puluh tiga pekerja, tetapi bahkan menara di mana keduapuluh delapan ahli bangunan itu berada juga ikut roboh, tak seorang pun di antara mereka selamat. Peristiwa ini terjadi beberapa saat sebelum tanggal 8 Januari, dua tahun setelah Yesus memulai pewartaan-Nya; tepat pada hari ulang tahun Herodes, yaitu hari di mana Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya di Benteng Makerus. Tak seorang pun pejabat Romawi menghadiri pesta ulang tahun ini karena masalah terowongan air, meskipun Herodes telah mengundang Pilatus, untuk menghadirinya.**

Sesampai di kediaman Pilatus. Para prajurit pembantu menyeret Yesus menaiki anak-anak tangga dengan begitu kasar mengakibatkan Yesus  jatuh terjerembab di atas anak tangga pualam berwarna putih. Para musuh Yesus mengambil tempat duduk di pintu masuk ruang sidang; khalayak ramai tertawa riuh-rendah melihat Yesus jatuh tersungkur.  Pilatus berbaring di sebuah kursi yang empuk dan nyaman, dengan sebuah meja kecil di hadapannya, dikelilingi para pejabat serta orang-orang yang membawa kepingan perkamen berisi tulisan dalam tangan mereka. Pilatus melangkah maju dan berkata kepada para pendakwa Yesus, “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya. Dan Herodes juga tidak, padahal aku mengirimkan kalian kepadanya. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.”          

Ketika kaum Farisi mendengar kata-kata Pilatus, mereka menjadi gusar dan berteriak-teriak.  Pilatus memandang sekeliling dengan sikap meremehkan dan berbicara kepada para musuh Yesus dan khalayak dalam kata-kata yang menghina. Meski demikian, Pilatus juga mendengar tuntutan dari khalayak yang menghendaki Yesus dihukum mati. Sebagian dari khalayak maju dan mengatakan kepada Pilatus dengan suara lantang,  “Berikanlah kepada kami hak yang senantiasa engkau berikan pada hari raya.” Ketika mendengar itu, Pilatus menyatakan, “Tetapi pada kamu ada kebiasaan bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu” (Yoh.18:39) Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu.Yesus Barabas atau Yesus yang disebut Kristus?” (Mat 27:17) **Pilatus  menyebut Yesus sebagai Raja Orang Yahudi memiliki dua tujuan yakni merendahkan orang Yahudi yang memiliki raja dalam keadaan sebegitu hinanya dan ada keyakinan dalam dirinya bahwa Yesus sungguh Mesias yang dijanjikan itu**

Timbul suatu kebimbangan di antara khalayak ramai ketika Pilatus melontarkan pertanyaan; beberapa suara menjawab, “Barabas.” Seorang hamba yang diutus oleh isteri Pilatus meminta waktunya sebentar. Pilatus meninggalkan podium dan hamba itu menghaturkan tanda perjanjian yang diberikan Pilatus kepada isterinya, seraya berkata, “Claudia Procles memohon anda mengingat janji anda pagi ini.” Kaum Farisi dan para imam berjalan dengan cemas dan tergesa-gesa di antara khalayak ramai, mengancam sebagian dan memberikan perintah kepada yang lain, meskipun, sesungguhnya, sedikit saja yang masih diperlukan untuk menghasut orang banyak yang sudah mulai mengamuk.

Pilatus mengirimkan kembali tanda perjanjian itu kepada isterinya sebagai jaminan akan maksud baiknya menepati janji melalui seorang hamba. Lagi, Pilatus maju ke podium dan duduk di atas meja kecil. Imam-imam kepala juga ikut duduk. Sekali lagi Pilatus bertanya, “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Suara khalayak ramai menggema di seluruh balai pengadilan, “Jangan Dia, melainkan Barabas!” Jawab Pilatus, “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” Serempak mereka semua berteriak riuh-rendah “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan Orang ini?” tanya Pilatus untuk ketiga kalinya. “Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati padaNya. Aku akan menyesah Dia, lalu melepaskan-Nya.” Segera teriakan, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” membahana di antara khalayak ramai. Akhirnya Pilatus menyerah, dia menyerahkan Barabas kepada orang banyak, dan menyerahkan Yesus untuk disesah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar