Oleh Matheus Antonius Krivo
Sosok Bunda Maria dalam Gereja sangat Istimewa. Sejak awal, Gereja menaruh hormat yang agung (hiper dulia) kepada Bunda Maria karena telah mengambil bagian dalam sejarah keselamatan manusia yang digenapi oleh Yesus Kristus sebagai ‘Putera Allah’. Allah yang berinkarnasi (menjelma) menjadi manusia memilih Maria sebagai Bunda yang melahirkan (Teotokos). Keistimewaan Bunda Maria sekurang-kurangnya tergambar dalam 4 hal yakni Bunda yang tetap Perawan, Bunda yang Suci, Bunda Kaum Beriman dan Bunda yang menghantar jiwa ke dalam kemuliaan kekal.
Injil
Lukas 1:26-27 melukiskan dengan jelas,
“pada bulan keenam Allah menyuruh Malekat Gabriel pergi ke sebuah kota di
Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang
bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria”. Dari teks Kitab Suci
ini memastikan kepada manusia bahwa Maria adalah perawan sejak awal hingga
kekal. Gereja menyakini bahwa Bunda Maria sungguh perawan karena Allah yang
menganugerahkannya. Apalagi dalam perjumpahan dengan Malekat Gabriel, Maria
sang perawan itu memberikan jawaban, ‘fiat mihi voluntas tua’ =terjadilan
kehendakmu kepadaku. (Luk.1:38).
Keyakinan akan keperawanan Maria sebagai Bunda Yesus dalam sejarah Gereja memang menimbulkan pro dan kontra. Berbagai pendapat yang kontra senantiasa muncul dari masa ke masa. Sekurang-kuranya ada dua pendapat kontra yang menyoroti isu keperawan Maria yakni Helvidius dan Eunomius dari Cyzicus (salah seorang pemimpin Arianisme) sekitar tahun 382 dalam Mark DelCogliano (2012), Tradition and Polemic in Basil of Caesarea’s Homily on the Teophany, Vigiliae Christianae 66, Koninklijke Brill NV, Leiden (retrieved from academia.edu), hlm. 40-43 mengatakan Maria dan Yosef memiliki anak kandung lain yakni Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Pendapat lain yakni dari kalangan Protestan nonconformist seperti kaum Calvinist sebagaimana ditulis oleh R.V. Tasker (1961), The Gospel according to Saint Matthew, Inter Varsity Press, hlm. 36 dan D. Hill (1972), The Gospel of Matthew, London: Marshall, Morgan and Scott, hlm. 80, mengatakan bahwa Maria dan Yusuf melakukan hubungan suami istri sebagaimana lazimnya setelah kelahiran Yesus. Artinya Maria Ibu Yesus hanya perawan sebelum kelahiran tapi setelah melahirkan Yesus tidak perawan lagi.
Terhadap kalangan yang kontra seperti Kaum Arianisme pada masa awal Gereja, para Bapa Gereja pada abad ke-4 telah memberikan argumentasi berbasis Kitab Suci sekaligus menegaskannya menjadi sebuah doktrin yang pasti tentang keperawanan Maria. Bagi Gereja keperawanan Maria adalah nyata dan kekal bahkan dalam peristiwa melahirkan Yesus Sang Putra Allah yang menjadi manusia (inkarnasi). Doktrin abad ke-4 ini kemudian mendapatkan pengesahan oleh sejumlah tulisan dari para cendekiawan sesudahnya seperti Athanasius, Epifanius, Hilarius, Didimus, Ambrosius, Hieronimus, dan Sirisius.
Doktrin tentang Maria Perawan telah menjadi dasar argumentasi gereja dari masa ke masa menghadapi pihak-pihak yang menyangsikan keperawanan Maria Ibu Yesus. Gereja selalu mengajarkan akan keyakinan absolut tentang keperawanan Maria sebagaimana mengutip pernyataan Agustinus dari Hippo (354-430) dalam De Sancta Virginitate, “Perawan Maria mengandung sebagai perawan, melahirkan sebagai perawan, dan tetap perawan selamanya" (ante partum, in partu, post partum). Betapa tidak teks Kitab Suci sebagaimana warta Malekat Gabriel Luk. 1:35 memastikan bahwa Roh Kudus turun atas Maria dan kuasa Allah yang Maha Tinggi menaungi dia dan Luk. 1:37 yang menyatakan bagi Allah tidak ada yang mustahil. Artinya sudah tertulis dalam Kitab Suci Maria dipilih sebagai seorang perawan dalam keajaiban Ilahi sehingga keseluruhan kehidupannya adalah murni dan tidak bercela. Wacana tentang persetubuhan semata-mata hanyalah urusan bilogis yang tentunya tidak bisa dipaksakan dalam diri Maria yang sejak semula telah dipilih Allah masuk dalam skenario keselamatan dengan sempurna. Oleh karena itu Maria tetap Perawan, tidak pernah bersetubuh sebagai manusia dan tidak mempunyai anak kandung lainnya.
MARIA BUNDA YANG SUCI DAN KUDUS
Maria
sebagai manusia ketika menerima tugas mulia melahirkan Putera Allah sesungguhnya
telah terlebih dahulu disucikan oleh Allah sendiri. Sejak semula Bunda Maria
telah ada dalam ribaan Ilahi. Meskipun bertubuh manusia tapi tubuhnya telah
disucikan dan dikuduskan untuk menjadi tempat diam Allah. Allah yang agung,
luhur dan mulia, ada dalam wujud Roh hanya bisa berdiam pada tempat suci dan
kudus. Penjelmaan Allah menjadi manusia (inkarnasi) membutuhkan peran Maria
sebagai figur manusia agar dengan itu rencana penyelamatan terwujud.
Sesungguhnya
pasca kejatuhan manusia Eden, Allah yang berbelas kasih telah merancang
keselamatan manusia dari dosa (bdk. Mat.1:21). Allah menghendaki manusia
ciptaanNya yang merupakan gambar dan citraNya sendiri boleh bersatu kembali
dengan Dia untuk menikmati hidup kekal. Proses menuju keselamatan inilah
memungkinkan Maria dipilih dengan sangat istimewa. Kasih karunia Allah
menyertai Maria (bdk. Luk. 1:28) sehingga ia merelakan diri mengandung dari Roh
Kudus, melahirkan dan merawat Yesus Kristus, mengikuti sang Putera Allah di
jalan penderitaan menuju kematian, dan akhirnya menyambut kebangkitan Yesus
dengan mulia jaya. Yesus melalui kehidupan dan kematianNya merupakan tanda
perdamaian. Darah Yesus yang tertumpah sepanjang jalan penderitaan dan di atas
salib di Golgota adalah tanda perdamaian antara surga dan dunia. Darah Yesus
yang tertumpah ke tanah memberi kehidupan dan kesuburan. Melalui darah Yesus, tanah
dan sekalian alam kembali suci seperti Eden sehingga Allah boleh disembah di surga
dan di dunia sepanjang masa.
Keikutsertaan Bunda Maria dalam skenario keselamatan dengan segala kepenuhan Roh telah memastikan dia sebagai murid Yesus yang sulung. Bunda Maria adalah yang sulung menerima kabar keselamatan dari Allah dan berjalan bersama Allah dalam proses penyelamatan umat manusia. Atas dasar itu pula Bunda Maria selalu suci dan kudus di hadapan Allah sepanjang masa. Bunda Maria adalah orang kudus pertama karena lebih dahulu menerima Rahmat Allah dan memberi kesaksian tentang Sabda Allah. Melalui Bunda Maria Rahmat Allah dalam diri Yesus turun temurun kepada orang yang takut akan Dia (bdk. Luk.1:50). Oleh karena itu Bunda Maria menjadi dan selalu disebut yang berbahagia oleh sekalian bangsa dari segala keturunan (bdk Luk. 1: 48).
Kebersahajaan Maria sebagai Bunda Yesus yang tetap perawan merupakan kebanggaan bagi Gereja dan umat beriman dari masa ke masa. Figur Maria merupakan pesona Ilahi yang suci dan luhur, karenanya pantas dihormati dengan penuh syukur. Tak pantas manusia yang rapuh dan bercela mereduksi keilahian Bunda Maria yang melahirkan Allah meskipun dia manusia. Berbahagialah Gereja dan umat beriman memiliki Bunda Maria yang adalah manusia suci sehingga pantas dihormati. Atas keyakinan ini, bagimu Bunda Maria, kami bangga memilikimu.
Bunda Maria telah dengan sempurna
menunaikan tugasnya sebagai penyalur Rahmat Allah dalam proses keselamatan umat
manusia. Dengan kesediaan bersama Allah dan menjawab, “sesungguhnya aku ini
hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (fiat mihi voluntas tua),
Bunda Maria telah mendapatkan tiket keselamatan hidup kekal. Meski demikian,
Bunda Maria tidak mau sendirian di Surga, dia tetap menghendaki para pengikut
Kristus juga boleh menikmati kehidupan kekal bersama Bapa, Putera dan Roh
Kudus. Sikap Bunda Maria ini tersingkap dalam kenyataan antara lain:
1.Bunda
Maria selalu ada bersama dengan rasul-rasul serta kaum beriman ketika masih
hidup sebagaimana tercermin dalam tiga peristiwa penting seperti:
a. Peristiwa
Pernikahan di Kana (bdk. Yoh.2: 1-5). Bunda Maria senantiasa peduli dan
berbelaskasih kepada sesama yang membutuhkan. Meski waktu bagi Yesus belum
saatnya seturut adat istiadat Yahudi, tapi karena permintaan sang Bunda, Yesus
pun melakukan mujizat dengan mengubah air menjadi anggur untuk dihidangkan
kepada undangan yang hadir dalam pesta pernikahan. Anggur dari Tuhan sangat
sedap dan sungguh menyegarkan dahaga;
b. Penyerahan
Bunda Maria kepada Yohanes dan Yohanes kepada Bunda Maria di atas Salib oleh
Yesus (bdk. Yoh.19: 25-27). Kitab Suci menggaris-bawahi bahwa Bunda Maria telah
diserahkan oleh Yesus Sang Mesias kepada pengikut-Nya dan sebaliknya pengikut
Kristus (kaum beriman) diserahkan kepada Bunda Maria-Ibu Yesus. Penyatuan diri
kaum beriman dengan Bunda Maria dan sebaliknya, merupakan relasi interpersonal
yang luhur untuk membawa keselamatan bagi manusia sepanjang zaman. Hubungan
kasih umat beriman dengan Bunda Maria sungguh menjadi pintu masuk kepada
anugerah kehidupan yang terberkati dari waktu ke waktu dan pada akhirnya
menikmati sukacita kekal bersama Bapa, Anak dan Roh Kudus;
c. Setelah
Yesus dimakamkan dan bangkit, murid-murid Yesus selalu berada bersama Bunda
Maria untuk berdoa. Beata Anne Catherine Emmerich (1774-1824) dalam meditasinya
sebagaimana dideskripsikan pada ‘The Dolorous Passion of Our Lord Jesus
Christ’ dan diterjemahkan oleh Yesaya: www.indocell.net/yesaya
melukiskan tentang situasi setelah kembali dari pemakaman Yesus. “Santa
Perawan dan para sahabatnya memasuki ruang perjamuan di Senakel, lambat laun
sebagian besar para rasul dan murid berkumpul di sana. Mereka santap bersama
dan melewatkan beberapa waktu lamanya dan saling menceritakan apa yang dilihat
masing-masing. Para perempuan juga melewatkan waktu dalam doa bersama Santa
Perawan di bawah lampu”. Bunda Maria yang sudah suci dan kudus tetap juga setia
berdoa seperti Puteranya Yesus ketika masih hidup. Kebersamaan dengan
murid-murid menjadi tanda nyata kasih yang saling meneguhkan satu sama lain.
Dalam relasi persaudaraan itu Bunda Maria menjadi figur yang mempersatukan para
rasul dan kaum beriman di masa awal gereja sebelum dia meninggal. Bunda Maria
yang menghantar para rasul dan murid-murid untuk tetap semangat pada jalan
keselamatan Yesus dibawah bimbingan Roh Kudus.
2. Bunda
Maria setia menyertai Gereja sepanjang sejarah
Setelah meninggal dan dengan jiwa dan
badan berada dalam ribaan Ilahi (bdk. Munificentissimus Deus dari Paus Pius XII, No. 44,1/11/1950), Bunda Maria tetap menyertai Gereja
sepanjang sejarah. Bersama Gereja Bunda Maria setia membimbing, melindungi dan
memberkati umat beriman dari waktu ke waktu baik pada masa awal kekristenan
hingga masa kini dan akan akan datang menuju kepenuhan keselamatan. Ada fakta
historis yang terwaris dalam perjalanan Gereja yang tidak terlepas dari
penyertaan dan pertolongan Bunda Maria.
a. Sikap
Gereja yang mempercayai keperawanan Maria sejak abad pertama hingga masa kini
tidak berubah. Kendati dari masa ke masa ada yang kontra dengan hakekat
keperawanan Maria. Namun kegigihan Gereja dengan doktrinnya yang sungguh
berwibawa meyakinkan umat beriman dan dunia bahwa Maria sungguh perawan sejak
semula hingga kekal. Selain itu kajian dan tulisan tentang Bunda Maria tak
pernah habis-habisnya digumuli umat beriman dari waktu ke waktu. Kenyataan ini
sesungguhnya memperlihatkan penyertaan Bunda Maria sendiri kepada Gereja untuk
selalu mewartakan kebenaran iman. Selain itu Gereja pun sungguh mengalami bahwa
karya misi yang diemban selalu dibawah perlindungan Bunda Maria. Oleh Gereja,
Bunda Maria diberi aneka gelar sebagai wujud penghormatan dan rasa syukur atas
pertolongan dan perlindungan sang Bunda. Gelar-gelar yang dilekatkan kepada
Bunda Maria selanjutnya menjadi ‘nama’ baik bagi individu maupun komunitas
religius dan aneka fasilitas karya kehidupan manusia.
b. Penyertaan
Bunda Maria kepada Gereja dan kaum beriman terlihat pula melalui penampakan
demi penampakan dari masa ke masa. Sebagai makluk kudus Bunda Maria selalu
memperlihatkan dirinya kepada manusia dan memberi pesan tentang pertobatan dan
mengajak untuk selalu berdoa bagi pemurnian dan perdamaian dunia. Peristiwa
penampakan memperlihatkan bahwa Bunda Maria begitu peduli dengan umat manusia.
Penderitaan manusia akibat perang, sakit penyakit, dan praktek kehidupan yang
tidak bermartabat menjadi keprihatinan Bunda Maria, sehingga ajakan untuk
bertobat dan berdoa menuju keselamatan menjadi sangat nyata. Melalui
penampakan, Bunda Maria memberi tahu Gereja dan dunia bahwa jalan keselamatan
satu-satunya hanya melalui Yesus Kristus yang adalah kebenaran (bdk. Yoh.14:6).
c. Berdoa
bersama umat beriman. Kedekatan umat beriman kepada Bunda Maria sangat nyata
melalui doa Rosario. Gereja memberi kesempatan istimewa bagi umat beriman untuk
berdoa rosario baik secara pribadi maupun bersama. Bahkan Gereja menetapkan
bulan Mei dan Oktober setiap tahun sebagai bulan yang istimewa untuk
menghormati Bunda Maria dengan berdoa rosario. Keyakinan
Gereja dan umat beriman bahwa berdoa dengan perantaraan Bunda Maria, segala
niat dan intensi akan dikabulkan. Mengapa harus berdoa Rosario? Sesungguhnya
ketika mendaraskan untaian doa Salam Maria dalam Rosario, Bunda Maria juga
berdoa bersama di hadapan Allah. Saat mendaraskan ‘Salam Maria’ pada bagian
sapaan dan pujian, Bunda Maria menyambutnya dan memuji Yesus. Selanjutnya pada
jawaban, ‘Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang
pada waktu kami mati’, saat itu pula Bunda Maria dengan bahasa Ilahinya berdoa
ke hadapan Allah. Kuasa Ilahi dalam diri Bunda Maria sangat menolong manusia
yang percaya kepada Tritunggal Mahakudus. Seluruh niat dan permohonan akan
dikabulkan Allah melalui PuteraNya manakala orang beriman memohonkannya dengan
tulus dan murni hati serta meminta dukungan dari Bunda Perawan Maria. Melalui
Maria kita datang pada Yesus (per Maryam ad Jesum). Sepanjang sejarah
kisah penyertaan dan pertolongan Bunda Maria melalui doa rosario bagi Gereja
dan umat beriman sangat ajaib dan mempesona.
BUNDA
YANG MENGHANTAR JIWA KE DALAM KEMULIAAN KEKAL
Warta pertobatan melalui
penampakan membuktikan bahwa Bunda Maria memiliki andil besar untuk keselamatan
kekal. Bunda Maria tahu nasib jiwa manusia yang telah meninggal. Ada dua tempat
diam jiwa yakni kemuliaan surga dan api kekal. Kebaikan, kasih dan beriman yang
teguh kepada Trinitas selama hidup terbuka jalan untuk menikmati kemuliaan
surga. Sebaliknya kejahatan, tidak ada kasih dan tidak beriman kepada Allah
melainkan kepada kekuatan setan, terbuka jalan kepada api kekal yang merupakan bait kesengsaraan dan keputusasaan. Bunda
Maria tahu bahwa tidak sedikit manusia yang merupakan gambaran dan citra Allah
sendiri, setelah meninggal jiwanya pun berada dalam siksaan api neraka.
Keprihatinan sebagai Bunda
Allah membuatnya tak pernah berhenti membawa warta pertobatan dalam rangkaian
penampakan di dunia. Pertobatan memungkinkan manusia dapat kembali disucikan
untuk menikmati hidup kekal yang penuh sukacita. Bunda Maria tidak ingin jiwa
manusia yang telah menerima penebusan dan disucikan melalui Darah Yesus harus
menikmati api keabadian. Aspek keilahiannya yang berbelaskasih membuat Bunda
Maria selalu berdoa dan mengajak manusia yang berdosa untuk kembali suci berada
dalam rangkulan kasih Allah. Bunda Maria sendirilah yang akan menjemput
jiwa-jiwa yang telah meninggal menuju rumah Bapa di surga.
Bangga Memiliki Bunda Maria
Wujud kasih yang patut dipersembahkan
dengan bangga ke hadapan Bunda Maria adalah setia membangun relasi
interpersonal dengan dia. Biarkan waktu-waktu kehidupan selalu bersama Sang
Bunda. Mewujudnyatakan relasi itu dengan sikap-sikap seperti:
a. Bertahan
pada keyakinan bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos) yang tetap perawan dan
dia menjadi sarana perwujudan keselamatan umat beriman;
c. Setia
berdevosi, berdoa rosario baik pribadi maupun bersama, novena serta berziarah sambil merenungkan peristiwa Gembira, Sedih, Mulia dan Terang dalam karya
keselamatan Yesus. Sangat dianjurkan berdoa rosario setiap hari untuk
merenungkan peristiwa demi peristiwa atau seluruh peristiwa sambil menyampaikan
intensi untuk pertobatan orang berdosa, pemurnian dan perdamaian dunia. Berdoalah
dengan penuh keyakinan, khusyuk dan bergairah sekaligus merasakan Bunda Maria
hadir. Tataplah
senantiasa Bunda Maria melalui sakramentalia yang dimiliki, hormati dan
bermadahlah selalu bersama dia memuliakan Allah;
d. Mengajak
dan mendidik semakin banyak orang untuk datang kepada Yesus melalui Bunda
Maria.
“Sebab dia-lah Bunda yang setia; Bintang Timur yang bercahaya; Ratu yang penuh kuasa; Penunjuk jalan menuju Bapa”.
Bukankah ketika kita mengingkari Bunda Maria sebagai perawan, kita juga mengingkari Allah?” Aku bangga memilikimu Bunda Maria karena engkau sangat sempurna. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar