Rabu, 19 Juni 2024

Tentang Nama dan Symbol dalam Gereja Katolik

 Biarkan Kita Tahu

Oleh:Matheus Antonius Krivo, dari berbagai sumber

1.Kata "katolik" (καθολικός, katolikos; bahasa Latin: catholicus) berasal dari frasa Yunani καθόλου (katolou), yang berarti "sarwa sekalian", "secara keseluruhan", atau "am", gabungan kata κατά (kata), yang berarti "perihal", dan kata ὅλος (holos), yang berarti "sarwa". Istilah "Katolik" (dengan huruf k besar) pertama kali digunakan pada permulaan abad ke-2 sebagai sebutan bagi seantero Dunia Kristen.

2.Bukti tertua penggunaan istilah ‘katolik’ adalah Surat Santo Ignasius, Uskup Antiokhia kepada Jemaat di Smirna yang ditulis sekitar tahun 107 dan dialamatkan kepada umat Kristen di kota Smirna. Dalam surat ini Santo Ignasius mengimbau umat Kristen agar tetap erat bersatu dengan uskup mereka, "alangkah baiknya jika di mana saja uskup hadir, sidang jemaat pun turut hadir sehingga sama seperti di mana saja Yesus Kristus hadir, hadir pula Gereja Katolik." 

3.Kata ‘Katolik’ mulai digunakan oleh Gereja Barat sejak tahun 1054 ketika telah terjadi skisma (perselisihan/perpecahan) Gereja Barat berbahasa Latin berpusat di Roma dan Gereja Timur berbahasa Yunani berpusat di Bizantin (kemudian berubah nama menjadi Konstantinopel).

4.Tentang Roti dan Anggur untuk Ekaristi ritus Latin/Gereja Roma diatur dalam Kitab Hukum Kanonik: 

Kan. 924 §1 Kurban Ekaristi mahakudus harus dipersembahkan dengan roti dan anggur, yang harus dicampur sedikit air.

Kan. 924 §2 Roti haruslah dibuat dari gandum murni dan baru, sehingga tidak ada bahaya pembusukan.

Kan. 924 §2 Anggur haruslah alamiah dari buah anggur dan tidak busuk.

Kan. 925 Komuni suci hendaklah diterimakan hanya dalam rupa roti atau, menurut norma hukum liturgi, dalam dua rupa; namun bila dibutuhkan, juga hanya dalam rupa anggur.

Kan. 926 Dalam perayaan Ekaristi, sesuai tradisi Gereja Latin kuno, imam hendaknya menggunakan roti tak-beragi di mana pun ia merayakannya.

Kan. 927 Sama sekali tidak dibenarkan (nefas est), juga dalam kebutuhan ekstrem yang mendesak, mengkonsekrasi satu bahan tanpa yang lain, atau juga mengkonsekrasi keduanya diluar perayaan Ekaristi.

5.Doktrin Transubstansi  yaitu perubahan subtansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah  Kristus dalam Perayaan Ekaristi Gereja Katolik diputuskan oleh Konsili Lateran IV tahun 1215. 

6.Tanda salib bermula pada zaman Quintus Septimius Florens Tertullianus (155–230 M), bapak gereja kelahiran Kartago-Afrika (sekarang Tunisia) yang mengajarkan doktrin Trinitas.  Setiap kali  berdoa dia membuat tanda salib  di kening.

7.Penggunaan Altar dari batu (altar mati) dimulai pada masa Kaisar Romawi Konstantinus Agung (306-337)-Kaisar ke-57. Ketika itu agama Kristen/Jalan Tuhan sudah menjadi resmi diakui negara.

8.Penggunaan cahaya dalam peribadahan Kristen sejak akhir abad ke-3 dimaknai sebagai simbol Kristus, “Terang yang bercahaya dalam kegelapan” (Yoh 5:1). Pada abad ke-4, penyalaan cahaya di altar mulai diberlakukan dengan menggunakan pelita berbahan bakar minyak Zaitun.

9.Penggunaan lilin di Altar Gereja dimulai pada abad ke-11  sebagai alat penerangan sekaligus tanda penghormatan. Lilin menjadi sarana liturgi dan merupakan lambang kehangatan dan terang Ilahi pada saat perayaan Ekaristi dan liturgi lainnya. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar