Senin, 17 Juni 2024

Cerita Mitos tentang Bhajo Wawo di Lise Puu -Lio Ende

Dari cerita tutur komunitas

1.    Munculnya NAMA  isterinya Bhajo Wawo

Ketika pulang berburu, Bhajo Wawo menemukan sebatang paku di jalan setapak. Merasa sangat haus, Bhajo Wawo singgah minum air di Liambi dekat Ba Ria. Ketika berada di mata air Liambi, tiba-tiba muncul seorang gadis cantik dan serta merta langsung mengusir Bhajo Wawo yang masih lajang dari tempat itu karena si gadis itu mau mandi. Munculnya si gadis cantik yang tiba-tiba membuat Bhajo Wawo curiga dan dengan paku pada tangannya  serta merta secara spontan langsung menusuk ke ubun-ubun si gadis yang sedang mandi. Diceritakan bahwa sesungguhnya si gadis cantik terpaksa muncul karena ketika hendak minum air, Bhajo Wawo telah berdiri dan menginjak bayangan gadis itu yang merupakan titik terlemah dari kekuatannya. Saat itu si gadis langsung pasrah menyerah dan mengikuti Bhajo Wawo ke kampung Nua Puu. Selanjutnya menjadi isterinya Bhajo Wawo. Si gadis kemudian dikenal sebagai Nama. Perkawinan Bhajo Wawo dengan Nama melahirkan 7 anak Perempuan. Dalam kesehariannya si Nama memiliki kekuatan gaib. Bisa muncul bersamaan di beberapa tempat. 

2.    Kampung Nua Lise

Pada siang hari yang sepi, hanya sebentar saja tiba-tiba kedapatan oleh Bhajo Wawo bahwa Nama sedang menyusun batu seorang diri sebagai pagar pembatas kampung Nua Lise. Kampung Nualise terletak di puncak bukit yang tidak berbatu. Batu hanya ada di bawah Kali Ae Bara yang terletak pada lembah yang curam dan tak terjangkau. Mujur Bhajo Wawo  mendapatinya sedang menyusun batu pagar jika tidak maka Bhajo Wawo akan tertinggal di luar. Kampung Nualise sesungguhnya dipagari dengan batu. Hanya keluarga Bhajo Wawo ada di dalamnya.

3.    Kehilangan NAMA-isteri Bhajo Wawo

Pada suatu hari kepada anak gadisnya, Nama mengeluh sakit kepala. Mengingat sayang pada ibunya, anak gadis itu meminta untuk dapat memijat kepala ibunya yang sakit. Pada saat asyik memijat kepala sang ibu, anak gadisnya kaget dan spontan berkata kepada ibunya, “pantasan kepala ibu sakit karena di kepala ibu ada paku yang tertancap”. Ibunya pun bertanya, “kau lihat ada paku?, selanya pula, “ayo cabut saja biar ibu tidak lagi sakit kepala”. Kemudian dengan sangat hati-hati si anak gadisnya itu mencabut paku dari kepala NAMA. Pada saat paku tercabut, NAMA langsung berteriak dan menghilang seketika tanpa bekas apapun dari pelukan gadisnya sendiri.

4.    Kojangongo

Pada suatu hari salah seorang anak dari Bhajo Wawo dan Nama pergi ke Kojangongo di Lowokoto dekat Ba Ria. Kepergianya ke sana  untuk penuhi janji bertemu dengan sang kekasih bernama Mboti Nggabhi. Mboti Nggabhi mendahului berada di lokasi Kojangongo. Mengingat sudah lama menunggu dan puteri Bhajo Wawo belum datang, Mboti Nggabhi  memanjat pohon kenari memetik bijinya dan menyimpan pada sarungnya sambil memantau datangnya sikekasih hati. Ketika sang kekasih dipantau sudah mendekat, Mboti Ngabhi semakin bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan kenari dan tidak berisik sedikit. Setiba di Kojangongo tepat di bawah pohon kenari, puteri Bhajo Wawo menurunkan junjunganya dari kepala berupa bekal kesukaan Mboti yakni ketupat dan daging ayam. Lama menunggu dan memantau belum juga muncul si Mboti, puteri Bhajo Wawo  terduduk dan menyandarkan tubuhnya pada pohon kenari. Merasa suasana di Lowokoto yang hening dan sepi, diduga tidak ada gangguan dari orang yang dating, Puteri Bhajo Wawo itu langsung membuka batok kepalanya untuk mencari kutu. Pada saat itu Mboti Nggabhi memantau dan mengintai dari atas pohon kenari  terperanjat dan kaget. Oleh karena telah melihat semua apa yang dilakukan oleh kekasihnya, Mboti Nggabhi langsung menghamburkan biji kenari dari kainnya sehingga mengenai kepala sang kekasih di bawahnya. Saking kagetnya puteri Bhajo Wawo langsung berteriak sampai-sampai dia keliru memasang kembali muka pada tempatnya semula. Atas dasar itu si gadis sangat malu dan seketika itu juga menghilang tanpa bekas hingga sekarang.

5.    Lia Lako

Bhajo Wawo memiliki seekor anjing yang sangat pintar berburu. Jika anjing sudah menggonggong dapat diduga sudah ada Binatang hutan yang bakal ditangkap. Ketika menuruni bukit Wololende Mudegeru, anjingnya Bhajo Wawo mengarahkan buruannya ke Lialako. Sesampai di Lialako, nyalakan anjing semakin menjadi-jadi. Dicurigai mangsa burunya sedang bersembunyi. Dalam penasarannya, Bhajo Wawo dan puterinya yang menyertai berusaha mengintai dengan seksama dalam lubang gua. Oleh karena lama menunggu, sang puteri yang kurang sabaran itu meminta restu pada Bhajo Wawo agar diijinkan masuk ke dalam lubang gua. Sesudah gadis itu masuk ke dalam gua Bhajo Wawo dengan tenang dan sabar menunggu di luar gua. Mengingat terlalu lama di dalam gua, dipanggilnya berulang-ulang oleh Bhajo Wawo ternyata tidak ada jawaban. Puterinya ternyata terus menghilang pergi mengikuti sang ibu yang tidak pernah kembali.

6.    Watutura (dituturkan oleh Setu Baba di Kampung Wolofeo, 1994)

Pada suatu sore, Bhajo Wawo bersama salah satu puterinya berburu di Watutura dekat Liasuja-Bhoaria. Melihat tokek di antara celah batu, langsung saja dengan sepotong kayu, Bhajo Wawo menusuknya sampai mati. Oleh karena lengannya besar dan berotot, maka sulit bagi Bhajo untuk mengambil tokek dari celah batu yang sempit itu. Melihat keadaan yang sulit itu, puterinya memohon ijin untuk turun dan mengambil tokek itu. Ketika sedang menyorong tanganya ke celah batu, ternyata tubuhnya yang mungil juga bisa masuk selurunya ke dalam celah itu. Ketika seluruh tubuhnya masuk, puterinya pun menghilang tak berbekas. Bhajo Wawo pun dibuat bingung sendiri dan tidak tahu mau buat apalagi. Dengan sedih hati Bhajo Wawo pulang ke Nua Lise seorang diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar