Sabtu, 15 Juni 2024

Aku Bangga Memilikimu Bunda Maria

 

Oleh Matheus Antonius Krivo

Sosok Bunda Maria dalam Gereja sangat Istimewa. Sejak awal, Gereja menaruh hormat yang agung (hiper dulia) kepada Bunda Maria karena telah mengambil bagian  dalam sejarah keselamatan manusia yang digenapi oleh Yesus Kristus sebagai ‘Putera Allah’. Allah yang berinkarnasi (menjelma) menjadi manusia memilih Maria sebagai Bunda yang melahirkan (Teotokos). Keistimewaan Bunda Maria sekurang-kurangnya tergambar dalam 4 hal  yakni Bunda yang tetap Perawan, Bunda yang Suci, Bunda Kaum Beriman dan Bunda yang menghantar jiwa ke dalam kemuliaan kekal.


BUNDA MARIA TETAP PERAWAN: SEDARI AWAL HINGGA KEKAL

Injil Lukas 1:26-27  melukiskan dengan jelas, “pada bulan keenam Allah menyuruh Malekat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria”. Dari teks Kitab Suci ini memastikan kepada manusia bahwa Maria adalah perawan sejak awal hingga kekal. Gereja menyakini bahwa Bunda Maria sungguh perawan karena Allah yang menganugerahkannya. Apalagi dalam perjumpahan dengan Malekat Gabriel, Maria sang perawan itu memberikan jawaban, ‘fiat mihi voluntas tua’ =terjadilan kehendakmu kepadaku. (Luk.1:38).

Keyakinan akan keperawanan Maria sebagai Bunda Yesus dalam sejarah Gereja memang menimbulkan pro dan kontra. Berbagai pendapat yang kontra senantiasa muncul dari masa ke masa. Sekurang-kuranya ada dua pendapat kontra yang menyoroti isu keperawan Maria yakni Helvidius dan Eunomius dari Cyzicus (salah seorang pemimpin Arianisme) sekitar tahun 382 dalam Mark DelCogliano (2012), Tradition and Polemic in Basil of Caesarea’s Homily on the Teophany, Vigiliae Christianae 66, Koninklijke Brill NV, Leiden (retrieved from academia.edu), hlm. 40-43 mengatakan Maria dan Yosef memiliki anak kandung lain yakni Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Pendapat lain yakni dari kalangan Protestan nonconformist seperti kaum Calvinist sebagaimana ditulis oleh R.V. Tasker (1961), The Gospel according to Saint Matthew, Inter Varsity Press, hlm. 36  dan D. Hill (1972), The Gospel of Matthew, London: Marshall, Morgan and Scott, hlm. 80, mengatakan bahwa Maria dan Yusuf melakukan hubungan suami istri sebagaimana lazimnya setelah kelahiran Yesus.  Artinya Maria Ibu Yesus hanya perawan sebelum kelahiran tapi setelah melahirkan Yesus tidak perawan lagi.    

Terhadap kalangan yang kontra seperti Kaum Arianisme pada masa awal Gereja, para Bapa Gereja pada abad ke-4 telah memberikan argumentasi berbasis Kitab Suci sekaligus menegaskannya menjadi sebuah doktrin yang pasti tentang keperawanan Maria. Bagi Gereja keperawanan Maria adalah nyata dan kekal bahkan dalam peristiwa melahirkan Yesus Sang Putra Allah yang menjadi manusia (inkarnasi). Doktrin abad ke-4 ini kemudian mendapatkan pengesahan oleh sejumlah tulisan dari para cendekiawan sesudahnya seperti Athanasius, Epifanius, Hilarius, Didimus, Ambrosius, Hieronimus, dan Sirisius.

Doktrin tentang Maria Perawan telah menjadi dasar argumentasi gereja dari masa ke masa menghadapi pihak-pihak yang menyangsikan keperawanan Maria Ibu Yesus. Gereja selalu mengajarkan akan keyakinan absolut tentang keperawanan Maria sebagaimana mengutip pernyataan Agustinus dari Hippo (354-430) dalam De Sancta Virginitate, “Perawan Maria mengandung sebagai perawan, melahirkan sebagai perawan, dan tetap perawan selamanya" (ante partum, in partu, post partum). Betapa tidak teks Kitab Suci sebagaimana warta Malekat Gabriel Luk. 1:35 memastikan bahwa Roh Kudus turun atas Maria dan kuasa Allah yang Maha Tinggi menaungi dia dan Luk. 1:37 yang menyatakan bagi Allah tidak ada yang mustahil.  Artinya sudah tertulis dalam Kitab Suci Maria dipilih sebagai seorang perawan dalam keajaiban Ilahi sehingga keseluruhan kehidupannya adalah murni dan tidak bercela. Wacana tentang persetubuhan semata-mata hanyalah urusan bilogis yang tentunya tidak bisa dipaksakan dalam diri Maria yang sejak semula telah dipilih Allah masuk dalam skenario keselamatan dengan sempurna.  Oleh karena itu Maria tetap Perawan, tidak pernah bersetubuh sebagai manusia dan tidak mempunyai anak kandung lainnya. 

MARIA BUNDA YANG SUCI DAN KUDUS

Maria sebagai manusia ketika menerima tugas mulia melahirkan Putera Allah sesungguhnya telah terlebih dahulu disucikan oleh Allah sendiri. Sejak semula Bunda Maria telah ada dalam ribaan Ilahi. Meskipun bertubuh manusia tapi tubuhnya telah disucikan dan dikuduskan untuk menjadi tempat diam Allah. Allah yang agung, luhur dan mulia, ada dalam wujud Roh hanya bisa berdiam pada tempat suci dan kudus. Penjelmaan Allah menjadi manusia (inkarnasi) membutuhkan peran Maria sebagai figur manusia agar dengan itu rencana penyelamatan terwujud.

Sesungguhnya pasca kejatuhan manusia Eden, Allah yang berbelas kasih telah merancang keselamatan manusia dari dosa (bdk. Mat.1:21). Allah menghendaki manusia ciptaanNya yang merupakan gambar dan citraNya sendiri boleh bersatu kembali dengan Dia untuk menikmati hidup kekal. Proses menuju keselamatan inilah memungkinkan Maria dipilih dengan sangat istimewa. Kasih karunia Allah menyertai Maria (bdk. Luk. 1:28) sehingga ia merelakan diri mengandung dari Roh Kudus, melahirkan dan merawat Yesus Kristus, mengikuti sang Putera Allah di jalan penderitaan menuju kematian, dan akhirnya menyambut kebangkitan Yesus dengan mulia jaya. Yesus melalui kehidupan dan kematianNya merupakan tanda perdamaian. Darah Yesus yang tertumpah sepanjang jalan penderitaan dan di atas salib di Golgota adalah tanda perdamaian antara surga dan dunia. Darah Yesus yang tertumpah ke tanah memberi kehidupan dan kesuburan. Melalui darah Yesus, tanah dan sekalian alam kembali suci seperti Eden sehingga Allah boleh disembah di surga dan di dunia sepanjang masa.

Keikutsertaan Bunda Maria dalam skenario keselamatan dengan segala kepenuhan Roh telah memastikan dia sebagai murid Yesus yang sulung. Bunda Maria adalah yang sulung menerima kabar keselamatan dari Allah dan berjalan bersama Allah dalam proses penyelamatan umat manusia. Atas dasar itu pula Bunda Maria selalu suci dan kudus di hadapan Allah sepanjang masa. Bunda Maria adalah orang kudus pertama karena lebih dahulu menerima Rahmat Allah dan memberi kesaksian tentang Sabda Allah. Melalui Bunda Maria Rahmat Allah dalam diri Yesus turun temurun kepada orang yang takut akan Dia (bdk. Luk.1:50). Oleh karena itu Bunda Maria menjadi dan selalu  disebut yang berbahagia oleh sekalian bangsa dari segala keturunan (bdk Luk. 1: 48).

Kebersahajaan Maria sebagai Bunda Yesus yang tetap perawan merupakan kebanggaan bagi Gereja dan umat beriman dari masa ke masa. Figur Maria merupakan pesona Ilahi yang suci dan luhur, karenanya pantas dihormati dengan penuh syukur. Tak pantas manusia yang rapuh dan bercela mereduksi keilahian Bunda Maria yang melahirkan Allah meskipun dia manusia.  Berbahagialah Gereja dan umat beriman memiliki Bunda Maria yang adalah manusia suci sehingga pantas dihormati. Atas keyakinan ini, bagimu Bunda Maria, kami bangga memilikimu.

MARIA: BUNDA KAUM BERIMAN

Bunda Maria telah dengan sempurna menunaikan tugasnya sebagai penyalur Rahmat Allah dalam proses keselamatan umat manusia. Dengan kesediaan bersama Allah dan menjawab, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (fiat mihi voluntas tua), Bunda Maria telah mendapatkan tiket keselamatan hidup kekal. Meski demikian, Bunda Maria tidak mau sendirian di Surga, dia tetap menghendaki para pengikut Kristus juga boleh menikmati kehidupan kekal bersama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Sikap Bunda Maria ini tersingkap dalam kenyataan antara lain:

1.Bunda Maria selalu ada bersama dengan rasul-rasul serta kaum beriman ketika masih hidup sebagaimana tercermin dalam tiga peristiwa penting seperti:

a. Peristiwa Pernikahan di Kana (bdk. Yoh.2: 1-5). Bunda Maria senantiasa peduli dan berbelaskasih kepada sesama yang membutuhkan. Meski waktu bagi Yesus belum saatnya seturut adat istiadat Yahudi, tapi karena permintaan sang Bunda, Yesus pun melakukan mujizat dengan mengubah air menjadi anggur untuk dihidangkan kepada undangan yang hadir dalam pesta pernikahan. Anggur dari Tuhan sangat sedap dan sungguh menyegarkan dahaga;

b.  Penyerahan Bunda Maria kepada Yohanes dan Yohanes kepada Bunda Maria di atas Salib oleh Yesus (bdk. Yoh.19: 25-27). Kitab Suci menggaris-bawahi bahwa Bunda Maria telah diserahkan oleh Yesus Sang Mesias kepada pengikut-Nya dan sebaliknya pengikut Kristus (kaum beriman) diserahkan kepada Bunda Maria-Ibu Yesus. Penyatuan diri kaum beriman dengan Bunda Maria dan sebaliknya, merupakan relasi interpersonal yang luhur untuk membawa keselamatan bagi manusia sepanjang zaman. Hubungan kasih umat beriman dengan Bunda Maria sungguh menjadi pintu masuk kepada anugerah kehidupan yang terberkati dari waktu ke waktu dan pada akhirnya menikmati sukacita kekal bersama Bapa, Anak dan Roh Kudus;

c. Setelah Yesus dimakamkan dan bangkit, murid-murid Yesus selalu berada bersama Bunda Maria untuk berdoa. Beata Anne Catherine Emmerich (1774-1824) dalam meditasinya sebagaimana dideskripsikan pada ‘The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ’ dan diterjemahkan oleh Yesaya: www.indocell.net/yesaya  melukiskan tentang situasi setelah kembali dari pemakaman Yesus. “Santa Perawan dan para sahabatnya memasuki ruang perjamuan di Senakel, lambat laun sebagian besar para rasul dan murid berkumpul di sana. Mereka santap bersama dan melewatkan beberapa waktu lamanya dan saling menceritakan apa yang dilihat masing-masing. Para perempuan juga melewatkan waktu dalam doa bersama Santa Perawan di bawah lampu”. Bunda Maria yang sudah suci dan kudus tetap juga setia berdoa seperti Puteranya Yesus ketika masih hidup. Kebersamaan dengan murid-murid menjadi tanda nyata kasih yang saling meneguhkan satu sama lain. Dalam relasi persaudaraan itu Bunda Maria menjadi figur yang mempersatukan para rasul dan kaum beriman di masa awal gereja sebelum dia meninggal. Bunda Maria yang menghantar para rasul dan murid-murid untuk tetap semangat pada jalan keselamatan Yesus dibawah bimbingan Roh Kudus.

 

2.    Bunda Maria setia menyertai Gereja sepanjang sejarah

Setelah meninggal dan dengan jiwa dan badan berada dalam ribaan Ilahi (bdk. Munificentissimus Deus dari  Paus Pius XII, No. 44,1/11/1950), Bunda Maria tetap menyertai Gereja sepanjang sejarah. Bersama Gereja Bunda Maria setia membimbing, melindungi dan memberkati umat beriman dari waktu ke waktu baik pada masa awal kekristenan hingga masa kini dan akan akan datang menuju kepenuhan keselamatan. Ada fakta historis yang terwaris dalam perjalanan Gereja yang tidak terlepas dari penyertaan dan pertolongan Bunda Maria.

a.  Sikap Gereja yang mempercayai keperawanan Maria sejak abad pertama hingga masa kini tidak berubah. Kendati dari masa ke masa ada yang kontra dengan hakekat keperawanan Maria. Namun kegigihan Gereja dengan doktrinnya yang sungguh berwibawa meyakinkan umat beriman dan dunia bahwa Maria sungguh perawan sejak semula hingga kekal. Selain itu kajian dan tulisan tentang Bunda Maria tak pernah habis-habisnya digumuli umat beriman dari waktu ke waktu. Kenyataan ini sesungguhnya memperlihatkan penyertaan Bunda Maria sendiri kepada Gereja untuk selalu mewartakan kebenaran iman. Selain itu Gereja pun sungguh mengalami bahwa karya misi yang diemban selalu dibawah perlindungan Bunda Maria. Oleh Gereja, Bunda Maria diberi aneka gelar sebagai wujud penghormatan dan rasa syukur atas pertolongan dan perlindungan sang Bunda. Gelar-gelar yang dilekatkan kepada Bunda Maria selanjutnya menjadi ‘nama’ baik bagi individu maupun komunitas religius dan aneka fasilitas karya kehidupan manusia.

b. Penyertaan Bunda Maria kepada Gereja dan kaum beriman terlihat pula melalui penampakan demi penampakan dari masa ke masa. Sebagai makluk kudus Bunda Maria selalu memperlihatkan dirinya kepada manusia dan memberi pesan tentang pertobatan dan mengajak untuk selalu berdoa bagi pemurnian dan perdamaian dunia. Peristiwa penampakan memperlihatkan bahwa Bunda Maria begitu peduli dengan umat manusia. Penderitaan manusia akibat perang, sakit penyakit, dan praktek kehidupan yang tidak bermartabat menjadi keprihatinan Bunda Maria, sehingga ajakan untuk bertobat dan berdoa menuju keselamatan menjadi sangat nyata. Melalui penampakan, Bunda Maria memberi tahu Gereja dan dunia bahwa jalan keselamatan satu-satunya hanya melalui Yesus Kristus yang adalah kebenaran (bdk. Yoh.14:6).

c.   Berdoa bersama umat beriman. Kedekatan umat beriman kepada Bunda Maria sangat nyata melalui doa Rosario. Gereja memberi kesempatan istimewa bagi umat beriman untuk berdoa rosario baik secara pribadi maupun bersama. Bahkan Gereja menetapkan bulan Mei dan Oktober setiap tahun sebagai bulan yang istimewa untuk menghormati Bunda Maria dengan berdoa rosario. Keyakinan Gereja dan umat beriman bahwa berdoa dengan perantaraan Bunda Maria, segala niat dan intensi akan dikabulkan. Mengapa harus berdoa Rosario? Sesungguhnya ketika mendaraskan untaian doa Salam Maria dalam Rosario, Bunda Maria juga berdoa bersama di hadapan Allah. Saat mendaraskan ‘Salam Maria’ pada bagian sapaan dan pujian, Bunda Maria menyambutnya dan memuji Yesus. Selanjutnya pada jawaban, ‘Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang pada waktu kami mati’, saat itu pula Bunda Maria dengan bahasa Ilahinya berdoa ke hadapan Allah. Kuasa Ilahi dalam diri Bunda Maria sangat menolong manusia yang percaya kepada Tritunggal Mahakudus. Seluruh niat dan permohonan akan dikabulkan Allah melalui PuteraNya manakala orang beriman memohonkannya dengan tulus dan murni hati serta meminta dukungan dari Bunda Perawan Maria. Melalui Maria kita datang pada Yesus (per Maryam ad Jesum). Sepanjang sejarah kisah penyertaan dan pertolongan Bunda Maria melalui doa rosario bagi Gereja dan umat beriman sangat ajaib dan mempesona.

 

BUNDA YANG MENGHANTAR JIWA KE DALAM KEMULIAAN KEKAL

Warta pertobatan melalui penampakan membuktikan bahwa Bunda Maria memiliki andil besar untuk keselamatan kekal. Bunda Maria tahu nasib jiwa manusia yang telah meninggal. Ada dua tempat diam jiwa yakni kemuliaan surga dan api kekal. Kebaikan, kasih dan beriman yang teguh kepada Trinitas selama hidup terbuka jalan untuk menikmati kemuliaan surga. Sebaliknya kejahatan, tidak ada kasih dan tidak beriman kepada Allah melainkan kepada kekuatan setan, terbuka jalan kepada api kekal yang merupakan bait kesengsaraan dan keputusasaan. Bunda Maria tahu bahwa tidak sedikit manusia yang merupakan gambaran dan citra Allah sendiri, setelah meninggal jiwanya pun berada dalam siksaan api neraka.

Keprihatinan sebagai Bunda Allah membuatnya tak pernah berhenti membawa warta pertobatan dalam rangkaian penampakan di dunia. Pertobatan memungkinkan manusia dapat kembali disucikan untuk menikmati hidup kekal yang penuh sukacita. Bunda Maria tidak ingin jiwa manusia yang telah menerima penebusan dan disucikan melalui Darah Yesus harus menikmati api keabadian. Aspek keilahiannya yang berbelaskasih membuat Bunda Maria selalu berdoa dan mengajak manusia yang berdosa untuk kembali suci berada dalam rangkulan kasih Allah. Bunda Maria sendirilah yang akan menjemput jiwa-jiwa yang telah meninggal menuju rumah Bapa di surga.

Bangga Memiliki Bunda Maria

Wujud kasih yang patut dipersembahkan dengan bangga ke hadapan Bunda Maria adalah setia membangun relasi interpersonal dengan dia. Biarkan waktu-waktu kehidupan selalu bersama Sang Bunda. Mewujudnyatakan relasi itu dengan sikap-sikap seperti:

a. Bertahan pada keyakinan bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos) yang tetap perawan dan dia menjadi sarana perwujudan keselamatan umat beriman;

b. Setia mengikuti Ekaristi kudus. Pada saat perayaan ekaristi kudus Bunda Maria hadir menyertai Puteranya;

c. Setia berdevosi, berdoa rosario baik pribadi maupun bersama, novena serta berziarah sambil merenungkan peristiwa Gembira, Sedih, Mulia dan Terang dalam karya keselamatan Yesus. Sangat dianjurkan berdoa rosario setiap hari untuk merenungkan peristiwa demi peristiwa atau seluruh peristiwa sambil menyampaikan intensi untuk pertobatan orang berdosa, pemurnian dan perdamaian dunia. Berdoalah dengan penuh keyakinan, khusyuk dan bergairah sekaligus merasakan Bunda Maria hadir. Tataplah senantiasa Bunda Maria melalui sakramentalia yang dimiliki, hormati dan bermadahlah selalu bersama dia memuliakan Allah;

d. Mengajak dan mendidik semakin banyak orang untuk datang kepada Yesus melalui Bunda Maria.

“Sebab dia-lah Bunda yang setia; Bintang Timur yang bercahaya; Ratu yang penuh kuasa; Penunjuk jalan menuju Bapa”.

Bukankah ketika kita mengingkari Bunda Maria sebagai perawan, kita juga mengingkari Allah?” Aku bangga memilikimu Bunda Maria karena engkau sangat sempurna. *** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar